Masih Beradaptasi, Marsela Tersesat di Kebun Warga

Dua foto dari laman sosial media, menjadi viral sekitar 22 Juli lalu. Foto-foto tersebut memperlihatkan satu individu orangutan di atas bumbung rumah warga, serta foto kondisi bagian dalam gubuk yang porak poranda. Lokasi kejadian di Dusun Sungai Dungun, Desa Laman Mumbung, Kecamatan Menukung, Kabupaten Melawi. Teks foto akun bernama Iting menyebutkan, orangutan tersebut adalah salah satu individu orangutan yang belum lama dilepasliarkan. Dalam laman Facebook Iting, disebutkan pula keberadaan orangutan tersebut diperkirakan lebih sekitar empat hari terakhir. “Kami warga dibuat was-was,” tulis Iting.

Tentunya hal ini cukup mengejutkan pihak terkait, terutama Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBR) Kalimantan Barat, Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Barat, dan Yayasan International Animal Rescue Indonesia (YIARI). Terakhir, mereka melepasliarkan tiga individu orangutan di kawasan TNBBBR, 28 Juni 2016 lalu. Sebelumnya, pada 22 Juli 2016, Tim monitoring Marsela, melalui telepon satelit, melaporkan tidak bisa mencapai sarang Marsela, lantaran pekan lalu hujan deras di Resort Mentatai, TNBBBR.

Hujan menyebabkan Sungai Juoi meluap, dan arus sangat deras sehingga tim tidak bisa menyeberang terlebih mencapai sarang tidur Marsela. Setelah tiga hari mencari, 25 Juli 2016, tim akhirnya membuat flying camp untuk mencari Marsela hingga ke ladang kampung Juoi Lama. Namun, pada hari yang sama YIARI di Ketapang, mendapatkan telepon dari staf TNBBBR, terkait informasi warga mengenai Marsela. Supardi, warga Desa Laman Mumbung, melaporkan keberadaan satu individu orangutan di desanya. Menurut Supardi, orangutan yang terlihat merupakan orangutan betina remaja. Hal ini dipastikan, dari fisiknya yang tidak besar.

“Orangutan yang dimaksud sudah berada di pondok milik Kredi, warga Dusun Sungai Dungun, Desa Laman Mumbung. Orangutan tersebut terlihat makan garam dan bumbu-bumbu masak yang ada di Pondok,” jelas Sustyo Iriyono, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat.

Manager Operasi YIARI, Adi Irawan, langsung menuju Kabupaten Melawi untuk melakukan evakuasi Marsela. Hari itu juga, Marsela dievakuasi dari Laman Mumbung pukul 10.00 WIB. Setelah melalui pemeriksaan, kondisinya dinyatakan baik. Perjalanan dilanjutkan, pada pukul 18.30 WIB, Marsela dan tim sudah mencapai kandang habituasi di Resort Mentatai.

Marsela berasal dari areal Laman Satong. Tepatnya, dari perkebunan sawit PT. Kayong Agro Lestari (KAL) di Ketapang. Anak orangutan yang masih liar ini ditemukan tanpa induknya oleh satpam perusahan Oktober 2012, yang segera melaporkan temuannya kepada petugas BKSDA dan diserahkan kepada YIARI. Setelah belajar untuk hidup mandiri, Marsela dinyatakan siap untuk hidup di habitat aslinya.

Habitat hidup orangutan adalah hutan. Tampak dua individu orangutan langsung memanjat pohon begitu dilepaskan di TNBBR. Foto: YIARI

Dorong aturan adat 

Tantyo Bangun, Direktur YIARI menyatakan, proses pelepasliaran orangutan memang memerlukan waktu, tenaga, dan biaya cukup besar. “Tak hanya itu, di lapangan juga ditemukan kesulitan-kesulitan cukup tinggi.”

Tantyo mengatakan, pihaknya akan melakukan upaya terbaik terhadap program ini. Sejauh ini, lanjutnya, YIARI mendapatkan dukungan penuh dari BKSDA Kalbar, Balai TNBBBR, pemerintah daerah setempat, serta masyarakat.

YIARI telah berkomunikasi dengan perwakilan masyarakat setempat, baik dari institusi pemerintahan desa maupun adat. “Masyarakat Desa Laman Mumbung sangat tanggap dan segera melaporkan temuan ke Balai TNBBBR dan YIARI. Hal ini menunjukkan kepedulian yang tinggi pada upaya pelestarian satwa dilindungi,” tambahnya.

YIARI juga akan mengganti rugi secara langsung kepada pemilik pondok, yakni Kredi, warga Dusun Dungun 1, RT 7. Karena belum ada aturan adat atau desa mengenai hal ini, maka YIARI akan berkomunikasi dengan Balai TNNBBBR dan pemerintah daerah untuk memfasilitasi tersusunnya peraturan desa atau adat.

Aturan desa atau adat ini nantinya berisi upaya pelestarian orangutan melalui pelepasliaran. “Termasuk juga akan diatur mengenai apabila ada orangutan yang masuk ke kebun atau desa. Pertemuannya akan dimulai dalam waktu dekat, dengan melibatkan beberapa desa di kawasan penyangga Resort Mentatai, TNBBBR.

Di sisi program, masyarakat Desa Laman Mumbung menyampaikan keinginan mereka untuk terlibat dalam program pelepasliaran orangutan. “Ini hal positif. YIARI akan segera menindaklanjuti, sehingga masyarakat Desa Laman Bumbung dapat bergabung sebagaimana Desa Mawang Mentatai dan Desa Nanga Juoi, yang sudah lebih dulu,” katanya.

Perjalanan menuju lokasi pelepasliaran orangutan di TNBBR yang butuh perjuangan ekstra. Foto: YIARI
Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,