Temuan di Sulawesi Utara, Hiu Australia ataukah Spesies Baru?

Belum lama ini, publik Sulawesi Utara digemparkan dengan temuan binatang laut yang mirip hiu. Diduga, itu merupakan spesies yang sama dengan Oxynotus bruniensis (prickly dogfish) atau jenis hiu yang umumnya hidup di perairan Australia dan Selandia Baru. Namun, ada kemungkinan, binatang mirip hiu ini adalah spesies baru.

Jeffry Nggala, anggota polsek Wanea, Manado, adalah orang yang pertama kali menemukan binatang laut yang mirip hiu itu. Saat sedang berenang bersama anaknya di pantai Kalasey, kabupaten Minahasa, Minggu (07/08/2016), ia melihat binatang laut yang mengambang, mirip ikan, namun dengan ciri fisik yang agak berbeda. Panjangnya tak sampai 1 meter, kulitnya didominasi warna cokelat tua. Lebih aneh lagi, sisik binatang yang mirip hiu itu nampak tajam ke atas.

Ketika ditemukan, sekitar pukul 9.30 Wita, binatang itu diperkirakan belum lama mati. Jeffry sempat menanyakan pada nelayan sekitar, namun tak ada yang mengetahui jenis ataupun namanya. “Awalnya saya kira duyung. Tapi setelah berkomunikasi dengan beberapa pihak, kemungkinan binatang ini adalah hiu,” kata dia ketika ditemui di Universitas Sam Ratulangi (Unsrat), Manado, Rabu (10/08/2016).

Jeffry sempat mempublikasi temuannya di jejaring sosial facebook dan mendapat tanggapan dari masyarakat. Lalu, keesokan harinya setelah menemukannya, pada Senin (08/08/2016), Jeffry menyerahkan binatang mirip hiu tadi pada pada tim peneliti Unsrat.

Saat diserahkan, beberapa bagian spesimen sudah terkelupas dan bagian anusnya telah mengeluarkan kotoran serta minyak. Kondisi itu disebabkan karena memang, golongan hiu diketahui mengandung banyak minyak di bagian hatinya.

Di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Unsrat, binatang itu disimpan dalam cool box yang diberi pecahan es dan ditaburi garam.

Gustaf Mamangkey, ketua Program Studi Ilmu Kelautan, mengatakan, dalam menyikapi temuan tersebut, pihaknya langsung membentuk Tim Analisis Spesimen. Para peneliti, lanjutnya, memiliki latarbelakang keahlian dalam ikhtiologi, taksonomi morfologi, genetik, fisiologi dan bio-ekologi kelautan.

Tim tersebut terdiri atas 9 anggota dan 2 koordinator. Mereka berasal dari FPIK Unsrat, juga peneliti lain dari Unsrat dan luar Unsrat, bahkan luar negeri. “Namun, kewenangan penelitian langsung berada di bawah Unsrat,” ujar Gustaf di gedung FPIK Unsrat.

Kegiatan analisis secara resmi dimulai pada Rabu (10/08/2016), sampai waktu yang tak terbatas dan terbuka bagi kegiatan penelitian oleh peneliti lain, namun tetap di bawah kendali otoritas Unsrat lewat tim yang telah terbentuk.

“Kita akan membuka waktu selamanya. Karena, setelah spesies ini diambil dan dicek morfologinya, ini akan terbuka untuk studi-studi lanjutan. Tapi, untuk pengungkapan nama, kami memang belum memiliki target waktu,” jelas Gustaf Mamangkey yang juga koordinator Tim Analisis Spesimen.

Family Oxynotidae

Elvis Bataragoa, salah satu anggota Tim Analisis Spesimen mengatakan, berdasarkan pengamatan awal dan ciri khasnya, spesimen itu diduga termasuk golongan hiu, famili Oxynotidae. Karena, menurut dia, pertama, mulut binatang ini punya semacam bibir. Di dalam bibir itu ada gigi seperti hiu pada umumnya. Kedua, sisik yang seperti duri. Tajam ke atas. Tidak seperti ikan yang disaksikan sehari-hari.

“Ada 2 kemungkinan dari ditemukannya spesies ini. Pertama, dia merupakan new record untuk Sulawesi Utara dan Indonesia. Karena spesies tadi belum pernah ditemukan di Indonesia. Kedua, ada peluang menemukan binatang ini adalah spesies baru,” kata Elvis.

Hiu yang diduga jenis spesies baru dari famili Oxynotidae yang ditemukan di pantai Kalasey, kabupaten Minahasa, Minggu (07/08/2016). Spesimen hiu tersebut sedang diteliti oleh tim dari FPIK Unsrat, Sulawesi Utara. Foto : Themmy Doaly
Hiu yang diduga jenis spesies baru dari famili Oxynotidae yang ditemukan di pantai Kalasey, kabupaten Minahasa, Minggu (07/08/2016). Spesimen hiu tersebut sedang diteliti oleh tim dari FPIK Unsrat, Sulawesi Utara. Foto : Themmy Doaly

Elvis menyebut, ada 5 spesies dari family Oxynotidae. Pertama, Oxynotus bruniensis yang tersebar di Australia bagian selatan dan Selandia Baru. Spesies ini hidup di perairan subtropis, tapi ada juga informasi yang menyatakan bahwa ia juga ditemukan di perairan tropis. Kedua, Oxynotus paradoxus yang hanya ada di lautan Atlantik bagian utara dan barat. Ketiga, Oxynotus japonicus, endemik Jepang. Keempat, Oxynotus carribbaeus yang hanya ada di kepulauan Karibian. Terakhir, Oxynotus centrina, yang tersebar di Eropa bagian barat hingga pantai Afrika bagian barat.

Analisis Spesimen

Ditambahkan Prof. Janny Kusen, para peneliti sudah mengetahui informasi genetika dari spesies Oxynotus bruniensis, tapi masih akan mencari tahu genetika dari spesimen ini. “Kalau peta genetikanya sama, otomatis spesiesnya juga sama. Jika dibandingkan dengan spesies Oxynotus bruniensis, ada kemiripan.”

Ukuran spesimen ini sekitar 60 centimeter atau panjang maksimal bagi jantan pada spesies Oxynotus bruniensis. Sementara, betina bisa sampai 70 centimeter. “Dari pengamatan Tim Analisis, spesimen ini menunjukkan ciri-ciri betina. Karena, hiu jantan punya semacam alat reproduksi seksual di bagian luar tubuh. Ini tidak,” jelas Prof. Janny.

Kedepan, pihaknya masih akan melakukan kajian terkait habitat spesies tersebut, apakah spesies ini hidup di laut dalam atau dangkal. “Berdasarkan informasi, spesies Oxynotus bruniensis hidup di kedalaman 20 hingga 30 meter,” lanjutnya.

Menurutnya, jika spesimen ini hidup di laut dalam, maka ketika naik ke atas, ada akan gelembung yang keluar, yang menyebabkan perutnya pecah, kemudian gelembung tadi keluar di mulut. Namun, jika dalam penelitian lebih lanjut diketahui bahwa kulitnya adalah kulit spesies yang hidup di laut dalam, pasti dia adalah spesies laut dalam.

Upaya mengetahui jenis spesies juga dilakukan dengan pengenalan pakan spesimen. Prof. Farnis Boneka menuturkan, pihaknya akan memeriksa isi perut spesimen dan berharap menemukan sisa-sisa pakan. Dari makanan-makanan yang didapat, mereka akan dapat melakukan identifikasi. “Itu akan menjelaskan di mana spesimen ini hidup. Mudah-mudahan tidak semua makanan tercerna.”

Hiu yang diduga jenis spesies baru dari famili Oxynotidae yang ditemukan di pantai Kalasey, kabupaten Minahasa, Minggu (07/08/2016). Spesimen hiu tersebut sedang diteliti oleh tim dari FPIK Unsrat, Sulawesi Utara. Foto : Themmy Doaly
Hiu yang diduga jenis spesies baru dari famili Oxynotidae yang ditemukan di pantai Kalasey, kabupaten Minahasa, Minggu (07/08/2016). Spesimen hiu tersebut sedang diteliti oleh tim dari FPIK Unsrat, Sulawesi Utara. Foto : Themmy Doaly

Memang, spesimen mirip hiu ini belum bisa dipastikan jenisnya, apakah dia merupakan spesies Oxynotus bruniensis yang sama dengan spesies hiu di Australia atau Selandia Baru. Atau ia nantinya menjadi sebuah spesies baru.

“Kita perlu menunggu hasil identifikasi Tim Analisis Spesimen. Pastinya, temuan ini menunjukkan bahwa ada spesies lain di laut Sulawesi Utara yang baru disaksikan. Spesimen mirip hiu ini, bisa jadi, hanya satu dari sebagian banyak. Laut memang menyimpan misteri,” tambah Prof. Farnis.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,