, ,

Ganggu Ekologi Laut, Rumpon Ikan di Seluruh Indonesia Akan Dimusnahkan

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berencana untuk memusnahkan seluruh rumpon ikan yang tersebar di seluruh perairan Indonesia. Rencana operasi tersebut dilakukan, karena keberadaan rumpon selama ini dinilai telah banyak merugikan nelayan lokal atau tradisional yang ada di setiap daerah.

Hal itu diungkapkan Menteri Kelautan dan Perikana Susi Pudjiastuti di Jakarta, Senin (13/06/2016). Menurut dia, jika rumpon ikan terus dibiarkan ada, maka itu akan berdampak pada ekologi perairan yang ada. Akibatnya, ikan-ikan pelagis besar yang ada tidak akan bisa mendekati ke pesisir atau dalam batas wilayah di bawah 4 mil dari bibir pantai.

“Operasi pemusnahan rumpon ini akan menggandeng aparat seperti TNI AL dan dilakukan di seluruh Indonesia,” ucap dia.

Dengan kondisi perairan yang telah berubah, Susi menjelaskan, itu akan menyulitkan nelayan untuk mendapatkan ikan-ikan yang berukuran besar dan bernilai ekonomis tinggi. Hal itu, mengakibatkan nelayan hanya bisa dapat jenis ikan kecil-kecil saja seperti malalugis.

“Sementara, ikan-ikan yang gede-gede itu pada berkumpul di rumpon-rumpon, tidak mau kepinggir,” ungkapnya.

Selain karena berdampak buruk pada perairan yang ada, Susi memaparkan, alasan pihaknya akan memusnahkan seluruh rumpon yang tersebar di perairan Indonesia, karena hingga saat ini tidak ada izin pemasangan rumpon di manapun lokasinya.

“Rumpon yang terdapat di perairan Indonesia saat ini tidak satu pun memiliki izin dan pemerintah masih tidak mengizinkan untuk pemasangan rumpon di perairan manapun,” jelas dia.

Untuk bisa melancarkan rencana pemusnahan itu, Susi meminta bantuan kepada seluruh nelayan di Indonesia untuk memberikan informasi terkait keberadaan rumpon di perairan masing-masing nelayan di daerahnya. Informasi itu, bisa berupa lokasi dan bisa langsung berupa titik koordinat di perairan.

“Tolong koordinatnya dikasih tahu, bapak bisa kirim sms sama saya dan kami secepatnya akan bergerak bersama TNI AL,” ujarnya.

Susi menyebut, perairan yang saat ini diketahui terdapat banyak rumpon, adalah di wilayah perairan Nusa Tenggara Timur (NTT). Namun, tidak hanya NTT wilayah lain juga sama. Contohnya, kata dia, ada Teluk Tomini dan Bitung di Sulawesi Utara.

“Di sana, tangkapan nelayan tradisional sebagian besar hanya malalugis yang dikenal sebagai ikan umpan untuk tuna. Padahal potensi tangkapan di sekitar Laut Sulawesi dan Samudera Pasifik sangat besar karena merupakan habitat tuna dan ikan pelagis besar lainnya,” tutur dia.

Menurut Susi, ikan-ikan seperti tuna dan pelagis besar lain biasanya hidup bergerombol di dalam perairan, namun kemudian terhadang rumpon dan akhirnya hanya berputar-putar di sekitar rumpon saja. Dia yakin, jika rumpon tidak ada, ikan akan mendekat ke pesisir.

Jaga Lautan dari Bom Ikan

Terkait kelestarian laut yang ada di Indonesia, Susi Pudjiastuti meminta kepada semua pihak, terutama nelayan di seluruh Indonesia untuk bisa menjaganya sebaik mungkin. Hal itu, karena dia mendapat laporan saat berkunjung ke Labuan Bajo, NTT, bahwa ada warga yang menggunakan bom dan portas saat mencari ikan.

“Saya sangat menikmati kekayaan yang dimiliki Labuan Bajo, tapi ada kekhawatiran. Harus ada peningkatan pengawasan dari Danlanal, Kapolres dan pihak lainnya untuk lebih menjaga.Karena saya pikir, tidak banyak yg memiliki keindahan seperti ini, warga Laboan Bajo sangat beruntung” ucap dia.

Ikan sitaan hasil pemboman di perairan Raja Ampat. Foto: Dwi Aryo/TNC
Ikan sitaan hasil pemboman di perairan Raja Ampat. Foto: Dwi Aryo/TNC

Selain meminta warga untuk meningkatkan kelestarian laut, Susi mengatakan, pelaksanaan observasi di Labuan Bajo harus bisa ditingkatkan. Kata dia, observasi perlu ditingkatkan, karena untuk bisa mencari tahu apa yang dibutuhkan masyarakat dan apa yang harus dilakukan jika alat tangkap diganti dengan yang ramah lingkungan.

“Kebijakan untuk pesisir dan pulau-pulau kecil akan dibuat sama. Ekosistem di pesisir itu seharusnya dijaga. Karena ekosistem pesisir itu mempengaruhi laut. Ikan itu beranak, kawin dan membesarkan anak itu di pesisir. Jika pesisir tidak kita jaga, maka semua akan hilang,” pungkasnya.

Laboratorium Rumput Laut

Sementara itu menyikapi besarnya potensi rumput laut di Indonesia, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya KKP memastikan akan membangun laboratorium yang fokusnya adalah untuk memperbaiki bibit rumput laut. Komoditas tersebut, selama ini menjadi andalan untuk sektor kelautan dan perikanan.

“Untuk memperbaiki kualitas bibit kami akan membangun laborotarium khusus, dananya senilai Rp900 juta yang mencakup juga penyaluran 400 unit kebun bibit rumput laut,” ungkap Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto, kemarin.

Dia menjelaskan, nantinya akan ada beberapa kawasan yang menjadi lokasi sasaran juga disertai dengan bantuan sarana dan prasarana budi daya komoditas tersebut.

Berkaitan dengan pengembangan rumput laut sebagai komoditas unggulan, KKP bertekad untuk mengembangkannya dengan konsep ramah ligkungan dan berkelanjutan. Cara tersebut, diharapkan bisa membuat budidaya rumput laut tidak saja unggul dari kuantitas dan kualitas, tapi juga menjaga kelestarian alam.

Slamet Soebijakto mengatakan, saat ini pemanfaatan lahan budidaya laut atau marikultur di Indonesia baru mencapai 2 persen dari total 11,8 juta hektare. Padahal, dengan mengembangkan marikultur, akan berdampak positif untuk sektor budidaya perikanan Tanah Air.

“Dengan lahan yang masih luas terbentang, potensi untuk mengembangkan rumput laut di marikultur sangat terbuka luas. Apalagi, jika penerapannya dilakukan melalui teknologi budidaya yang mengedepankan efisiensi dan ramah lingkungan,” ucap Slamet.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,