,

Ide Kreatif Anak Muda Pontianak Atasi Masalah Sampah Kota

Sosok Muhamad Hafiz Waliyuddin, mahasiswa Teknik Informatika, Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura, merupakan sosok yang tidak asing di lingkungan kampusnya. Laki-laki kelahiran Sungai Duri, 23 Juli 1994 ini, sangat aktif dalam berbagai kegiatan kampus.

Ketua BEM Fakultas Teknik 2015-2016 ini juga merupakan finalis Duta Lingkungan Hidup Kabupaten Bengkayang. Berawal dari sini, pengetahuan Hafiz mengenai lingkungan bertambah. Permasalahan sampah di Pontianak, tempat dia menuntut ilmu menjadi perhatian khusus. “Kota Pontianak menghasilkan kurang lebih 300 ton sampah per hari. Sebanyak 30 persen sampah tersebut adalah organik yang bisa dimanfaatkan.”

Fakta ini yang kemudian membuat Hafiz tergerak membuat aplikasi ‘Angkuts’. Diluncurkan 23 Mei 2016, secara resmi aplikasi yang dibuat Hafiz tersebut dapat diunduh di Play Store. Aplikasi ini baru bisa dinikmati oleh pengguna android yang sudah diunduh 400 orang. Belum begitu banyak memang, namun rata-rata mendapat penilaian empat bintang. Hafiz mengatakan, Angkuts yang merupakan akronim dari Angkut Sampah, didesain untuk menyelesaikan permasalahan sampah di kota Pontianak dengan pendekatan digital.

“Angkuts dengan pendekatan teknologi coba membantu masyarakat di Pontianak untuk memilah sampah agar sampah bisa dimanfaatkan terpisah,” katanya. Melalui smartphone, warga dapat menghubungi tim Angkuts. Tim akan datang untuk mengumpulkan sampah seperti botol plastik, gelas air mineral, kertas HVS, koran, dan kaleng alumunium untuk dibeli pihak Angkuts dan diolah.

Tarif angkut Rp10 ribu untuk 10 kilometer. Sumber: akun Facebook Angkuts
Tarif angkut Rp10 ribu untuk 10 kilometer. Sumber: akun Facebook Angkuts

Buang sampah dapat duit

Hafiz, yang juga Direktur PT. Angkuts Kreatif Indonesia mengatakan, kemudahan era digital harus ditangkap untuk mengatasi masalah sosial dan lingkungan. “Keuntungan yang didapat, jika menggunakan aplikasi ini, buang sampah malah dibayar. Tentu senilai dengan sampah yang diserahkan kepada driver Angkuts, yang kita sebut PengAngkuts,” jelasnya.

Cara kerjanya, setelah mengunduh aplikasi tersebut, pengguna diberikan dua opsi: barang dan sampah. Setelah itu, pengguna bisa memilih kendaraan yang digunakan untuk mengangkut sampah atau barang dari rumahnya. Seluruh sampah akan ditimbang untuk menentukan uang yang akan diterima pengguna aplikasi. “Uang akan masuk dalam bentuk virtual account di akun bersangkutan,” jelas Hafiz.

Angkuts, apa saja ke mana saja. Sumber: Angkuts.id
Angkuts, apa saja ke mana saja. Sumber: Angkuts.id

Jika uang virtual sudah mencapai kelipatan Rp50 ribu, pengguna bisa menukarkan di Kantor Angkuts, Jalan Tabrani Ahmad, Pontianak. Saat ini, Angkuts masih bekerja sama dengan Pemerintah Kota Pontianak. Kebijakan Wali Kota Pontianak, Sutarmidji, mewajibkan seluruh organisasi perangkat daerah dan sekolah-sekolah menggunakan aplikasii ini. Angkuts baru memiliki 25 PengAngkuts. Seperti halnya ojek online, PengAngkuts tak hanya dari kalangan mahasiswa, kedepannya para pemulung juga diharapkan bisa bergabung.

“Kendala yang dihadapi, karena berbasis smartphone, belum semua paham dengan fitur-fitur yang ada. Selain itu, masih perlu armada yang lebih besar,” kata Hafiz.

Para PengAngkuts memperoleh keuntungan dari membeli sampah dan menjualnya ke pengepul. Seluruh keuntungan milik pengAngkuts. Untuk opsi Angkuts barang, opsi ini sama halnya dengan layanan online jasa kurir. Sistem kerjanya, sama seperti layanan logistik yang ada, namun hanya beroperasi di Kota Pontianak. Tarifnya flat Rp10 ribu untuk 10 kilometer, dan tambahan Rp1.500 per kilometer kelebihannya.

Aplikasi Angkuts sebagai solusi permasalahan sampah di Pontianak. Sumber: Angkuts.id
Aplikasi Angkuts sebagai solusi permasalahan sampah di Pontianak. Sumber: Angkuts.id

Prolibag Pintar

Beny Thanheri, pengusaha muda dan pegiat lingkungan juga mempunyai ide serupa. Namun, Beny menyasar sampah organik masyarakat, melalui ide yang dinamakan Prolibag Pintar. Sama halnya dengan polibag, wadah plastik ini untuk membuang sampah rumah tangga. Bentuknya seperti polybag, namun menggunakan rangka besi sebagai penyangga ketika diisi sampah.

“Ketika sudah mencapai 70 persen, ditimbun tanah untuk menjadi pupuk organik,” kata Beny. Wadahnya, bisa digunakan untuk media tanam. Beny berharap, ide prolibag menjadikan warga Kota Pontianak sadar terhadap persoalan sampah dan meluangkan waktu untuk bercocok tanam.

Ide dua pemuda tersebut disambut baik oleh Wali Kota Pontianak, Sutarmidji. “Ide-ide ini membantu Pemkot Pontianak mengatasi sampah. Terutama membuat masyarakat sadar bahwa sampah juga mempunyai nilai ekonomis,” katanya. Semakin banyak warga yang mengelola sampah secara mandiri, maka volume sampah perkotaan yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir semakin menurun.

Kerja sama Angkuts dengan Pemerintah Kota Pontianak. Foto: Aseanty Pahlevi
Kerja sama Angkuts dengan Pemerintah Kota Pontianak. Foto: Aseanty Pahlevi

Sebelum Hafiz dan Beny menggagas ide soal pengelolaan sampah, di Kelurahan Parit Tokaya, Kecamatan Pontianak Selatan, Kota Pontianak, juga membuat inovasi serupa dengan mendirikan Bank Sampah Rosella.  Selain jual-beli sampah, Bank Sampah Rosella juga membuat kerajinan tangan dari sampah dengan nilai ekonomis tinggi.

Sampah kering, digunakan untuk membuat kerajinan tangan. Walau dapat ditukar dengan uang, kebanyakan warga lebih memilih menabung. Hasilnya, bisa untuk membayar pajak bumi dan bangunan mereka.

Sutarmidji optimis, jika ide-ide kreatif masyarakat terus berkembang dan diterapkan secara berkesinambungan, masalah sampah perkotaan dapat selesai kurun waktu dua tahun. “Bukan tidak mungkin, jika Pontianak menjadi kota acuan untuk pengelolaan sampah,” katanya.

Ide kreatif Angkuts membantu Pemerintah Kota Pontianak mengatasi sampah. Sumber: akun Facebook Angkuts
Ide kreatif Angkuts membantu Pemerintah Kota Pontianak mengatasi sampah. Sumber: akun Facebook Angkuts
Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,