,

Beginilah Visualisasi Pencemaran Industri Di Hari Lingkungan Hidup

Beragam cara dilakukan oleh sejumlah kalangan dalam memperingati Hari Lingkungan Hidup se-dunia. Mulai dari berkegiatan kerja bakti hingga melakukan aksi simpatik mengkampanyekan pentingnya menjaga lingkungan.

Seperti komunitas foto Bandung Photo’s Speak yang memperingatinya dengan cara menggelar pameran foto limbah di kampung Rancakoneng, Desa Linggar, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung.

Mengusung tema “Tanah Kami Terpapar Limbah”, mereka memamerkan lebih dari 50 karya foto hasil bidikan lensa kamera yang memotret keadaan lingkungan yang tercemar limbah industri. Selain itu, mereka juga mengabadikan aktivitas warga sekitar yang hidup dengan limbah industri selama menahun.

“Dalam pameran ini, sebetulnya kami hanya menuangkan hobi fotografi sekaligus menuangkan kegelisahan kami akan lingkungan yang semakin rusak akibat ulah tangan jail manusia yang tidak bertanggung jawab,” Kata Kepala Suku Photo’s Speak, Jamal Ramadhan saat ditemui di lokasi, Minggu (05/06/2016).

Dia menjelaskan, dalam kegiatan ini, photo’s speak mengajak semua elemen masyarakat dikawasan Rancaekek yang notabene sudah tercemar limbah untuk peduli dan turut andil dalam menjaga lingkungan salah satunya dari limbah. Dia menambahkan, pihaknya tidak sama sekali menyudutkan satu pihak dalam penyelenggaraan pameran foto tersebut.

Lebih lanjut Jamal mengatakan, perlu waktu 3 bulan lebih untuk mengamati kawasan yang terkena limbah di Desa Linggar sebelum memilih foto terbaik untuk dipamerkan. Mereka ingin mengedukasi  masyarakat lewat komunikasi visual berupa foto bahwa kerusakan lingkungan oleh limbah itu nyata adanya.

“Ada dua pameran yang akan kami lakukan, pertama dilokasi limbah area Cikoneng. Kedua di teras Cikapundung, Kota Bandung tanggal 10 mendatang. Semoga dengan diadakan pameran foto ini pesan kami, kegelisahan kami bisa menyadarkan masyarakat luas betapa pentingnya lingkungan bagi kita,” imbuh pria berkacamata tersebut.

Ditengah limbah

Sementara itu Kepala Desa Linggar, Ajat Sudrajat mengapresiasi digelarnya pameran foto tersebut sebagai sarana informasi kepada masyarakat agar lebih peduli terhadap kelestarian lingkungan. Kegiatan ini sangat positif lanjutnya, sebab kawasan tersebut banyak sekali permasalah lingkungan dan perlu publikasi agar bisa dapat ditangani bersama.

Sehubung banyaknya industi yang pengelolaan limbahnya masih belum optimal secara Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL), kata dia, berimplikasi pada pencemaran lingkungan yang tidak hanya terjadi di desa Linggar saja tetapi di tiga desa di sekitarnya pun terkena imbasnya seperti Desa Cilegong, Sukamulya dan Bojong Loa.

“Limbah cair hasil industri memang berdampak pada lingkungan dan itu terjadi melalui aliran sungai Cikijing Sumedang yang menuju hilir dan masuk ke wilayah kami,” paparnya.

Ajat memaparkan, Desa linggar dihuni oleh 10.766 jiwa yang terbagi dalam 12 Rukun Warga (RW). Dia menyebutkan dampak yang di alami warga sejak sekian lama hidup dengan limbah tidak hanya berdampak pada lingkungan saja tetapi juga terhadap gangguan kesehatan seperti ISPA dan  krisis air bersih.

Aksi teatrikal dalam pameran foto tentang pencemaran dan limbah industry dari komunitas Bandung Photo’s Speak  yang digelar di kampung Rancakoneng, Desa Linggar, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jabar. Pameran bertema “Tanah Kami Terpapar Limbah” digelar dalam rangka Hari Lingkungan Hidup 2016. Foto : Donny Iqbal
Aksi teatrikal dalam pameran foto tentang pencemaran dan limbah industry dari komunitas Bandung Photo’s Speak yang digelar di kampung Rancakoneng, Desa Linggar, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jabar. Pameran bertema “Tanah Kami Terpapar Limbah” digelar dalam rangka Hari Lingkungan Hidup 2016. Foto : Donny Iqbal

Dia menungkapkan, di Desa Linggar sudah terjadi perubahan dari agraris menjadi industri. Dia menambahkan, fenomena tersebut ditandai dengan berdirinya 12 perusahaan di Desa Linggar.

“Sekarang disini (Desa Linggar) masih terdapat 200 hektar pewasahan dan yang terkena limbah sebanyak 70 hektare. Tapi kebanyakan sudah masuk zona kuning. Artinya kedepan bisa dipertahankan pertanian atau bahkan dijadikan perumahan dan industri. Tentu denganterkena limbah, ada efeksampingnya terhadap produktitas padi,” ujar pria paruh baya tersebut.

Ajat menuturkan penurunan produktifitas padi akibat alih fungsi lahan tidak dihindarkan. Salah satu faktornya, kata dia, sebagian besar anak muda sudah tidak mau lagi bercocok tanam malah memilih bekerja di pabrik – pabrik.

Melihat fenomena tersebut, dia mengharapkan kedepannya perusahaan ada tanggung jawab sosial baik itu kepada masyarakat sekitar dan juga lingkungan. Dia melanjutkan, supaya tidak ada pihak yang dirugikan.

Kondisi Citarum

Berdasarkan data yang dihimpun Mongabay, kondisi Citarum saat ini merupakan sungai paling tercemar di dunia. Hal itu terjadi karena sekitar 500  perusahaan di Kabupaten Bandung yang berada di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum hanya sekitar 25% perusahaan saja yang pengelolaan limbahnya diproses sesuai IPAL.

Dilain kesempatan Wakil Gubernur Jawa Barat, Dedy Mizwar menilai kondisi Citarum saat ini begitu memilukan dan memprihatinkan. Dia menegaskan meskipun Jabar merupakan wilayah dengan pertumbuhan manufaktur terbesar di Indoneisa, namun kelestarian lingkungan sungai tidak boleh disampingkan malah harus dibenahi secara bersama.

Perlu diketahui, Hari Lingkungan Hidup sedunia ditetapkan dalam Sidang Umum Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB) pada 1972 sebagai penanda dibukanya konferensi Lingkungan Hidup di Stockholm, Swedia. Kemudian diperingati setiap tanggal 5 Juni untuk meningkatkan kesadaran global akan kebutuhan untuk mengambil tindakan lingkungan yang positif.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,