,

Kasihan, Ada Peluru Senapan di Pundak Bayi Orangutan Ini

Pendeta Olke menghubungi Yayasan Internasional Animal Rescue Indonesia (YIARI). Berdasarkan keterangannya, ada bayi orangutan, yang diserahkan seseorang kepada warga Desa Sandai, Kecamatan Sandai Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, untuk diselamatkan.

Menurut Olke, warga Sandai bernama Cuan yang juga pemilik warung di Desa Sandai itu, sama sekali tidak mengenal orang yang membawa bayi orangutan tersebut. “Waktu mengurus orang kecelakaan, tiba-tiba ada yang menyerahkan orangutan kepadanya, tidak tau siapa dan darimana, setelah itu pergi begitu saja.”

Iba, orangutan yang diberi nama Didik itu dirawat oleh Cuan, dan ia juga mencari informasi di mana orangutan tersebut bisa diserahkan. Selama tiga malam, bayi malang tersebut diberi minum susu formula.

Tim YIARI berangkat ke Desa Sandai pada 15 Juni 2016, melanjutkan laporan itu. Karmele Llano Sanchez, dokter hewan sekaligus Direktur Program YIARI yang ikut dalam kegiatan segera memeriksa kondisi bayi orangutan di lokasi.

Menurut Karmele, kondisi Didik kurus kering dan terlalu kecil untuk orangutan seusianya “Usianya diperkirakan satu tahun setengah yang bisa diketahui dari formulasi giginya.”

Di pundak kanan Didik juga ditemukan sebutir peluru senapan angin yang mengakibatkan kelenjar dada kanannya membengkak. Menurut Karmele, ada kemungkinan juga induknya tertembak, atau mati. Biasanya, ketika induknya ditembak mati, anaknya juga terkena peluru. “Kehilangan induk akan membuat bayi orangutan trauma, terlebih bila melihat langsung kejadiannya. Ini juga yang membuat Didik tampak depresi dan sedih berkepanjangan. Butuh waktu lama untuk merehabilitasinya.”

Manager operasional YIARI Ketapang, Adi Irawan mengatakan, Didik saat ini sudah dibawa ke Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi Orangutan YIARI di Ketapang untuk menjalani pemeriksaan dan perawatan lebih lanjut. “Ia akan belajar bertahan hidup sebelum dikembalikan ke alam liar.”

Tubuh Didik kurus, terlalu kecil untuk ukuran bayi orangutan seusianya. Foto: YIARI
Tubuh Didik kurus, terlalu kecil untuk ukuran bayi orangutan seusianya. Foto: YIARI

Orangutan merupakan satu-satunya kera besar yang hidup di Asia, sedangkan tiga kerabatnya yaitu gorila, simpanse, dan bonobo ada di Afrika. Diperkirakan, sekitar 20 ribu tahun lalu, orangutan tersebar di seluruh Asia Tenggara, dari ujung selatan Pulau Jawa hingga ujung utara Pegunungah Himalaya dan Tiongkok bagian selatan. Kini, 90 persen orangutan hanya ada di Indonesia yaitu di Sumatera dan Kalimantan, sementara sisanya di Sabah, dan Sarawak, Malaysia.

Orangutan kalimantan dikelompokkan dalam tiga anak jenis yaitu Pongo pygmaeus pygmaeus yang berada di bagian utara Sungai Kapuas hingga ke timur laut Sarawak; Pongo pygmaeus wurmbii yang tersebar dari selatan Sungai Kapuas hingga bagian barat Sungai Barito; serta Pongo pygmaeus morio, yang terlihat dari Sabah hingga selatan Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Populasi keseluruhannya diperkirakan 54  ribu individu.

IUCN Red List memasukkan orangutan kalimantan dalam status Genting (Endangered/EN). Sedangkan Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Langka Fauna dan Flora Liar (CITES) memasukkannya dalam Lampiran I yang artinya berarti tidak boleh diperdagangkan. Pemerintah Indonesia telah memasukkan spesies ini sebagai satwa yang dilindungi berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

Didik yang terlihat sedih dan depresi, bahkan ada sebutir peluru senapan yang bersarang di pundaknya. Foto: YIARI
Didik yang terlihat sedih dan depresi. Sebutir peluru senapan bersarang di pundaknya. Foto: YIARI
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , ,