, ,

Aktivis Tolak Reklamasi Merespon Kekerasan dengan Seni

Warga dan musisi Bali merespon intimidasi pada gerakan tolak reklamasi dengan seni. Band-band metal, rock, dan folk mengajak warga tak menyerah dalam aksi deklarasi Desa Pekraman Kesiman tolak reklamasi Teluk Benoa, di Denpasar, Bali, Minggu (12/6/2016) sore yang diikuti ribuan orang ini.

Band Ripperclown, Natterjack, Nosstress, dan Navicula punya cara sendiri agar anak muda tetap bersuara. Misalnya Marmar Herayukti, vokalis band metal Ripperclown. Dengan cat hitam dilumurkan di wajah dan tubuhnya, terlihat sangar. Namun, seruannya menyejukkan. “Mereka bisa menekan badanmu, tapi jiwamu tidak,” serunya dari atas panggung.

Lebih dari 100 polisi berbagai unit terlihat menjaga aksi lanjutan yang terus bergilir tiap desa ini. Terasa lebih banyak dari aksi-aksi sebelumnya. Bisa jadi karena peristiwa kekerasan yang memicu amarah pendukung tolak reklamasi, sehari sebelumnya.

Akun Facebook Presiden Joko Widodo menyampaikan pesan cinta lingkungan beberapa jam setelah dua aktivis Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa (ForBALI) dipukul saat berada dekat panggungnya. Entah apakah ia mengetahui peristiwa ini. Yang jelas, ratusan netizen dari Bali sudah mention sejumlah akun media sosialnya.

“Menyenangkan sekali melihat antusiasme warga dan wisatawan dalam pawai Pesta Kesenian Bali yang ke-38. Pesta Kesenian Bali bukan semata-mata pesta rakyat ataupun festival seni, melainkan juga kegiatan yg memiliki fungsi budaya, pendidikan dan menggerakkan ekonomi masyarakat Bali. Kita harus teguhkan agar rakyat Bali mencintai budayanya, mencintai tanahnya, mencintai alam dan lingkungannya. Budaya Bali akan bisa terjaga kelanggengannya, jika rakyat Bali mampu menjaga dan memanfaatkan tanah dan alamnya dengan baik.”

Demikian tertulis di akunnya dilengkapi 12 foto dari Sekretariat Presiden tentang pembukaan Pesta Kesenian Bali (PKB) tahun ini di Denpasar, Sabtu (11/6/2016) sore. Dalam foto, Joko Widodo dan Iriana terlihat terus mengumbar senyum. Mengapresiasi tiap parade kesenian tiap kabupaten yang tampil di perhelatan seni budaya tradisi tahunan di Bali ini.

Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana didampingi Gubernur Bali Made Mangku Pastika ketika membuka Pesta Kesenian Bali (PKB) di Denpasar, Sabtu (11/6/2016) sore. Foto : Humas Setkab
Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana didampingi Gubernur Bali Made Mangku Pastika ketika membuka Pesta Kesenian Bali (PKB) di Denpasar, Sabtu (11/6/2016) sore. Foto : Humas Setkab

Pesan Joko Widodo ini kemudian direspon oleh sejumlah warga Bali. Sebagian besar menyayangkan ada peristiwa pemukulan dan minta segera memutuskan pembatalan rencana reklamasi 700an hektar area laut Teluk Benoa.

Misalnya oleh salah seorang pegiat isu globalisasi Hira Jhamtani. “Bapak Presiden, kami di bali juga mencintai Teluk Benoa. Tolong dibatalkan reklamasi karena akan menyebabkan kerusakan lingkungan dan budaya,” tulisnya.

Sementara seorang anak muda pembuat film, Dwitra J. Ariana memprotes langsung peristiwa kekerasan itu. “Revolusi mental macam apa yg bapak maksud jika menonton festival kami sendiri dilarang pakai kaos buatan kami sendiri? bapak sungguh2 ga sih melanjutkan reformasi? atau tetap jadi agen orde baru dengan menjadi kacung investor? bersikap dong pak.. iya iya.. tidak tidak.. biar jelas, kami tetap mendukung bapak atau tidak!” Hira dan Dwitra sudah dimintai izin dan dikonfirmasi soal respon keduanya di akun FB Jokowi ini.

Adi Sumiarta dan Suriadi Darmoko, keduanya aktivis Walhi Bali dan penggerak ForBALI. Bersama teman-temannya mereka menonton pembukaan PKB ke-38 ini. Mereka mengenakan baju tolak reklamasi beda desain buatan kelompok atau atas nama desa.

Setelah peristiwa pemukulan, keduanya terlihat shock. “Saya dipukul di kedua bahu,” kata Adi Sumiarta, notaris muda dari Ubud ini saat rehat di lapangan dekat lokasi kejadian. Wajahnya memerah menahan amarah. Sementara Darmoko tersungkur karena didorong dan dipukul di rahang kanan.

“Yang membuat saya geli dengan perilaku aparat adalah kami dilarang nonton pembukaan PKB karena kami menggunakan baju Bali Tolak Reklamasi (BTR). Ditanya aturan soal larangan memakai baju Bali Tolak Reklamasi, mereka jawab pokoknya perintah atasan tidak boleh pakai pake baju BTR dan saya dan kawan-kawan kalau mau nonton pembukaan PKB silahkan pulang ganti baju dulu atau buka baju,” bebernya.

Netizen yang sempat mendokumentasikan aksi intimidasi oknum pada dua pegiat ForBALI yang melarang berbaju Tolak Reklamasi Teluk Benoa dil okasi dekat panggung Jokowi berada. Foto: repost oleh akun FB Bali Tolak Reklamasi.
Netizen yang sempat mendokumentasikan aksi intimidasi oknum pada dua pegiat ForBALI yang melarang berbaju Tolak Reklamasi Teluk Benoa dil okasi dekat panggung Jokowi berada. Foto: repost oleh akun FB Bali Tolak Reklamasi.

Kurang dari satu jam, kejadian ini sudah viral lewat foto dan video yang dibagi warga. Peristiwa memang di tengah ribuan massa yang sedang menonton pawai pembukaan PKB. Sementara Gubernur Bali dan Presiden Jokowi di panggung kehormatan.

“Aturan yang mana dilanggar, tindakan hukum itu berdasarkan aturan hukum, gimana ini?” protes Darmoko pada oknum mengaku aparat yang melarangnya menonton.

“Terserah kamu bilang apa,” jawab pria berbaju merah itu. Ketika ditanya siapa yang melarang, disuruh tanya atasannya.

Para pelaku belum diketahui identitasnya karena langsung menghilang. “Bagi saya sendiri, ini adalah adegan lucu yang pernah terjadi. Aparat keamanan begitu paranoid melihat baju Bali Tolak Reklamasi,” tambah Darmoko.

Ancaman ini sudah dimulai malam hari sebelum Joko Widodo datang. Sebuah baliho besar dipasang kelompok pemuda di dekat Art Centre, pusat perhelatan Pesta Kesenian Bali selama satu bulan. Baliho bertuliskan : Sumerta Tolak Reklamasi Berkedok Revitalisasi Teluk Benoa. “Karang Awak” Mencintai Tanah Kelahiran. Kami Cinta Bali Tanpa Reklamasi. Sudah Saatnya Jokowi Batalkan Perpres No 51/2014.

Baliho yang didirikan Desa Sumerta ini bergambar wajah Jokowi sedang tersenyum mengenakan udeng (kain penutup kepala). Tema PKB tahun ini adalah Karang Awak. Sebuah kutipan dari karya sastra seorang pemuka agama, Ida Pedanda Made Sidemen yang sangat reflektif. Merujuk tanah kelahiran, diri sendiri.

Warga setempat melalui media sosial melaporkan disertai foto penurunan baliho oleh aparat gabungan termasuk Satpol PP. Namun warga melawan dengan mendirikan lagi baliho itu di pertigaan jalan. Saat Jokowi membuka PKB di lokasi lain, warga terlihat berjaga-jaga di pinggir jalan sekitar baliho.

Kekonyolan dan intimidasi ini direspon oleh sejumlah netizen dan kartunis. Ada yang buat karikatur menertawakan oknum yang melarang baju kaos Bali Tolak Reklamasi itu. Juga kartun lucu yang dengan cepat jadi viral. Ini bentuk respon anti kekerasan, berkebalikan dari pendukung reklamasi selama ini.

Dalam kartun karya Dieant ini digambar dua pria berbadan kekar melarang penonton ke PKB. Diminta melepas kaos, dan dituruti. Tapi ternyata di kulitnya ada tato yang sama dengan desain kaos. Memang sudah ada netizen yang membuat tattoo poster Bali Tolak Reklamasi di tubuhnya.

sebuah karikatur menertawai tindakan pelarangan penggunaan baju tolak reklamasi Teluk Benoa Bali. Karya kartunis Dieant.
sebuah karikatur menertawai tindakan pelarangan penggunaan baju tolak reklamasi Teluk Benoa Bali. Karya kartunis Dieant.

Sementara melalui akun resmi di Facebook, KontraS mengecam represi negara terhadap gerakan Bali Tolak Reklamasi.

KontraS mengecam keras represi aparat keamanan di Bali kepada sejumlah orang yang menggunakan kaos Bali Tolak Reklamasi, saat kunjungan Presiden Joko Widodo. Tindakan ini terdiri pelarangan masuk dalam keramaian warga yang menonton pertunjukan menyambut Presiden, pemukulan pada setidaknya 2 orang hingga pengusiran terhadap sejumlah orang yang menggunakan kaos Bali Tolak Reklamasi.

Koordinator Badan Pekerja KontraS Haris Azhar menyebut sungguh memalukan bahwa kunjungan Presiden Republik Indonesia di Bali ketakutan pada warga yang menyuarakan aspirasi pelestarian lingkungan. Pelarangan pada warga sipil yang berkaos Bali Tolak Reklamasi adalah bentuk lain dari ketakutan Pemerintah sekaligus ancaman terhadap kebebasan berekspresi dan berpendapat. Situasi ini menurutnya makin memperburuk catatan rejim Pemerintah Joko Widodo yang represif dengan ekspresi masyarakat.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,