, ,

Warga Pegunungan Kendeng, Tolak Tambang, Pertahankan Lumbung Tani

Sekitar 2.000-an obor bambu hijau menyala dipegang warga dari Sukolilo, Kayen, dan Tambakromo tergabung dalam Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) dan beberapa warga Lereng Pegunungan Kendeng di Rembang, Kamis malam (19/5/16). Mereka berjalan kaki sejauh 20 kilometer menuju petilasan Nyai Ageng Ngerang di Tambakromo, ke Alun-alun Pati guna memperingati Hari Kebangkitan Nasional.

Bambang Sutikno warga Tambakromo mengatakan, longmarch dari petilasan Nyai Ageng Ngerang sebagai simbol lokasi terdampak rencana pendirian pabrik dan pertambangan PT Sahabat Mulia Saksi, anak usaha PT. Indocement. Ujung perjalanan di Alun-alun Pati,  dilanjutkan aksi di depan DPRD.

“Aksi ini panggilan hati nurani yang tak ingin masa depan anak cucu terwarisi lingkungan rusak. Menyengsarakan hidup mereka kelak,” katanya.

Gunretno dari JMPPK Pati mengatakan, aksi petani ini mewakili suara masyarakat yang bakal terkena langsung pabrik semen di Pati. Kini, gugatan izin lingkungan SMS sedang proses di Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTTUN) Surabaya. Dengan longmarch ini, katanya, warga ingin mengingatkan majelis hakim harus memegang prinsip-prinsip keadilan. Saat pengambilan keputusan, tak hanya mempertimbangan semata mengacu berkas-berkas tertulis tetapi perlu melihat bukti lapangan.

“Kami hidup sehari-hari di lokasi rencana pabrik semen ini meyakini, sungguh tak layak Tambakromo dan Kayen ada pabrik semen.”

Gunretno mengatakan, Tambakromo padat penduduk jika dibandingkan Sukolilo. Rencana pendirian pabrik Semen Gresik gagal di Sukolilo pada 2009.

“Keadilan dan ketukan palu majelis hakim yang berkeadilanlah dapat membantu menyelamatkan kelestarian Pegunungan Kendeng  dari ancaman bencana sosial, ekonomi dan ekologis,” ucap Gunretno.

Berdasarkan keterangan Bappeda Pati, pendapatan domestik bruto (PDB) Pati 54% dari pertanian, Kecamatan Kayen dan Tambakromo, sangat produktif malah mau jadi pertambangan.

Cahyo Rahmadi dari Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI) mengatakan, sulit memulihkan karst yang ditambang. Tanah pucuk dan lapisan epikarst yang hilang hanya menyisakan batugamping yang memiliki sedikit lubang-lubang pelarutan. Dampaknya, air hujan sulit terserap, berpotensi menjadi aliran liar di permukaan.

Dia menunjukkan hasil penelitian geoteknologi LIPI yang membandingkan laju serap batu gamping sebelum dan sesudah ditambang, serta reklamasi dengan batugamping ditambang tetapi tak reklamasi. Hasilnya, direklamasipun tak mampu mengembalikan separuh nilai laju serap batugamping yang ditambang dibanding batugamping asli. Meskipun reklamasi, kemampuan tak karst bisa maksimal dan tak mungkin diperbaharui.

“Ekosistem karst bernilai penting. Sudah tentu gangguan pada keseimbangan komponen biotik dan abiotik karst akan mengganggu kehidupan manusia.”

Obor perlawanan tolak tambang semen di Pegunungan Kendeng. Foto: Eggy Yunaedi.
Obor perlawanan tolak tambang semen di Pegunungan Kendeng. Foto: Eggy Yunaedi.
Obro perlawanan menjaga lumbung pangan dari tambang semen. Foto: Eggy Yunaedi
Obro perlawanan menjaga lumbung pangan dari tambang semen. Foto: Eggy Yunaedi
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , ,