Evakuasi dari Hutan Batu Katak, 66 Peluru Bersarang di Tubuh Orangutan Ini…

Perlahan ia melompat dari satu pohon ke pohon lain. Gerakan begitu lamban, tak seperti satwa lain yang hidup di alam bebas. Satu tangan masih mampu memegang kuat ranting pohon. Ialah sosok satu orangutan Sumatera,  di hutan Batu Katak, Kecamatan Bahorok, Langkat, Sabtu (29/10/16).

Melihat kondisi orangutan itu, Tim patroli Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) langsung menghubungi tim evakuasi Yayasan Orangutan Sumatera Lestari- Orangutan Information Centre (YOSL-OIC). Mereka akan mengevakuasi orangutan di Batu Katak, ini.

Beberapa jam setelah evakuasi pakai pembiusan senapan, bersama tim BKSDA, orangutan Sumatera inipun berhasil jatuh dalam jaring tim . Tim medis OIC memeriksa tubuh satwa, dan memenukan sejumlah bekas luka tembak pada bagian tubuh.

Mereka memutuskan membawa orangutan ke karantina di Batu Mbelin, Sibolangit, Deli Serdang. Di rehabilitasi Sumatran Orangutan Conservation Program (SOCP), orangutan diperiksa lebih lanjut.

Yenny Saraswati, dokter hewan senior SOCP, kepada Mongabay Kamis (3/11/16) mengatakan, dari pemeriksaan mendalam, ditemukan ada 66 peluru bersarang ditubuh orangutan Sumatera  ini.

Saat evakuasi, kondisi orangutan memprihatinkan. Ada bekas tembakan di punggung satwa, menyebabkan kerusakan otot pantat.

Orangutan ini habitat hancur hingga keluar ke perkebunan warga. Foto: Ayat S Karokaro
Orangutan ini habitat hancur hingga keluar ke perkebunan warga. Foto: Ayat S Karokaro

Beberapa gigi patah, diduga karena orangutan melawan dan menggigit kandang besi, saat masuk kandang evakuasi. Hasil pemeriksaan medis ditemukan ada kerusakan mata kanan terkena satu peluru pada orbital. Mata tak berfungsi, dipastikan orangutan kehilangan satu mata kanan.

Focus utama mereka mengembalikan kondisi fisik agar stabil. Satwa ini liar, maka penanganan juga lain, tak seperti orangutan di kandang karantina Batu Mbelin. Makanan persis seperti di hutan, yaitu cempedak, durian, buah kueni dan buah berbau tajam.

Dari puluhan butir peluru bersarang di tubuh orangutan diperkirakan berusia 25 tahun ini, 10  butir berhasil dikeluarkan. Tak semua peluru bisa terambil. Dari ronsen, puluhan peluru sudah tertanam terlalu di tubuh. Jika dilihat rekam medis, bekas luka bahagian tubuh terkena tembakan ini, diduga sudah bertahutahun. Yang bisa dikeluarkan hanya butiran peluru yang baru ditembakkan.

Luka bagian pantat bisa diobati agar tak infeksi lebih panjang karena terbuka. Mata kanan segera operasi dan pembedahan untuk mengangkat bola mata (enukleasi). jika tak dikeluarkan, kata Yenny, akan infeksi dan menjalar ke mata sebelahnya.

“Sepanjang Kamis sudah mau makan. Beberapa hari sebelumnya hanya tidura.  Sekarang mau duduk, obat sudah mulai dimakan, buang air besar sudah rutin. Intinya sekarang kondisi mulai stabil dan tetap dalam pengawasan tim dokter,” katanya.

Orangutan muncul di hutan Batu Cadas, Bahorok, Langkat. Foto: Ayat S Karokaro
Orangutan muncul di hutan Batu Cadas, Bahorok, Langkat. Foto: Ayat S Karokaro

Upaya translokasi

Sapto Aji Prabowo, Kepala Bidang Pengelolaan Taman Nasional Wilayah III Stabat, Balai Besar (BBTNGL), mengatakan, orangutan ini berada di luar TNGL.

Satwa ini akan ke kebun warga, berdekatan dengan TNGL pada waktu-waktu tertentu, terutama saat musim buah. Tak sedikit orangutan ke kebun mengambil buah. Kemungkinan ini menyebabkan warga marah dan konflik. Mereka mengusir oranguran pakai senapan angin.

Ada dugaan, butiran peluru bersarang di tubuh orangutan ini karena ditembaki pemilik kebun.

“Setiap musim buah datang, orangutan masuk kebun dan mengambil buah. Pemilik kebun marah, usir pakai senapan angin.”

Beberapa kali, katanya,  orangutan menyerang kebun warga, terutama musim durian dan langsat. Di Bukit Kapal dan Bukit Cadas, Bahorok, Langkat, ada prangutan keluar kawasan, ke perkebunan warga karena pasokan pakan berlimpah.

BBTNGL sekitar satu bulan terakhir telah merencanakan translokasi terhadap prangutan, di luar TNGL. Sejak tiga pekan terakhir mereka monitoring.

Ada juga kelompok masyarakat menolak translokasi, dengan alasan orangutan ini obyek wisata yang mereka jual pada turis asing, salah satu di wisata Bukit Lawang.

“Mungkin juga karena pemahaman kurang. Kami sudah jelaskan translokasi orangutan yang keluar kawasan akan dibawa ke dalam TNGL bukan ke tempat lain, ” ucap Sapto.

Dari pemantauan mereka, setidaknya ada 25 orangutan terlihat keluar TNGL, dan berpotensi terjadi konflik dengan manusia. Terbanyak, katanya, di Bukit Cadas dan Bukit Kapal. Dua area ini, di luar TNGL, namun vegetasi masih cukup bagus.

Sapto mengatakan, translokasi orangutan ini akan berhasil jika didukung semua pihak. Jika tidak, akan berat. Dari beberapa kelompok, salah satu Himpinan Pramuwisata Indonesia (HPI) Langkat, menolak translokasi orangutan. Padahal, langkah ini mencegah konflik orangutan dengan manusia.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , ,