Telur Penyu di Pulau Bangkaru Itu Terus Diburu

Keberadaan penyu di Aceh terancam dengan maraknya pencurian telur. Bukan hanya di pesisir yang ditinggali masyarakat, di pulau terluar seperti Pulau Bangkaru, Kecamatan Pulau Banyak, Kabupaten Aceh Singkil, pun disatroni pemburu.

Minggu, 24 Juli 2016, personil TNI Angkatan Laut yang bertugas di Pos Angkatan Laut Pulau Banyak bersama anggota Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, menangkap tiga pencuri telur penyu hijau di pulau tersebut.

Komandan Pos TNI AL di Pulau Banyak, Letda Laut Prabowo menyebutkan, penangkapan tiga pelaku bersama barang bukti 1.200 telur penyu dilakukan saat patroli rutin. Tiga warga Haloban, Pulau Banyak Barat, yang tangkap adalah Azma (29), Rafdi (58), dan Usmir (30).

“Pengakuan dari tiga pelaku, telur akan dijual ke pengepul di Haloban seharga Rp2.000 per butir yang selanjutnya dibawa ke Medan, Sumatera Utara. Selain itu juga, untuk dikonsumsi masyarakat di Aceh Singkil.”

Prabowo mengatakan, perlindungan atau konservasi penyu merupakan wewenang BKSDA, terlebih Pulau Bangkaru merupakan daerah berstatus lindung. “Kami dari angkatan laut ikut menjaga karena masuk wilayah pangkalan. Ketiga pelaku telah diserahkan ke Polres Aceh Singkil untuk pemeriksaan lebih lanjut.”

Sekretaris Yayasan Hutan Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA), Badrul Irvan mengatakan, telur penyu yang ada di Aceh, khususnya Pulau Bangkaru, terus diburu untuk dijual ke berbagai daerah. “Kami bekerja sama dengan BKSDA Aceh mengelola Pulau Bangkaru sejak Juni 2015. Berdasarkan pendataan, sekitar 156 sarang telah dicuri telurnya.”

Menurut Badrul, dalam satu bulan, jumlah sarang penyu bisa mencapai 200 sarang. “Bila dilihat dari jumlah telur yang dicuri sebanyak 1.200 butir, artinya mereka telah mengambilnya dari 10 hingga 15 sarang.”

Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, Genman Hasibuan kepada Mongabay mengatakan, tiga pelaku tersebut merupakan target yang telah dipantau sebulan lalu.

“Para pelaku bukan pertama kali melakukan pencurian, mereka telah diamati dan diawasi saat melakukan kegiatan di pulau itu. Pastinya, kegiatan yang dapat dilakukan di pulau tersebut hanya konservasi serta pendidikan dan ilmu pengetahuan,” ujarnya Selasa (26/7/2016).

Penyu hijau (Chelonia mydas) yang ditemui Pulau Derawan, Kaltim. Meski bertelur ratusan, tapi hanya belasan tukik yang bertahan sampai dewasa. Foto: Wisuda

Genman menuturkan, berbagai pihak, baik BKSDA maupun lembaga swadaya masyarakat telah melakukan penyuluhan ke warga agar tidak mencuri telur penyu di Pulau Bangkaru. Selain daerah tersebut merupakan daerah lindung, penyu juga termasuk satwa dilindungi.

“Bahkan, kami telah menangkap beberapa pelaku agar memberikan efek jera, akan tetapi pencurian masih terjadi.”

Genman menambahkan, bekerja sama dengan HakA, BKSDA telah menempatkan dua ranger yang bertugas menjaga Pulau Bangkaru. Namun, pastinya mereka tidak akan mampu memantau pulau keseluruhan.

“Bangkaru merupakan pulau yang tidak ditinggali masyarakat. Pulau terdekat adalah Haloban. Untuk mencapai Bangkaru, hanya mereka yang berpengalaman saja, karena ombaknya besar dan terletak di laut lepas, atau di Samudera Hindia,” papar Genman yang pernah menginap di pulau tersebut.

Indonesia merupakan rumah bagi enam spesies penyu dari tujuh spesies yang ada di dunia saat ini. Enam jenis tersebut adalah penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu lekang (Lepidochelys olivacea), penyu belimbing (Dermochelys coriacea), penyu pipih (Natator depressus), dan penyu tempayan (Caretta caretta).

Telur-telur penyu sebanyak 9 ribu butir ini rencananya akan diselundupkan ke Malaysia pada April 2015 lalu. Foto: Dok. Polresta Singkawang, Kalimantan Barat
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,