Tujuh tim penyidik dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) disandera selama 10 jam oleh puluhan orang di Kecamatan Sontang, Kabupaten Rokan Hulu, Riau, Jumat (3/9/16). Penyanderaan terjadi usai tim menyegel konsesi perusahaan sawit yang mengalami kebakaran. Para penyandera meminta tim penyidik menghapus seluruh hasil dokumentasi.
Penyidik dibebaskan tim Penegakan Hukum LHK Wilayah I Sumatera dibantu pasukan TNI jajaran Kodam I Bukit Barisan dan personil Polres Rokan Hulu. Penyidik yang sempat disandera dalam kondisi sehat. Satu unit mobil dinas yang ikut disandera berhasil diambil kembali Sabtu pagi pukul 9.30.
Halasan Tulus, Kepala Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum KLHK Wilayah Sumatera mengatakan, penyanderaan terjadi hanya berselang beberapa jam setelah tim penyidik menyegel konsesi milik PT Andika Permata Sawit Lestari (APSL) yang terbakar Agustus lalu.
Tim dihadang sekitar 50-an orang yang tak terima penyegelan lahan saat menunggu kapal penyeberang sungai sore hari. Sempat terjadi ketegangan ketika tim diminta menghapus seluruh dokumentasi lapangan hari itu.
“Jumat siang itu tim penyidik sengaja menyegel di konsesi setelah penyelidikan lapangan pada Senin sebelumnya. Senin itu mengecek apakah benar terjadi kebakaran,” katanya saat dihubungi Mongabay Sabtu malam (3/9/16).
Menurut dia, luas kebakaran di konsesi dan wilayah sekitar sangat luas mencapai 3.000 hektar. Dokumentasi KLHK cukup kuat untuk jadi bukti ada kerusakan lingkungan di daerah ini. Saat penyegelan lahan masih terbakar dan ada asap.
“Pertama (ketika tim) masuk ndak ada masalah. Perusahaan memperbolehkan. Ternyata pas mo balik, setelah kita pasang segel, dihadang kita. Setelah keluar ampang-ampang, kan ada jalan yang kita harus lewati ponton (penyeberangan).”
Bawa-bawa nama masyarakat adat?
Halasan mensinyalir ada kepentingan perusahaan yang dibawa para penyandera. Mereka mengajukan dua tuntutan saat tim bernegosiasi agar bisa segera pulang.
Penyandera meminta segel plang dicabut dan meyatakan kawasan itu hak ulayat mereka, ninik mamak.
Menurut dia, puluhan orang mengaku pemuda dan masyarakat adat menyandera penyidik tak terima atas sikap petugas mengumpulkan barang bukti dan keterangan terkait karhutla Rohul.
Dari hasil penyidikan sementara, katanya, puluhan orang yang mengaku pemuda adat itu bukan masyarakat adat. Mereka diduga orang suruhan perusahaan.
Kata Halasan , penyandera bukan masyarakat adat. Bahkan, ninik mamak yang mereka temui mendukung penuh penegakan hukum KLHK.
Selama 10 jam disandera, tim penyidik mendapat intimidasi terutama secara verbal. Mereka mengancam tim bisa dibebaskan jika Menteri LHK, Siti Nurbaya, datang.
“Ada intimidasi semacam kata-kata kurang baik, kita dibilang cari-cari masalah. Kita berusaha negosiasi tapi buntu. Teman-teman kepolisian dari Polres Rohul ke lokasi negosiasi. Karena jauh sekitar empat jam perjalanan, baru pukul 3.30 pagi (tim) baru (bisa) keluar.”
“Anggota saya punya senjata saat bertugas. Namun saya perintahkan harus tetap tenang. Jangan mengambil tindakan apapun jika tak ada hal membahayakan.”
Sabtu malam tim sampai di Pekanbaru. Keadaan mereka dilaporkan sehat walau sangat lelah. Kasus ini sudah dilaporkan ke Dirjen Penegakan Hukum, KLHK.
“Jadi kalau tak ada masalah seperti ini, bisa langsung diajukan ke persidangan, seminggu (setelahnya). Sekarang kasus diambil alih Jakarta.”
Dirjen Gakum, KLHK, Rasio Ridho Sani, Dirjen Penegakan Hukum Lingkungan dan Kehutanan KLHK, turun ke Riau. Sabtu, Roy, sapaan akrab Rasio, sudah di Pekanbaru, bersama tim Gakum Sumatera.
“Beliau memberikan arahan petugas Gakum harus konsisten dan tetap komit menjalankan tugas. Kasus ini harus terus lanjut dan tak boleh ada yang mengintervensi kita. Hukum harus ditegakkan, ” kata Halasan, meniru ucapan Roy.
“Anggota saya punya senjata saat bertugas. Namun saya perintahkan harus tetap tenang. Jangan mengambil tindakan apapun jika tak ada hal membahayakan.”
Petinggi perusahaan dan kepolisian yang lagi heboh di sosmed
PT APSL beberapa hari terakhir ini cukup populer di sosial media setelah foto para petinggi perusahaan terlihat tengah kongkow-kongkow dengan perwira menengah polisi.
Polda Riau pun langsung jumpa pers dan menyatakan pertemuan di hotel di Pekanbaru, itu tanpa perencanaan.
APSL, satu di antara perusahaan yang tengah diselidiki kepolisian terkait kebakaran di konsesi baru-baru ini.