Jangan Biarkan, Terumbu Karang di Teluk Balikpapan Menghilang

Tidak cantik, tapi kuat. Itulah jenis terumbu karang yang satu ini. Dia baru saja menjadi penghuni laut dangkal perairan Jenebora, Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur. Dikenal dengan sebutan karang lunak atau Zoanthid sp, terumbu penyelamat ini biasa hidup di air keruh dan berlumpur.

Asalnya dari laut dangkal perairan Bontang, jumlahnya ada 350 keping. Ratusan terumbu itu terpaksa dipindahkan ke Teluk Balikpapan, lantaran akan dijual ke Pulau Jawa. Namun, karena tidak dilengkapi Surat Angkut Tumbuhan dan Satwa Dalam Negeri (SAT DN), terumbu tersebut tertahan di Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan, disita Balai Karantina Ikan, Agustus 2016 lalu.

Agar tetap hidup, terumbu karang harus kembali ke laut. Badan Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut Pontianak (BPSPL) Satuan Kerja Balikpapan terpilih menjadi petugas utama misi penyelamatan ratusan Zoanthid tersebut.

Terumbu karang di perairan Sangalaki, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Foto: The Nature Conservancy (TNC)
Terumbu karang di perairan Sangalaki, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Foto: The Nature Conservancy (TNC)

Dipilihnya Jenebora karena kondisi air dan kedalamannya sama sebagaimana tempat asalnya. Kepala satuan Kerja BPSPL, Ricky, mengatakan, misi penyelamatan itu bisa disebut upaya transplantasi terumbu karang, namun kali ini tidak direncanakan.

“Terumbu-terumbu ini rencananya dikirim ke Jogjakarta oleh seorang nelayan asal Bontang bernama La Ode. Karena tidak dilengkapi SAT DN, disita oleh Balai karantina dan harus dikembalikan ke laut.”

Jenebora memiliki tekstur air yang sama dengan perairan Muara Bontang. BPSPL yakin, Zoanthid yang telah dikembalikan ke laut itu bakal bertahan dan berkembang. “Kami kembalikan ke laut awal September dan akan dilakukan pemantauan. Sebelumnya, kami telah melakukan survei, secara visual Jenebora tempat paling ideal.”

Menggunakan alat transplantasi seadanya, terumbu-terumbu itu diletakkan di media subtrat dengan cara diikat kecil-kecil di alat tangkap bubu. Harapannya, bisa berkembang walau dengan cara diikat. Sebulan lagi akan dicek kondisinya. Cara berkembang biak Zoanthid ini menempel di karang-karang mati. Selain untuk menyelamatkan ratusan terumbu karang sitaan, tujuan lain kegiatan ini adalah untuk menyelamatkan habitat laut.

“Hadirnya Zoanthid, diharapkan membuat kondisi perairan pulih, terbebas abrasi dan menjadi pelindung ikan-ikan yang ada,” ujar Ricky, di penghujung September.

Keindahan terumbu karang di Pulau Kenawa, Sumbawa Barat. Foto: WCS
Keindahan terumbu karang di Pulau Kenawa, Sumbawa Barat. Foto: WCS

Teluk Balikpapan butuh terumbu karang

Selama ini, lanjut Ricky, BPSPL belum pernah melakukan proyek transplantasi di Teluk Balikpapan. Padahal, teluk ini sangat memerlukan terumbu karang yang signifikan untuk menopang kehidupan biota laut lainnya. “Teluk Balikpapan adalah pusat roda ekonomi, seharusnya perkembangbiakan terumbu karang ada.”

Terumbu karang memiliki hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya. Ibarat bank ekosistem laut, secara langsung terumbu karang menjadi penunjang kehidupan berbagai jenis makhluk hidup yang ada di sekitarnya. Terumbu karang juga merupakan sumber keanekaragaman hayati yang tinggi, pelindung pantai dan pesisir, sekaligus berfungsi mengurangi pemanasan global,” jelasnya.

Pemantauan kesehatan terumbu karang dengan metode Coral Watch di Bali. Foto: Reef Check Indonesia
Pemantauan kesehatan terumbu karang dengan metode Coral Watch di Bali. Foto: Reef Check Indonesia

Direktur Sentra Program Pemberdayaan dan Kemitraan Lingkungan (STABIL), Jufriansyah belum yakin akan perkembangan Zoanthid tersebut. Menurutnya, selain kondisi air yang belum bisa dipastikan apakah sesuai habitatnya, sedimentasi air laut di Teluk Balikpapan akibat Kawasan Industri Kariangan (KIK) pun membuat tanah terus tergerus. “Masalah pendangkalan luar biasa yang kini terjadi juga harus diperhatikan.”

Sejatinya, kata Jufriansyah, ada terumbu karang yang tumbuh di perairan Teluk Balikpapan. Namun, ada pula yang terancam akibat sedimentasi dan erosi dari kegiatan industri. Terumbu-terumbu itu mengalami pengapuran dan akhirnya mati. “Kondisi ini berawal dari kawasan industri yang terus melebar, tanpa ada pengawasan. Kami sering kampanyekan persoalan ini, tapi tidak ada perubahan. Pemerintah masih saja mengeluarkan izin industri di Teluk Balikpapan.”

Dosen Fakultas Perikanan sekaligus peneliti terumbu karang Universitas Mulawarman Muhlis Efendi, menuturkan, kajian mengenai terumbu karang di Jenebora belum ada. Penelitian baru dilakukan di Tanjung Jumlai. Menurutnya, harus dilakukan pemantauan berkala, minimal tiga bulan sekali, untuk melihat perkembangan Zoanthid. “Sebelum adanya monitoring, saya tidak bisa berspekulasi apakah terumbu karang itu bisa bertahan atau tidak.”

Jika nantinya ditemukan jenis Zoanthid di Teluk Balikpapan, kemungkinan besar terumbu karang yang baru dilepas itu, mampu bertahan dan berkembang biak. “Namun, perlu adaptasi luar biasa karena ditransplantasi dari luar habitatnya,” ujar Muhlis.

Karang Acropora sp dalam hamparan luas yang mengalami pemutihan (coral bleaching) di perairan Sekotong, Lombok. Foto: Ofri Johan
Karang Acropora sp dalam hamparan luas yang mengalami pemutihan (coral bleaching) di perairan Sekotong, Lombok. Foto: Ofri Johan

Perawatan

Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kaltim, Riza Indra Riyadi menjelaskan, BLH Kaltim belum pernah melakukan transplantasi terumbu karang. Pasalnya tugas tersebut sudah dilimpahkan pada BLH masing-masing seperti BLH Balikpapan maupun Penajam Paser Utara. “Teluk Balikpapan menjadi kewenangan BLH Balikpapan,” singkatnya.

BLH Balikpapan pun belum pernah melakukan transplantasi terumbu karang di Teluk Balikpapan. Kepala BLH Balikpapan, Suryanto, mengatakan hal itu sangat baik jika diusulkan menjadi program CSR untuk setiap perusahaan industri yang beraktivitas di teluk tersebut. “Akan baik jika dilakukan melalui CSR perusahaan-perusahaan industri yang ada.”

Terumbu karang lunak jenis Zoanthid sp ini yang ditanam di perairan Jenebora, Teluk Balikpapan. Foto: BPSPL Satuan Kerja Balikpapan
Terumbu karang lunak jenis Zoanthid sp ini yang ditanam di perairan Jenebora, Teluk Balikpapan. Foto: BPSPL Satuan Kerja Balikpapan

Pemerintah Penajam Paser Utara (PPU) juga belum pernah melakukan kegiatan tersebut. Terlebih, perawatan terumbu karang yang ada di kawasan Tanjung Jumlai dan Pulau Balang. “Biarkan tumbuh liar, yang penting jangan dirusak. Terumbu karang hidup dengan sendirinya, mengenai kondisi dan pemantauan kami serahkan pada Dinas Perikanan,” kata Bupati PPU, Yusran Aspar.

Menurut Yuspan, PPU belum ada program untuk pemantauan terumbu karang. “Intinya, jangan diganggu agar terumbu-terumbu itu berkembang alami,” ujarnya.

TNI AL Lanal Balikpapan dalam waktu dekat akan melakukan transplantasi terumbu karang di Teluk Balikpapan. Humas Penerangan Lanal Balikpapan, Arli, menuturkan, pihaknya pernah membuat kegiatan transplantasi terumbu karang di Marangkayu. Selanjutnya, terjun ke Teluk Balikpapan. “Penanaman terumbu karang itu merupakan bentuk kepedulian lingkungan.”

Meski demikian, Arli belum memastikan kapan jadwal kegiatan itu berlangsung. “Pastinya, kami akan bekerja sama dengan pemerintah setempat. Kita ciptakan kehidupan bawah laut Teluk Balikpapan yang sehat,” pungkasnya.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , ,