Inspirasi dari Gampong Nusa, Masyarakat Kreatif di Desa Wisata

Gampong Nusa, adalah desa yang berada di Kecamatan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar, Aceh. Saat gelombang tsunami 2004 menghantam, wilayah ini mengalami kerusakan parah. Tak ingin hidup dalam bayang-bayang kelam, tahun 2006 mereka bangkit. Melalui kelompok perempuan Nusa Creation Community (NCC), mereka mengelola sampah yang selanjutnya berkembang menjadi gerakan berbasis masyarakat. Sampah yang menjadi berkah.

Di kampung ini, sampah organik maupun non, disulap menjadi berbagai hiasan rumah tangga juga tas yang cukup menarik. Harga hasil kerajinan tangan tersebut dijual mulai dari puluhan hingga ratusan ribu Rupiah.

Gampong Nusa memiliki pemandangan alam yang asri dan persawahan yang luas. Foto: Lembaga Pariwisata Nusa
Gampong Nusa memiliki pemandangan alam yang asri dan persawahan yang luas. Foto: Lembaga Pariwisata Nusa

Rubama, perempuan Gampong Nusa yang merupakan penggerak kesadaran masyarakat desa menyebutkan, hampir di setiap sudut wilayah di Indonesia termasuk Aceh, didapati tumpukan sampah, terutama plastik. “Alhamdulillah, kami telah mengubah kesan sampah yang kotor, bau dan sumber penyakit menjadi produk kreatif yang memberikan pemasukan tambahan untuk warga desa kami,” ujarnya, Minggu (18/09/2016).

Wanita kelahiran 1985 itu menuturkan, mengelola sampah untuk dijadikan berbagai kerajinan tangan telah dilakukan wanita dan anak-anak Gampong Nusa setelah bencana tsunami. Awalnya, program dilaksanakan 2006 oleh LSM asing, yang anggotanya mencapai 120 orang. Setiap kegiatan, anggota dibayar. “Namun, setelah program berakhir, banyak yang mundur.”

Di Gampong Nusa, sampah diolah menjadi kerajinan tangan yang menghasilkan rupiah. Foto: Lembaga Pariwisata Nusa
Di Gampong Nusa, sampah diolah menjadi kerajinan tangan yang bernilai ekonomi. Foto: Lembaga Pariwisata Nusa

Meski hanya menyisakan 16 anggota perempuan, kegiatan tetap dilanjutkan. Bentuknya, pengelolaan sampah berbasis masyarakat, gerakan sederhana yang digeluti oleh masyarakat. “Sekarang, kami mampu berkreasi dengan sampah organik dan non-organik, menjadikannya produk bernilai ekonomi. Sampah plastik seperti sachet sabun cucian, bungkus makanan ringan, dan lainnya kami ubah menjadi tempat pensil, bunga, baju, dan lainnya,” ujar peraih Perempuan Inspiratif Nova 2013 kategori Perempuan dan Lingkungan ini.

Rubama mengatakan, untuk menciptakan berbagai kerajinan dari sampah tidak dibutuhkan peralatan canggih. Hanya kelincahan jemari yang dipadukan mesin jahit sederhana. Gampong Nusa juga memiliki Bank Sampah, tempat anak-anak menabung sampah. Layaknya bank moderen, setiap penabung memiliki buku tabungan sendiri. “Sampah yang dijual itu, digunakan untuk membayar iuran Taman Pendidikan Al Quran dan kegiatan lainnya. Sehingga, meringankan beban orangtua.”

seorang anak terlihat menggunakan baju yang didesain dari kertas bekas. Foto: Lembaga Pariwisata Nusa
seorang anak terlihat menggunakan baju yang didesain dari kertas bekas. Foto: Lembaga Pariwisata Nusa

Desa wisata

Berhasil mengelola sampah, program pembangunan desa pun ditingkatkan. Perlahan, Gampong Nusa mengembangkan dirinya menjadi Desa Wisata yang banyak dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara.

“Ada beberapa kegiatan yang ditawarkan, wisata budaya, kuliner, dan alam,” sambung Rubama.

Gampong Nusa yang terletak di pinggiran Kota Banda Aceh ini memiliki alam nan asri, persawahan yang luas, serta perbukitan hijau. Sore hari, pengunjung bisa bergabung dengan anak-anak untuk mandi di sungai, melompat dari pepohonan.

“Kami juga menyediakan penginapan untuk wisatawan, tapi jangan berpikir sebagaimana hotel atau villa. Menginapnya di rumah warga, sehingga ada interaksi positif.”

Tempat peralatan menulis ini dibuat dari sampah plastik bekas. Foto: Lembaga Pariwisata Nusa
Tempat peralatan menulis ini dibuat dari sampah plastik bekas. Foto: Lembaga Pariwisata Nusa

Rubama menuturkan, ekowisata yang dia pahami adalah aktivitas yang menambah pendapatan ekonomi masyarakat tanpa merusak lingkungan, serta mengelola potensi yang ada. “Pengelolaannya akan berjalan jika saling menguntungkan. Pengunjung puas dan perekonomian masyarakat meningkat.”

Muhajir Maop, masyarakat Kota Banda Aceh mengatakan, Gampong Nusa merupakan desa yang tepat untuk dikunjungi masyarakat urban. “Di Gampong Nusa, kita bisa melihat aktivitas masyarakat desa yang sudah jarang ditemui di perkotaan. Lembaga Pariwisata Nusa juga cukup kreatif mengelola paket wisatanya. Saat musim turun ke sawah misalnya, wisatawan yang ingin merasakan bagaimana menjadi petani bisa ikut menanam padi.”

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Aceh, Reza Fahlevi, berharap wisata desa yang telah dikembangkan Gampong Nusa bisa dijadikan rujukan desa lain di Aceh. “Di Gampong Nusa, masyarakatnya antusias menyiapkan sarana pendukung seperti penginapan, seni budaya, kerajinan tangan, hingga kuliner tradisional. Pemerintah Aceh tentunya akan terus meningkatkan kemampuan pengelolaan wisata berbasis masyarakat,” tuturnya.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,