Sementara Ini, Lahan Gambut di Sumatera Selatan “Aman”

Dibandingkan 2015 lalu, kebakaran hutan dan lahan (karhutlah) di Sumatera Selatan hingga pertengahan Agustus 2016 ini jauh berkurang. Saat ini, tercatat 30-an hektare lahan terbakar yang sebagian besar lahan terbakar itu berada di lahan mineral.

“Selama musim kemarau ini, gambut yang terbakar hanya puluhan hektare, semoga hal ini dapat ditekan,” kata Dr. Najib Asmani, Koordinator Tim Restorasi Gambut (TRG) Sumatera Selatan, pekan lalu, dalam acara sosialisasi dan konsolidasi Badan Restorasi Gambut (BRG) dengan TRG Sumatera Selatan (Sumsel).

Menurut Najib, pencapaian tersebut merupakan hasil kerja keras antara masyarakat, organisasi masyarakat sipil, pemerintah, perusahaan, TNI, Polri, serta pihak-pihak pendukung lainnya. Termasuk, kawan-kawan media. “Kerja keras yang dilakukan semua pihak tersebut yang menjadi salah satu faktor kecilnya luasan gambut yang terbakar saat ini,” katanya.

Dijelaskan Najib, temuan titik panas saat ini sebagian besar berada di lahan mineral. “Sekarang ini justru banyak muncul di tanah mineral, kalau di gambut relatif sedikit karena banyak yang mengawasi dan mengatasi.”

Bahkan, kata Najib, langkah hukum sudah diambil satgas pengendalian karhutlah ketika ditemukan pelaku pembakaran di lahan gambut beberapa waktu lalu. “Pelakunya tertangkap dan sekarang sedang diproses di kepolisian. Dia membakar karena ingin membuka lahan untuk perkebunan,” katanya.

Polisi harus bersikap tegas

Alex Noerdin, Gubernur Sumatera Selatan, menjelaskan pihaknya meminta kepolisian bersikap tegas kepada siapa saja yang sengaja membakar hutan dan lahan. “Saya pun minta kepada semua kepala daerah untuk terus memantau lokasi yang rawan kebakaran.”

Menurut Alex, sekitar 90 persen kebakaran itu terjadi karena motif membuka lahan, sehingga hampir setiap tahun terjadi bencana hingga menimbulkan kabut asap. Alex berharap, organisasi non-pemerintah (NGO) memberikan penilaian yang tepat pada masyarakat dengan apa yang sudah dilakukan guna menanggulangi kebakaran.

Komitmen bersama antara Pemerintah Sumsel, BRG, TRG Sumsel dan Kodam II Sriwijaya. Foto: Humas Pemprov Sumsel
Komitmen bersama antara Pemerintah Sumsel, BRG, TRG Sumsel dan Kodam II Sriwijaya. Foto: Humas Pemprov Sumsel

Panglima Kodam II Sriwijaya Mayjend TNI Sudirman mengatakan karena lahan gambut di Sumsel yang rawan kebakaran mencapai 1,4 juta hektare, maka semua pihak harus bekerja keras mengatasi kebakaran. TNI tidak bisa bekerja sendiri. “Upaya restorasi gambut harus didukung penuh semua pihak.”

Sekretaris Badan Restorasi Gambut (BRG) Hartono Prawira Atmaja mengatakan, Sumsel merupakan satu dari tiga provinsi di Indonesia yang menjadi prioritas program restorasi gambut. Luasannya mencapai 600.000 hektare. Lahan gambut yang akan direstorasi itu sebagai dampak dari kebakaran.

Hartono juga berharap Sumsel optimal dalam menjalankan program restorasi gambut tersebut, misalnya pada tahap awal ini melakukan pembasahan lahan gambut. “Revegetasi dengan jenis lokal juga bagian dari kegiatan restorasi,” katanya.

Pada kegiatan tersebut juga hadir perwakilan dari perusahaan pemilik lahan seperti PT. Wilma, PT. Sampoerna Ag, Persada Grup, Sinarmas Grup, Sentosa Bahagia Persada, Hutan Musi Persada, PT. Ciptamas, serta PT. Bumi Sentul. Sementara bupati yang hadir dari Kabupaten Ogan Ilir (OI), Banyuasin, dan yang diwakilkan dari Musi Banyuasin dan Ogan Komering Ilir.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,