Mengharukan..  Orang Ini Menyerahkan Elang Ular Bido Di Pameran Foto Elang

Hampir tujuh dasawarsa lalu Indonesia merdeka, terbebas dari belenggu tangan penjajah. Tentu setiap dari kita memiliki penafsiran akan hal itu. Terlepas dari suka cita kemerdekan, tapi nyatanya kita masih lupa akan problematika yang menerpa negeri ini.

Tengok saja, bagaimana persoalan lingkungan dan satwa endemik Indonesia kian terdegradasi dan terancam dari tanah yang dijuluki jamrud katulistiwa.

Akhir pekan lalu, satwa dilindungi jenis Elang Ular Bido (Spilornis cheela), pemiliknya Dede Suherlan (55) warga asal Pasirmalang, Lembang, Bandung Barat menyerahkan kepada Pusat Konservasi Elang Kamojang, Garut, Jawa Barat.

Pemiliki elang ras Jawa –Bali ini, Dede  berujar, kepemilikan elang tersebut berawal ketika ukuran elang masih kecil. Itupun kata dia, didapat dari penjual yang nenawarkan hewan dilindungi tersebut kepada anaknya.

Dia menuturkan, awalnya dia tidak mengetahui hewan yang baru dibelinya merupakan satwa pemuncak rantai makanan. Ketika sudah dipelihara, kata dia, baru nampak terlihat dari besarnya ukuran dan motif bulu elang muncul.

“Waktu itu masih kecil mau saya langsung dilepasin, tapi takut malah nantinya diburu orang. Jadi saya putuskan untuk dipelihara dulu sampai gede,”ujar Dede disela-sela acara Pameran Foto Elang tahun 2016 oleh komunitas pemotret burung Eloner Indonesia, Jalan Sumatera, Kota Bandung, Sabtu (27/08/2016) lalu.

“Saya tahu itu (elang) dilindungi, takut memeliharanya karena ada aturannya makanya saya serahkan hari ini. Awalnya saya mau lepasin langsung, Lalu saya ketemu dengan pemoto elang, kata mereka tidak boleh memelihara elang karena dilarang harus dilepaskan. Terus saya diajak kesini untuk diserahkan ke pusat konservasi elang ,” pungkas dia.

Seekor burung elang jenis elang ular bido diserahkan pemiliknya, Dede kepada Zaini Rakhman dari Pusat Konservasi Elang Kamojang, Garut di acara Pameran Foto Elang tahun 2016 yang diselenggarakan Komunitas Eloner Indonesia, di Jalan Sumatera, Kota Bandung, Sabtu (27/8/2016) lalu. Dalam acara pameran tersebut juga diadakan diskusi tentang penyelamatan elang dari kepunahan. Foto : Donny Iqbal
Seekor burung elang jenis elang ular bido diserahkan pemiliknya, Dede kepada Zaini Rakhman dari Pusat Konservasi Elang Kamojang, Garut di acara Pameran Foto Elang tahun 2016 yang diselenggarakan Komunitas Eloner Indonesia, di Jalan Sumatera, Kota Bandung, Sabtu (27/8/2016) lalu. Dalam acara pameran tersebut juga diadakan diskusi tentang penyelamatan elang dari kepunahan. Foto : Donny Iqbal

Ketua konservasi Elang Kamojang, Zaini Rakhman memperkirakan usia elang tersebut berumur kurang dari 1 tahun. Pihaknya, akan segera melakukan proses karantina untuk mengetahui kondisi elang. Setelah itu direhabilitasi untuk memulihkan sifat alamiahnya sampai akhirnya dilepasliarkan kembali.

Zaini mengungkapkan banyak sekali kasus penjualan yang memperdagangkan anakan elang. Itu dapat menurunkan populasi di alam sebab elang agak lama dalam berbiak. Dia menyebutkan, elang yang ada di penakaran ditambah dengan hasil penyerahan dari warga tersebut genap berjumlah 48 ekor. Tetapi , baru 15 ekor saja yang berhasil dilepaskanliarkan ke habitat semula.

“Elang bido ini katanya didapatkan di kawasan Lembang Bandung. Karena kawasan jelajah elang ini cukup luas, maka salah satu upaya pelepasliaran idealnya adalah di tempat semula ditemukan. Tapi kami belum tahu apakah Lembang ini kawasan jelajahnya atau daerah persebarannya. Nanti akan kami cek terlebih dahulu,” papar dia.

Zaini menpresentasikan penurunan populasi elang disebabkan 40 persen rusaknya habitat dan 50 persen perdagangan satwa mencapai lebih dari. Dia menuturkan dalam kurun waktu 1 tahun hampir 40 ekor elang hilang dari habitat aslinya.

Indonesia sendiri memiliki 75 spesies elang dan diantara kondisinya sekarang ada beberapa masuk ke dalam kategori konservasi kritis, genting, sangat jarang hingga kurang terperhatikan.

“Tentu kondisi ini miris sekali, ada jenis elang ular yang kategorinya sangat jarang dan hanya hidup pulau Mentawai. Perlu ada upaya serius dari semua pihak untuk mempertahankan agar tidak punah,” kata Zaini.

Pesisir Langkat, merupakan habitat burung elang bondol ini. Foto: Ayat S Karokaro
Pesisir Langkat, merupakan habitat burung elang bondol ini. Foto: Ayat S Karokaro

Elang berperan secara ekologis sebagai puncak rantai makanan  dalam ekosistem. Jika salah satu dari rantai makan terputus maka akan berpengaruh besar terhadap keseimbangan lingkungan.

“Untuk melepasliarkan 1 ekor elang saja ke alam, kami susahnya minta ampun. Perlu tenaga serta usaha keras dengan dana yang tidak sedikit. Jika kondisi sebaliknya malah elang terus diburu dan diperjualbelikan dan habitatnya dirusak. Mesti bagaimana lagi upaya pelestariannya? Mari kita sama – sama melindungi satwa langka ini,” imbuh dia.

Visualisasi Konservasi

Pameran foto elang 2016, kata  penggagas pameran, Amri A Zaenur menjelaskan ingin mengedukasi masyarakat lewat fotografi untuk pelestarian satwa dilindungi khususnya elang.

“Sebetulnya kami terbentuk dari hobi yang sama yaitu memotret. Cuma kami ingin sesuatu yang beda sebagai objeknya. Karena sebagian dari kami kagum akan sosok burung garuda, ya kami mencoba memotret kegagahan burung elang,” kata Amri yang juga sebagai Pembina Komunitas Elanor Indonesia.

Seorang anak kecil melihat buku berisi kumpulan bidikan elang yang digagas oleh komunitas pemotret burung (Eloner Indonesia) di Bandung. keberadaan buku tersebut dapat mengedukasi generasi muda agar menubuhkan rasa peduli terhadap satwa yang terancam punah tersebut. Foto : Donny Iqbal
Seorang anak kecil melihat buku berisi kumpulan bidikan elang yang digagas oleh komunitas pemotret burung (Eloner Indonesia) di Bandung. keberadaan buku tersebut dapat mengedukasi generasi muda agar menubuhkan rasa peduli terhadap satwa yang terancam punah tersebut. Foto : Donny Iqbal

Dia memaparkan, Komunitas yang terbentuk 2 tahun lalu kini telah menjelejahi sebagian besar kawasan Jawa Barat, Cilacap Jawa Tengah dan Sumatera Barat. Elanor Indonesia dalam perjalanannya juga sudah mengabadikan lebih dari 20 spesies termasuk elang Afrika yang bermigrasi ke Indonesia lewat jepretan kamera.

Amri mengatakan kadang perlu waktu dua minggu lebih untuk mendapatkan satwa predator tersebut.  Menelusuri hutan hingga berada di tengah hutan untuk mencari keberadaan elang.

Ketika Mongabay menanyakan perlihal kondisi habitat elang di alam bebas, Amri menjawab kebanyakan dalam kondisi rusak. Dikatakan Amri, kondisi tersebut karena tidak adanya burung – burung di dalam hutan.

“Dari Indikator tersebut jelas bisa dikatakan ada salah satu rantai makanan terputus dan bisa disimpulkan bahwa hutan tersebut dalam kondisi tidak sehat,” ucap dia.

Dia juga menghimbau kepada masyarakat untuk tidak memburu burung – burung kecil di hutan, sebab dapat berdampak pada keseimbangan ekologi  hutan.

Pameran yang menampilkan 32 foto elang, kata dia, hendaknya menjadi bahan refleksi dari kemerdekaan Indonesia. Dia berharap dengan digelarnya pameran tersebut dapat menyadarkan masyarakat supaya lebih peduli dan mesyukuri alam yang sudah dikaruniakan Tuhan kepada bangsa kita agar dimerdekakan seperti halnya kita merdeka.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , ,