,

Baby Garden, Langkah Jitu Ajarkan Anak Cinta Lingkungan

Sejak pagi pukul 07.00 Wita, anak-anak usia dini mulai berkumpul di taman pembibitan Moodu. Sebuah taman yang baru saja didirikan sebagai ruang terbuka hijau. Usia mereka mulai tiga hingga enam tahun. Jumlahnya belasan dan didampingi orang tua.

Minggu, 29 Mei 2016 itu, kelas berkebun untuk anak yang diberi nama “Baby Garden” dibuka. Anak-anak diajari bagaimana mengisi tanah dalam polybag, dan menanaminya dengan bibit pohon buah.

Kegiatan ini merupakan awal dari rangkaian perayaan Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang biasa diperingati setiap 5 Juni. Di Kota Gorontalo, perayaannya dibuat dalam bentuk pekan lingkungan hidup, dan puncaknya digelar 31 Mei dan 1 Juni 2016.

“Khusus untuk Baby Garden atau kelas berkebun, akan dibuka lagi setelah Bulan Ramadan, karena antusiasnya tinggi. Tentu saja kami akan evaluasi kekurangan yang ada,” ungkap Banimal Malabar, Kepala Sekolah Baby Garden, kepada Mongabay Indonesia.

Pada kelas berkebun ini, anak-anak tidak hanya datang dari Kota Gorontalo, melainkan dari Kabupaten Bone Bolango dan Kabupaten Gorontalo. Selain berkebun, anak-anak juga tampak asyik bermain tanah hingga memanjat pohon yang tumbuh di taman pembibitan tersebut. Sejak dini, mereka diperkenalkan dengan alam.

Selain kelas berkebun, juga digelar lomba mewarnai anak-anak usia dini dan  sekolah tingkat kanak-kanak, yang diikuti ratusan anak sekolah dari Kota Gorontalo.

Meidy Novi Silangen, Kepala Dinas Tata Kota dan Pertamanan mengatakan, kegiatan yang melibatkan anak-anak usia dini ini diharapkan terciptanya Kota Gorontalo sebagai Kota Sadar Lingkungan.

Dengan demikian, peran untuk mencapai tujuan tersebut tidak lagi pada pemerintah, masyarakat, atau komunitas, melainkan dengan menumbuhkan rasa cinta lingkungan pada anak-anak. Salah satu yang digagas untuk lebih menciptakan kepedulian itu adalah melalui kelas berkebun.

“Kami berharap kesadaran dan rasa cinta terhadap lingkungan ini terbangun lewat anak usia dini,” ungkap Meidy Novi Silangen.

Kesadaran akan lingkungan harus dibangun sejak dini. Foto: Christopel Paino
Kesadaran akan lingkungan harus dibangun sejak dini. Foto: Christopel Paino

Sadar lingkungan

Pekan lingkungan hidup dalam rangka hari lingkungan ini digagas oleh Forum Komunitas Hijau (FKH) yang melibatkan berbagai macam komunitas. Selain itu, juga digelar berbagai macam kegiatan, seperti pameran hortikultura, lomba mewarnai, desain poster kampanye 3R (reuse, reduce, recycle), lomba pot unik, pembagian bibit pohon, peluncuran adipura kelurahan dan perumahan bersih, peluncuran taman Kreatif, Rekreasi, Edukasi dan Nursery (KREN), hingga lomba inovasi pengolahan sampah.

Menurut Rahman Dako, koordinator FKH Kota Gorontalo, selain berbagai komunitas, sejumlah lembaga non pemerintah juga berpartisipasi dalam acara pekan lingkungan hidup, seperti Burung Indonesia, Agro Forestry (Agfor) Sulawesi, dan Perkumpulan Jaring Advokasi Pengelolaan Sumber Daya Alam (Japesda). Serta melibatkan juga lembaga pemerintah dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah Dua Sulawesi Utara di Gorontalo. Lembaga-lembaga ini mendirikan stand pameran dan memperlihatkan kerja-kerja mereka di lapangan kepada pengunjung.

Danau Limboto di tahun 1930-an yang alami dan begitu damai. Sumber: Wikipedia

Di luar itu, keterlibatan banyak komunitas dan masyarakat pada pekan lingkungan hidup ini cukup meningkat, karena kehadiran beberapa perwakilan, seperti sekolah-sekolah tingkat atas yang memamerkan olahan sampah dari tas kresek yang dijadikan gaun. Atau, dari kelurahan yang memamerkan hasil daur ulang sampah menjadi hiasan bunga.

“Menggalang komunitas ini cukup rumit karena kita harus bertemu secara informal dengan mereka, berdiskusi, dengan melibatkan banyak orang,” kata Rahman.

“Ini tentu menjadi harapan bersama agar seluruh lapisan masyarakat, bisa menjaga lingkungan Kota Gorontalo sehingga akan tercipta kota yang bersih dan nyaman untuk di tinggali.”

Sementara Taman Moodu, pusat kegiatan yang merupakan ruang terbuka hijau di Kota Gorontalo, menurut Rahman, baru lima bulan diresmikan. Taman tersebut akan dijadikan tempat bermain dan belajar anak-anak, rekreasi, ataupun untuk beristirahat. Apalagi, taman tersebut difungsikan sebagai taman pembibitan, sehingga jadi tempat belajar menanam, mulai dari tanaman buah, pohon perindang, hingga tanaman dengan jenis obat-obatan.

“Pengunjung yang datang bisa belajar berkebun, dan itu bisa diterapkan ketika mereka kembali ke rumah. Di sini juga diberikan bibit pohon buah dan pohon perindang gratis,” ungkap Rahman.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,