Rabu, 27 Juli 2016, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat, Sustyo Iriyono, mengumpulkan semua kepala seksi wilayah. Sehari sebelumnya, dia menerima informasi sebuah foto yang menjadi viral di media sosial. Gambar tersebut diunggah di akun Facebook milik warga Kota Pontianak, terkait keberadaan satu tampah plastik berisi telur penyu yang dijual di salah satu pasar tradisional di kawasan Pontianak Barat.
“Mulai sekarang, semua pintu masuk diawasi. Terutama melalui perairan, silakan kerja sama dengan kepolisian setempat untuk mempermudah pengawasan,” instruksi Sustyo, kepada jajarannya. Sustyo lantas membahas informasi mengenai masuknya telur penyu di pasar tradisional yang dengan leluasa dijajakan di lapak pedangan, bersebelahan lapak penjual daging ayam.
Sustyo pun memberikan arahan teknis untuk melakukan investigasi khusus terkait informasi tersebut. “Akun yang menggungah foto itu, sudah menghapus postingannya. Namun, gambarnya sudah kita simpan. Saat ditelusuri, pedagangnya sudah tidak ada.”
Tim Gugus Tugas Evakuasi dan Penyelamatan Tumbuhan dan Satwa Lindung BKSDA Kalbar, segera bergerak, melakukan pengamatan di beberapa pasar tradisional. Pintu-pintu masuk dari daerah luar diawasi. Hingga akhirnya, Jumat, 29 Juli, tim mendapati warga yang menjual ratusan telur penyu di pasar tradisional, kawasan Kelurahan Mariana, Pontianak Kota. Agustamin (44), warga Siantan Hilir, beserta 161 telur penyu yang dijualnya pagi itu.
Agus pun diperiksa di kantor BKSDA Kalbar. Dalam keterangannya kepada penyidik pegawai negeri sipil, Agus mengatakan telur-telur tersebut dibeli dari rekannya, Budi, sebanyak 500 butir. “Budi bekerja sebagai tukang masak di kapal nelayan di Pulau Tambelan, Kepulauan Riau,” tuturnya. Dari 500 butir telur penyu, sebanyak 339 terjual. Sisanya, 161 telur disita.
Agus merupakan pedagang sayur. Dia telah berjualan sejak 1980, di berbagai pasar tradisional di Kota Pontianak. Untuk pelanggaran UU No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya ini, Agus mengaku tidak mengetahui adanya aturan tersebut.
BKSDA hanya memberikan teguran. Agus diminta menandatangani surat pernyatakan untuk tidak mengulangi perbuatannya. “Dia pedagang kecil. Penangkapan dan pemeriksaan ini, saya rasa sudah memberikan efek jera. Hingga saat ini, pengembangan kasus untuk mengungkap sindikat penjualan telur penyu masih dilakukan,” tambah Sustyo.
Menurut data pengamatan WWF-Indonesia periode 2010-2015, dalam lima tahun terakhir, telah digagalkan tujuh kali penyelundupan telur penyu. Kebanyakan terjadi di Kabupaten Bengkayang. Indikasnya, telur-telur penyu tersebut akan dikirim ke Malaysia. Pada Mei 2010 diamankan 9.000 butir; April 2011 (3.405 butir); Oktober 2011 (6.500 butir); Agustus 2012 (3.900 butir); Oktober 2014 (1.864 butir), diselundupkan dalam mobil Avanza dan truk (1.500 butir); terakhir 23 Juni 2015 sebanyak 5.330 butir.
Setelah pengetatan wilayah perbatasan dilakukan, para pedagang telur penyu memutuskan untuk menjual di Kalimantan Barat. Belum lama ini, seorang warga juga mengunggah foto warung kopi di Kabupaten Mempawah yang menjual telur penyu. Siap direbus dan disantap menemani kopi hangat.
Dwi Suprapti, Koordinator Marine Species Conservation WWF-Indonesia mengatakan, pantai penelusuran penyu di Kepulauan Riau memang jauh lebih banyak dibanding Kalimantan Barat. Pulau-pulau kecil di kawasan tersebut merupakan tempat peneluran ideal penyu, karena sepi. Tidak seperti di Kalimantan Barat, yang cenderung ramai dengan aktivitas manusia. “Namun, karena sepi, pengawasan lebih sulit dilakukan,” katanya.
Bisa impoten
Perburuan telur dan penyu menjadi penyebab utama satwa yang telah mendiami bumi sejak 100 juta tahun silam ini, terancam punah. Mitos telur penyu sebagai makanan afrodisiak, atau dapat meningkatkan vitalitas seksual, menyebabkan telurnya ramai diburu.
Faktanya, justru kebalikan. WWF Kalimantan Barat memberikan informasi bahwa telur penyu mengandung kolesterol tinggi dibanding telur ayam. Kolestrol yang tinggi tersebut berpotensi menyumbat pembuluh darah, termasuk pembuluh darah di sekitar alat vital pria. Alhasil, mengkonsumsi telur penyu akan meningkatkan risiko terjadinya impotensi di kemudian hari.
Fakta lain, kandungan protein telur penyu tidak jauh berbeda dengan telur ayam. Pada telur penyu 13,04 persen, sementara telur ayam 11,8 persen. Sementara itu, kandungan lemak pada telur penyu dua kali lebih tinggi dari pada telur ayam.