,

Spirit Talang Tuo, Dasar Pelestarian Lingkungan Hidup untuk Mayarakat Dunia

Pada Forum The Oslo Exchange REDD, Oslo, Norwegia, Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel) Alex Noerdin menyampaikan upaya pelestarian lingkungan hidup yang bertujuan untuk kemakmuran dan kesejahteraan bersama di dunia, berdasarkan spirit Prasasti Talang Tuwo.

Dijelaskan Alex Noerdin, Prasasti Talang Tuwo merupakan maklumat Raja Sriwijaya Sri Baginda Sri Jayanasa pada 23 Maret 684 Masehi. “Isinya antara lain menyebutkan semoga tanaman-tanaman dengan bendungan-bendungan dan kolam-kolamnya, dan semua amal yang saya berikan dapat digunakan untuk kebaikan semua mahluk, semoga mereka tidak terkena malapetaka, tidak tersiksa, semoga semua planet dan rasi menguntungkan mereka atau lestari,” kata Alex di hadapan para peserta, termasuk Kepala BRG Nazir Foead, Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim KLHK Nur Masripatin, dan Gubernur Kalimantan Barat Cornelis, Selasa (14/06/2016).

Berdasarkan spirit Prasasti Talang Tuwo tersebut, Alex Noerdin menyampaikan gagasan tentang kemitraan para pihak domestik dan global, untuk pertumbuhan hijau dalam suatu kelembagaan Konsorsium Donor Public Private People Pertnership (P4). Kelembagaan tersebut merupakan sinergi antara pihak pemerintah, swasta, dan masyarakat. Kelembagaan ini dinamakan Kelola (Kemitraan Pengelolaan Lanskap) Foundation.

Terkait upaya memperbaiki lingkungan hidup di Sumsel, kata Alex, dimulai pembentukan Satgas REDD+ pada 2010, kemudian menjadi Badan Pelaksana REDD+ pada 2014. Sejak 2015 menjadi bagian domain Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, dan sebagian fungsinya sejak 2016 dilakukan oleh Badan Restorasi Gambut (BRG).

Miniatur Prasasti Talang Tuo. Foto: Taufik Wijaya

Program kemitraan pengelolaan lanskap di Sumsel sudah dimulai Mei 2016, dengan dukungan Konsorsium Donor dari mitra internasional IDH (Belanda), UKCCU dan ZSL (Inggris), NICFI (Norwegia), GIZ Bioclime (Jerman), Asia Pulp and Paper dan Sinar Mas Grup (mitra swasta), Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (mitra pemerintah), dan Yayasan Belantara (NGO). “Sebagai model awal difokuskan pada Taman Nasional Sembilang, Dangku, Bentayan, Lalan, Merang, dan HSM Padang Sugihan,” kata Alex.

Setelah mengikuti Forum The Oslo Exchange REDD, Alex Noerdin yang didampingi Najib Asmani, Staf Khusus Gubernur Sumsel Bidang Perubahan Iklim, melanjutkan lawatan ke Kopenhagen, Denmark, menghadiri undangan peluncuran Green Hydrogen Automotive, Kamis (16/06/2016).

Menurut Najib, gagasan Alex Noerdin untuk menjalankan pertumbuhan hijau dalam suatu kelembagaan Konsorsium Donor P4, mendapat dukungan banyak pihak. Sehari setelah kegiatan tersebut, Rabu (15/06/2016), panitia pelaksana mempertemukan Alex Noerdin dengan para donor international, guna mendiskusikan gagasan tersebut.

Siaga karhutlah

Terkait antisipasi kebakaran hutan dan lahan (karhutlah) 2016, sebelumnya Alex Noerdin telah meminta semua pihak siaga. Siaga ini difokuskan pada 123 desa rawan kebakaran hutan dan lahan, yang tersebar di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Ogan Ilir (OI), Banyuasin, dan Musi Banyuasin (Muba).

“Beberapa lokasi di Sumsel sudah mengalami kekeringan. Agar tidak terjadi kebakaran, gubernur meminta semua pihak yang telah berkomitmen mencegah karhutlah untuk siaga,” kata Najib.

Alex Noerdin saat menyampaikan Spirit Talang Tuwo di Forum The Oslo Exchange REDD. Foto: Najib Asmani
Alex Noerdin saat menyampaikan Spirit Talang Tuwo di Forum The Oslo Exchange REDD. Foto: Najib Asmani

Sebagai informasi, pada 7 Maret 2016, Pemerintah Sumsel bersama Pemerintah Kabupaten OKI, OI, Banyuasin, Muba, TNI, Polri, serta unsur asosiasi perusahaan, LSM, dan perwakilan mitra international, telah mencanangkan Gerakan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (Radarkarhutlah).

Selain itu, kata Najib, akhir Juni 2016, Alex Noerdin akan melakukan rapat evaluasi kegiatan atau upaya pencegahan Karhutlah di Kabupaten OKI, OI, Banyuasin dan Muba, tiga bulan terakhir.

Di Kabupaten OKI, terdapat 25 perusahaan, baik HTI, sawit, pertambakan udang, dan restorasi. Di Muba ada 31 perusahaan, baik HTI, sawit, Oil & Gas, dan restorasi. Sementara di Banyuasin sebanyak 16 perusahaan HTI dan sawit dan di OI sebanyak 18 perusahaan, baik sawit, karet, tebu dan Oil & Gas. “Dalam upaya pencegahan karhutlah, Pemerintah Sumsel telah melakukan pembagian tugas lintas satuan kerja perangkat daerah,” jelasnya.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,