Pengembangan Rumput Laut di Natuna Adopsi Konsep Berkelanjutan

Tidak semata-mata untuk kedaulatan negara, pengembangan kawasan Natuna yang berada di Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, juga menjadi rencana strategis untuk perekonomian nasional. Itu terjadi, karena Natuna menyimpan banyak sekali potensi ekonomi, salah satunya adalah rumput laut.

Untuk itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menjadikan Natuna sebagai salah satu proyek Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (PSKPT) yang mencakup di dalamnya adalah pengembangan rumput laut.

Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya KKP mencatat, berdasarkan data statistik sementara 2015, produksi rumput laut mencapai 9,9 juta ton atau mengalami kenaikan 18,8% per tahun dibandingkan  2011 yang produksinya mencapai 5,2 juta ton.

Menurut Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto, catatan tersebut mempertegas bagaimana potensi rumput laut sangat bisa diandalkan sebagai sumber mata pencaharian masyarakat pesisir. Selain karena cara budidayanya yang cukup mudah dan murah, kata dia, pasar rumput laut juga masih terbuka lebar.

“Pengembangan budidaya rumput laut secara sinergi dan simultan dari hulu dan hilir, merupakan bagian dari visi misi pembangunan Kabinet Kerja untuk mendorong laut sebagai sumber ekonomi bangsa di masa depan,” ungkap dia, akhir pekan lalu.

Slamet menerangkan, dipilihnya Kabupaten Natuna, tidak lain karena daerah tersebut masuk dalam daftar 15 kawasan terdepan yang masuk dalam prioritas pembangunan PSPKT tahun ini. Itu membuat Natuna menjadi daerah prioritas untuk pengembangan kawasan terdepan, khususnya di sektor kelautan dan perikanan.

Adapun, sebagai kawasan pesisir yang menjadi daerah terdepan di Indonesia, potensi lahan budidaya rumput laut di Kab. Natuna mencapai 4.757,5 ha. Dan menurut Slamet, hingga sekarang potensi tersebut baru dimanfaatkan sekitar 56 ha atau 0,01 %.

“Padahal apabila lahan tersebut dimanfaatkan secara optimal maka produksi rumput laut dari Kab. Natuna akan mencapai sekitar 150 ribu ton basah atau 22 ribu ton kering per tahun, atau senilai Rp176 miliar per tahun,” jelas dia.

Agar pengembangan usaha budidaya rumput laut di Natuna bisa berjalan baik, Slamet menyebutkan, pihaknya mengalokasikan bantuan berupa kebun bibit maupun budidaya rumput laut untuk daerah tersebut.

Untuk kebun bibit rumput laut, kata Slamet, lahan yang diberikan luasnya mencapai 2,5 ha dan didukung dengan bibit unggul kultur jaringan (kuljar) yang terbukti bisa tumbuh lebih cepat, tahan terhadap perubahan salinitas dan kadar caragenannya lebih tinggi.

“Sedangkan untuk budidaya rumput laut, kita sedang bangun paket percontohan budidaya rumput laut seluas 58 ha, yang akan dikelola oleh sekitar 20 kelompok atau 200 pembudidaya,”papar dia.

Rumput Laut untuk Berkelanjutan

Meski rumput laut memiliki potensi ekonomi yang sangat besar dan menjadi komoditas unggulan hingga saat ini, Slamet Soebjakto tetap mengedepankan sisi berkelanjutan dalam mengembangkan budidaya rumput laut. Hal itu, agar budidaya bisa berjalan beriringan dengan upaya konservasi di laut yang sedang dilaksanakan oleh Pemerintah.

Petani sedang memilih rumput laut. Foto: Anton Muhajir
Pembudidaya sedang memilih rumput laut. Foto: Anton Muhajir

Agar bisa tetap melaksanakan secara berkelanjutan, Slamet mengungkap langkah dan tips yang bisa dilakukan oleh pembudidaya di Natuna. Pertama, adalah mengunakan bibit dari tallus yang terbaik. Kemudian, yang kedua, disiplin panen pada usia 40-45 hari. Dan ketiga, tidak menggunakan pupuk/probiotik/bahan pemacu pertumbuhan.

“Keempat,  mengupayakan mencari kawasan budidaya yang baru untuk rotasi penanaman. Kelima,  harus menjaga lingkungan pantai dari sampah seperti plastik, pencemaran, dan lain-lain. Keenam,  tidak menjemur  rumput laut di pasir dan dijaga dari bahan-bahan yang menempel lainnya dan yang terakhir,” ucap dia.

Selain enam langkah di atas, Slamet menyebut ada langkah ketujuh yang juga harus dilaksanakan, yakni segera menutup rumput laut yang sedang dijemur dengan plastik atau terpal jika turun hujan. Dengan menerapkan jurus ini, dia yakin budidaya rumput laut akan berhasil dan berlanjut untuk mendukung peningkatan produksi dan kualitasnya.

Rencana Pemasaran

Agar pengembangan bisa membuahkan hasil bagus dan menghasilkan nilai ekonomi tinggi, KKP juga menyiapkan rencana strategis pemasaran produk rumput laut dari Natuna. Salah satunya adalah dengan menggandeng PT Perindo (Perikanan Indonesia) yang akan berperan sebagai pembeli hasil rumput laut para pembudidaya.

“Kita berharap, dengan lahan seluas 485 hektare di Natuna, panen rumput laut bisa dilakukan secara bergilir dan kontinu. Selain itu, dengan menggunakan zonasi dan klasterisasi, produksi dari Natuna bisa memenuhi kuota permintaan pasar,” jelas dia.

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti sudah menetapkan Natuna sebagai kawasan terdepan yang akan dikembangkan untuk sektor kelautan dan perikanan. Pengembangan tersebut, mencakup sektor perikanan tangkap yang salah satunya adalah mendatangkan nelayan-nelayan dengan kapal bertonase besar dai pantai Utara Jawa.

Selain itu, Natuna juga dilengkapi sejumlah fasilitas penting untuk mendukung pengembangan. Salah satunya, adalah detention keimigrasian.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,