Mongabay Travel: Sensasi Bunta, Pulau Berkarang Indah Tanpa Penghuni

Hamparan pasir putih dan batu karang membentang indah di Pulau Bunta, yang berada di Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh. Meski tidak berpenghuni, namun keindahanya membuat siapa saja yang berkunjung ingin menjenguknya kembali.

Pulau atau dalam bahasa Aceh disebut pulo ini, luasnya sekitar 120 hektare. Dari kejauhan, pesona Pulo Bunta terlihat jelas dengan jajaran pohon kelapa yang melambai. Deburan ombak Samudera Hindia menambah eksotis pulau yang kaya akan biota laut ini.

Bunta merupakan pulau tidak berpenghuni, yang keasriannya lingkungannya masih terjaga. Foto: Junaidi Hanafiah
Bunta merupakan pulau tidak berpenghuni, yang keasriannya lingkungannya masih terjaga. Foto: Junaidi Hanafiah

“Pulau ini sangat tepat untuk dikunjungi. Tidak ada keramaian, kita serasa pemiliknya tanpa perlu khawatir adanya gangguan orang lain,” sebut Maulana, warga Banda Aceh yang pernah menghabiskan waktu liburnya di pulau ini.

Maulana mengetahui keindahan Pulau Bunta dari media sosial dan cerita teman-temannya. Melihat foto-foto yang ditunjukkan rekan-rekannya, membuat alumni Universitas Syiah Kuala segera mewujudkan keinginannya menjejakkan kaki di pulau mungil itu. “Suasananya memang menyenangkan untuk bersantai dan menghilangkan kejenuhan.”

biota-laut

Biota laut (atas) dan karang yang begitu indah di Pulau Bunta. Foto: Junaidi Hanafiah
Biota laut (atas) dan karang yang begitu indah di Pulau Bunta. Foto: Junaidi Hanafiah

Untuk mencapai Pulau Bunta, pengunjung bisa berangkat dari Pelabuhan Peukan Bada dan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar, atau melalui Ulee Lheue, Kota Banda Aceh. Disana ada perahu nelayan yang siap antar jeput wisatawan.

Dari tiga pelabuhan itu, perjalanan menyeberang lautan hanya membutuhkan waktu satu jam. Gugusan pulau kecil, yang berpenghuni atau tidak, seperti Pulau Batu atau Pulau Nasi yang masuk Kecamatan Pulau Aceh, terhampar jelas di depan mata.

Di Pulau Bunta hanya ada delapan unit rumah. Itu juga tidak dihuni karena di sini tidak ada air bersih, listrik, serta fasilitas umum. Untuk berteduh dan beristirahat, tenda merupakan perlengkapan utama yang harus dibawa ketika mengunjungi pulai ini.

Warga yang mencari gurita di malam hari. Foto: Junaidi Hanafiah
Warga yang mencari gurita di malam hari. Foto: Junaidi Hanafiah

“Kalau ke Pulau Bunta, wisatawan harus membawa air untuk minum dan memasak. Di pulau itu, tidak ada air layak minum, hanya ada dua sumur. Tapi, airnya agak asin sehingga hanya bisa dipakai untuk mandi dan mencuci barang bawaan,” ujar Agam, warga Lampuuk, Kecamatan Lhoknga yang hampir setiap bulan datang ke pulau ini untuk menangkap gurita.

Kami warga Lampuuk, sering datang untuk menangkap gurita. “Tidak perlu menyelam, hanya menyusuri karang diterangi senter. Gurita bisa kami tangkap dengan tangan kosong,” terangnya.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,