Penanganan Karhutla Tertolong Cuaca, Pakar: Perhatikan Juga Api di Timur

Ribuan hektar hutan di Kabupaten Samosir terbakar.   Meskipun begitu, Pemerintah Samosir, masih enggan menetapkan darurat karhutla. Khawatir kebakaran makin luas dan tak terkendali, BNPB  menurunkan pesawat holco .

Ancaman kebakaran hutan dan lahan diprediksi sampai akhir 2016. Pemerintah optimistis,  karhutla dapat terkendali. Anomali cuaca dan La-Nina menguat menyebabkan curah hujan tinggi selama kemarau membantu dalam mengurangi dampak karhutla.

”Upaya pemerintah juga cukup baik, curah hujan melimpah dan kalau kebakaran tak terlalu luas,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB,  Sutopo Purwo Nugroho di Graha BNPB, Jakarta (29/8/16).

Bukan itu saja, katanya, penanganan kebakaran tahun ini lebih optimal dari sisi sumber daya manusia, jumlah bisa hampir dua kali lipat dari tahun lalu.

Pada 2015, katanya, sekitar 3.000 personil per provinsi, saat ini bisa 3.000-7.000 pada enam provinsi prioritas rawan kebakaran, yakni Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Barat.

Pemerintah,  perlu tetap mengoptimalisasi pengawasan daerah rawan kebakaran di utara garis khatulistiwa dan diprediksi berakhir Oktober ini.

”Saya optimis, hotspot tak akan menyebar ke lokasi lain dan pemadaman sudah tak ada lagi Oktober.”

Sumber: BNPB
Sumber: BNPB

Jika dibandingkan periode sama (1 Januari-29 Agustus), hotspot mengalami penurunan 61%, dari 32.734 titik pada 2015, menjadi 12.884.

Berdasarkan satelit MODIS dari NASA, hotspot di Riau 29 Agustus 2016 pukul 10.00 sebanyak 85, yakni, Rokan Hilir (71), Bengkalis (3), Dumai (1), Indragiri Hilir (1), Indragiri Hulu (3), Pelalawan (3), dan Rokan Hulu (3).

Di Pekanbaru, kualitas udara sedang hingga tidak sehat dan di Bengkalis ISPU mencapai indikator bahaya, konsentrasi 471 mikro gram per meter kubik.

Menurut Sutopo, pembakaran sengaja masih sering ditemukan, biasa di kawasan-kawasan tumpang tindih, yakni perbatasan antara konsesi dengan masyarakat, perkebunanan, pekarangan masyarakat, tanah ulayat dan lahan open access.

Jika dibandingkan data hotspot tahun lalu, luasan dan titik-titik terjadi kebakaran hutan masih di tempat sama.”

Hingga kini, sudah 17 pesawat untuk mengatasi karhutla, tujuh Riau, satu Jambi, empat Sumsel, dua Kalbar, dua Kalteng dan satu Kalsel.  Lalu, empat helikopter water bombing telah disiapkan untuk Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara.

”Kalau kurang nanti kami akan siapkan.”

Dari swasta, masih banyak perusahaan belum terlibat penanganan karhutla. ”Ada peningkatan kepedulian dalam menyiapkan tenaga, sarana dan prasarana, tapi belum semua kalau melihat luasnya  wilayah,” katanya.

Group Sinar Mas mengerahkan pesawat water bombing Super Puma dan beberapa karyawan. Belum semua perusahaan terlibat.

Sumber: BNPB
Sumber: BNPB

Mengenai dana alokasi dana on-call BNPB, mencapai Rp500 miliar. Pemerintah Indonesia pun mendapat dana hibah dari pemerintah Tiongkok Rp20,3 miliar buat karhutla selama dua tahun.

Dana hibah ini untuk kegiatan koordinasi, pelatihan, dukungan logistik monitoring dan evaluasi.

Samosir enggan tetapkan darurat karhutla?

Pada 29 Agustus 2016, BNPB melansir sudah sekitar 2.400 hektar Hutan Pusuk di Samosir, terbakar. Ia hutan pinus.

Meski demikian, hingga kini Bupati Samosir enggan menetapkan status siaga darurat. Padahal, sudah direkomendasikan BPDP karena wilayah sudah terbakar sejak Juni lalu.

”Kemarin kita akhirnya menerbangkan pesawat holco karena inisiatif sendiri,” katanya.

Sutopo mengingatkan, kondisi seperti ini perlu menjadi perhatian bagi kepala daerah. Mereka harus benar-benar paham manajemen bencana.

“Kita perlu kecepatan dan ketepatan, penggunaan dana dan sebagainya, pemda yang berperan.”

Belum progresif

Pakar Kehutanan IPB, Bambang Hero mengapresiasi aksi preventif kementerian. Meski demikian, tak semua daerah rawan kebakaran memiliki respon dan strategi cepat.

“Kalau Sumsel dan Riau, mereka sudah integrated. Banyak wilayah lain belum.”

Dia mencontohkan, Kalimantan pada 2015,  tampak tak menjadi pembelajaran tahun ini. Antisipasi tak progresif.

Sumber: BNPB
Sumber: BNPB

Bambang ke lapangan (Kalimantan) beberapa hari lalu,  masih banyak wilayah belum memiliki sarana dan prasarana.

Sebagian pemerintah daerah rawan karhutla masih mengganggap peristiwa kabut asap bukan prioritas, terutama kabupaten. Alasan klise, terkait dana terus menghantui hingga pencegahan minim.

“Selain, early warning system, pemerintah perlu menjangkau informasi kebakaran dan antisipasi ini hingga ke tapak. Mereka masih belum terjangkau dan potensi kebakaran cukup tinggi,” katanya.

 

Kebakaran makin ke Timur

Tak hanya di Kalimantan dan Sumatera, kebakaran sudah meluas ke Timur. Berdasarkan data BNPB, hotspot di Maluku (1 )titikGorontalo (1),  Sulawesi Tengah (1), Sulawesi Tenggara (2), Sulawesi Utara (5), Sulawesi Selatan (2), Sulawesi Barat (1), NTT (4), dan Papua (9).

Bambang Hero, mengatakan, peta kebakaran tahun lalu sudah makin ke arah timur. “Maluku, Sulawesi, Nusa Tenggara.”

Penanganan karhutla, katanya, selain fokus di Barat, Timur Indonesia,  patut jadi fokus. Apalagi, infrastruktur di Timur masih belum memadai, begitu juga persiapan sarana dan prasarana.

“Jika tak diperhatikan dan diantisipasi dari sekarang mungkin akan makin besar,” katanya.

Sutopo membenarkan soal ini. Kebakaran makin ke Timur, karena perilaku pembakaran sengaja, dan pertambahan penduduk di sana.

Titik api 29 Agustus 2016. Sumber: BNPB
Titik api 29 Agustus 2016. Sumber: BNPB
Sumber: BNPB
Sumber: BNPB
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , , , ,