Banjir Bandang Garut, Puluhan Tewas, BNPB: DAS Cimanuk Rusak Parah

Sejak akhir pekan lalu hujan deras mengguyur Pulau Jawa, menimbulkan banjir dan longsor di berbagai daerah, dari Jawa Barat, Jawa Tengah sampai Jawa Timur. Terparah, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Hujan terus menerus dengan intentitas tinggi itu, menyebabkan Sungai Cimanuk dan Sungai Cikamuri, meluap.

Banjir bandang pun menerjang tujuh kecamatan, yaitu Bayongbong, Garut Kota, Banyu Resmi, Karang Pawitan, Tarogong Kaler, Semarang dan Tarogong Kidul, pada Selasa (20/9/16) sejak pukul 22.00. Kedalaman banjir sekitar 1,5 sampai dua meter!

Data sementara BPDB Garut, menyebutkan, sampai Rabu sore (21/9/16), korban meninggal dunia 20 warga, dan 14 lain masih hilang.

Pencarian korban, terus dilakukan Tim SAR gabungan dari Basarnas, BPBD, TNI, Polri, Tagana, PMI, relawan serta masyarakat. Ratusan pengungsi ditempatkan di kantor Korem. BPBD Provinsi Jawa Barat membantu penanganan darurat.

Banjir bandang Garut, membuat bus pun terbalik. Foto: dari akun Facebook Nissa Wargadipura
Banjir bandang Garut, membuat bus pun terbalik. Foto: dari akun Facebook Nissa Wargadipura

BPBD telah mendirikan posko dan dapur umum. Bupati Garut, katanya,  menunjuk Dandim sebagai komandan tanggap darurat.

“Pendataan masih dilakukan. Tim Reaksi Cepat berada di lapangan membantu BPBD, berupa dukungan dana siap pakai dan pendampinga posko,” kata Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat data Informasi dan Humas BNPB di Jakarta.

Menurut dia, kebutuhan mendesak adalah dana siap pakai untuk operasional penanganan darurat. “Beras dan makanan perlu untuk pengungsi.”

Warga juga saling bahu membahu membantu, salah satu dilakukan Pesantren Ekologi Ath-Thaariq, yang membuka posko untuk banjir bandang Garut dan sekitar.

“Teman-teman boleh menitipkan barang, makanan, pakaian, pembalut, dan lain-lain kepada kami,” kata pengasuh pesantren Nissa Wargadipura, dalam akun Facebooknya.

Pesantren Ath Thaariq, katanya  akan bekerjasama dengan BPBD dan segera menyalurkan bantuan yang dikumpulkan.

Sungai Cimanuk, yang meluap membawa segala, dari rumah hingga batu-batuan. Foto: dari Facebook Nissa Wargadipura
Sungai Cimanuk, yang meluap membawa segala, dari rumah hingga batu-batuan. Foto: dari Facebook Nissa Wargadipura

DAS rusak parah

Sutopo mengatakan, banjir bandang Garut potret pengelolaan buruk Daerah Aliran Sungai Cimanuk.

”Banjir bandang karena luapan Sungai Cimanuk, parameter koefisien regim sungai (KRS) di atas batas normal,” katanya kepada Mongabay.

KRS, katanya, angka yang menunjukkan perbandingan antara nilai debit maksimum dengan debit minimum pada suatu DAS atau sub-DAS.  Debit maksimum,  merupakan situasi saat banjir. Sebaliknya,  debit minimum,  saat kemarau.

Kategori KRS baik, berada pada titik 40, sedang 40-80 KRS, sedangkan buruk lebih 80 KRS.

”KRS Cimanuk itu 713,” katanya.

DAS Cimanuk ini, ucap Sutopo, memang paling buruk di Pulau Jawa. Situasi ini sudah berlangsung sejak 1980-an.

Untuk itu, katanya, perlu ada upaya pengembalian fungsi ekosistem lingkungan DAS guna meminimalkan potensi banjir dan longsor.

Selama resapan aliran berkurang, katanya, hutan minim, upaya konservasi tanah dan air di lahan pertanian khusus wilayah perbukitan dan pegunungan tak jalan, ancaman banjir dan longsor tak akan hilang.

Berdasarkan data BNPB, mayoritas sungai di Pulau Jawa kritis, Sungai Bengawan Solo (541 KRS), Brantas, Malang (205), dan Sungai Ciujung, Banten (189,5), Ada juga Sungai Serayu, Wonosobo, Sungai Cisadane, Tangerang, Sungai Citanduy, Tasikmalaya dan Sungai Citarum, Bandung.

Banjir bandang Garut, telah menewaskan 20 orang, masih hilang juga puluhan. Foto: dari Facebook Nissa Wargadipura
Banjir bandang Garut, telah menewaskan 20 orang, masih hilang juga puluhan. Foto: dari Facebook Nissa Wargadipura

Waspada, La-Nina sampai awal 2017

Dia mengimbau, masyarakat waspada dari ancaman banjir dan longsor. Dari perkiraan, katanya, potensi hujan masih terus meningkat dengan puncak Januari 2017.

“La Nina, dipole mode negatif dan hangatnya perairan laut Indonesia menyebabkan hujan melimpah, lebih besar dari normal. Ini dapat memicu banjir dan longsor,” katanya.

Pengaruh La-Nina, katanya,  meskipun intensitas masih lemah, telah meningkatkan curah hujan hingga menimbulkan banjir dan longsor di sebagian wilayah di Jawa.

September, biasa puncak musim kemarau, kini malah hujan berintensitas tinggi di beberapa wilayah.

Sementara itu, hujan lebat sejak Jumat malam (16/9/16) hingga Sabtu (17/9/16) juga menyebabkan banjir dan longsor di beberapa kabupaten lain, seperti Tasikmalaya, Ciamis, Bandung, Sumedang, Cilacap, Kota Brebes Tegal, Purbalingga, Pekalongan, Tulungagung, Trenggalek, sampai Pacitan.

Di Tasikmalaya, seorang meninggal dunia tertimpa longsoran susulan kala sedang membersihkan reruntuhan longsor di rel kereta api.

Sungai Cikidang juga meluap hingga banjir setinggi satu meter merendam kampung-kampung  di Desa Tanjungsari, Sukaresik Kabupaten Tasikmalaya.

Di Sumedang,  juga banjir dan longsor. Longsor di Dusun Ciherang, Ciguling, Singkup, Cimareme, Babakan Gunasari Desa Ciherang, Sumedang Selatan, Selasa (20/9/16).

Ada tiga orang tewas, dua luka-luka  dan satu dalam pencarian serta ratusan rumah terdampak

Bencana juga menimpa Kota Tegal, sekitar 144 rumah terendam banjir di Kelurahan Mintaragen, Tegalsari, Kraton, Kaligangsa, Margadana, dan Krandon.

Sumber: BNPB
Sumber: BNPB
Para pengungsi banjir bandang Garut. Foto: BNPB
Para pengungsi banjir bandang Garut. Foto: BNPB
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , , ,