Keliling Sumatera, Samsudin Cerita Penyelamatan Satwa kepada Anak-anak

Banyak cara ikut berperan dalam penyelamatan satwa. Salah satu seperti dilakukan Samsudin. Warga Indramayu, Jawa Barat ini berkeliling dari satu kota ke kota lain, untuk berdongeng soal penting menjaga satwa-satwa langka negeri ini tetap lestari.

Wajah penuh peluh, pria ini terus mengayuh sepeda menelusuri jalan-jalan riuh penuh sesak kendaraan, dan asap mengepul di Deli Serdang, menuju Kota Medan, Sumatera Utara.

Pada 13 Agustus 2016, dia tiba di Bandara Kuala Namu International Airport (KNIA) Deli Serdang. Pria ini melanjutkan perjalanan kampanye perlindungan satwa dan pelestarian hutan.

Setelah di Kota Jambi, Pekanbaru, kini tiba di Medan. Di kota yang terkenal dengan beragam panganan seperti bika Ambon, sampai durian ini, Samsudin kampanye konservasi di sejumlah sekolah sampai 18 Agustus 2016. Setelah itu lanjut ke penghujung Indonesia, Aceh.

Senin pagi (14/8/16), dia bersepeda menuju Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda, di Kecamatan Medan Sunggal, Medan.

Samsudin bertemu dengan anak-anak taman kanak-kanak (TK). Dia mendongeng satwa dan hutan kepada anak TK agar sejak dini mereka bisa memahami soal satwa.

Kali ini, Samsudin mendongeng keliling Sumatera, dari Jambi, Pekanbaru, Medan, berakhir di Aceh. Foto: Ayat S Karokaro
Kali ini, Samsudin mendongeng keliling Sumatera, dari Jambi, Pekanbaru, Medan, berakhir di Aceh. Foto: Ayat S Karokaro

Saat tiba, para pelajar sudah menunggu dengan tak sabar. Mereka duduk rapi, terkadang menyapa dan menyodorkan tangan untuk bersalaman. Ada yang mencium tangan Samsudin. Mata anak-anak ini tertuju kepada Samsudin dan beragam perangkat bawaan seperti kertas tebal dibentuk jadi gambar harimau Sumatera, badak Sumatera, orangutan Sumatera, dan gajah Sumatera.

Dengan alat peraga inilah Samsudin berdongeng tentang satwa dan hutan.

Samsudin mengatakan, di Medan,  temanya dogengan soal orangutan Sumatgera. Di Jambi cerita badak. Di Medan,  dia mendongeng kepada anak-anak TK dan anak-anak berkebutuhan khusus.

Ada berbagai kegiatan dilakukan, seperti bercerita tentang satwa, melukis orangutan Sumatera dan satwa lain juga kampanye menolak perburuan satwa, serta menolak merusak habitat mereka.

“Jika banyak anak-anak mau tahu tentang orangutan Sumatera dan satwa lain, mereka bisa sayang, cinta, jadi penerus dan bagian manusia menjaga keterancaman satwa dari kepunahan,” katanya.

Mereka mencontohkan bagaimana bunga berkembang, hutan yang lebat dan satwa yang hidup bebas tanpa diburu dan dibunuh. Foto: Ayat S Karokaro
Mereka mencontohkan bagaimana bunga berkembang, hutan yang lebat dan satwa yang hidup bebas tanpa diburu dan dibunuh. Foto: Ayat S Karokaro

Dongeng satwa ini, katanya, sebagai bentuk konservasi budaya dan penyelamatan satwa.

Dia pakai cara mendogeng, katanya, kebetulan latar belakang sebagai guru. Cara ini dia nilai cukup efektif.

Dalam kampanye ini, katanya, dia menyasar tak hanya anak TK dan SD juga para remaja.

Selain memberikan penyadartahuan soal penyelamatan satwa dan hutan, dia berharap,  bisa menularkan minat hingga muncul generasi penyuluh mendongeng konservasi di sekolah-sekolah.

Dia juga berharap, pelajaran konservasi bisa masuk kurikulum pendidikan di Indonesia. Guru-guru, katanya, diharapkan tahu soal konservasi.

Aksi mendongeng ini, mula-mula dilakukan Samsudin di kampung halaman, Indramayu.

“Sekitaran Indramayu sudah dua tahun mendongeng. Keliling mendongeng satwa di Indonesia berjalan satu tahun. Harapannya, makin banyak orang mendongeng keliling Indonesia, makin banyak yang tahu dan mendukung penyelamatan satwa.”

Kala mendongeng, dia membawa alat peraga, dari kertas yang dibentuk menjadi beragam satwa, seperti harimau, gajah, badak dan orangutan. Foto: Ayat S Karokaro
Kala mendongeng, dia membawa alat peraga, dari kertas yang dibentuk menjadi beragam satwa, seperti harimau, gajah, badak dan orangutan. Foto: Ayat S Karokaro
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , ,