Selain Curah Hujan, Ini Penyebab Debit Air DAS Citarum Meninggi

Beberapa hari ini, hampir sebagian kawasan di wilayah Bandung Raya tergenang banjir. Hal ini disebabkan karena debit air sungai Citarum menjadi naik karena tingginya intensitas hujan yang terjadi di cekungan Bandung, Jawa Barat.

Wilayah cekungan Bandung meliputi Kabupaten Sumedang, Bandung, Bandung Barat, Kota Bandung dan Cimahi.  Berdasarkan data yang dihimpun, di Kabupaten Bandung, banjir masih melanda Kecamatan Dayeuhkolot, Bojongsoang dan Baleendah dengan ketinggian air antara 40 – 200 cm, yang mengakibatkan 919 kepala keluarga dengan 3.577 jiwa mengungsi.

Di Rancaekek, Banjir juga menutup akses jalan nasioal Bandung – Garut – Jawa Tengah. Sekitar pukul 18.30 pada Jumat, (11/11/2016), ketinggian air mencapai 60 cm, sehingga sebagian kendaraan roda dua dan empat tidak bisa melintas, namun hanya mobil besar saja yang bisa melintas.

Demikian juga di Kota Bandung, sudah 3 kali terakhir ini dilanda banjir besar di kawasan Pagarsih yang menyebabkan 4 mobil terbawa hanyut dan merobohkan 1 rumah.

Banjir luapan Sungai Cikijing menggenangi jalan nasional Bandung - Garut - Jawa Tengah di Desa Andir, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jumat (11/11/2016). Daerah ini menjadi langganan banjir yang mengakibatkan kemacetan lalu lintas. Foto : Dony Iqbal
Banjir luapan Sungai Cikijing menggenangi jalan nasional Bandung – Garut – Jawa Tengah di Desa Andir, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jumat (11/11/2016). Daerah ini menjadi langganan banjir yang mengakibatkan kemacetan lalu lintas. Foto : Dony Iqbal

Limpasan air akibat banjir juga berdampak ke daerah aliran sungai (DAS) Citarum yang memiliki luas 12.000 km2 , melintasi 12 wilayah administrasi kabupaten/kota. Hulu dari sistem sungai berada di cekungan Bandung dengan memiliki 7 sub DAS sungai yang semuanya bermuara ke Citarum.

Berdasarkan informasi yang diterima Mongabay, terhitung sejak Sabtu (12/11/2016),  debit inflow atau volume air Sungai Citarum ke Waduk Saguling mencapai 360 meter kubik /detik, sehingga tinggi muka air (TMA) waduk terus mengalami kenaikan dengan debit 171,73 meter kubik/detik.

General Manager PT Indonesia Power Unit Pembangkitan Saguling, Hendres Wayen, membenarkan, telah terjadi kenaikan TMA di Waduk Saguling sebesar 643,80 meter diatas permukaan laut (mdpl). Tetapi  sudah mengalami penurunan ke angka 642,76 mdpl.

“Pukul 18.00 sudah terjadi penurunan kembali. Ada tim kami yang standby di Dam Control Center (DCC) yang memantau waduk dan bendungan selama 24 jam, mengingat kondisi cuaca sekarang sedang tidak menentu dan kondisi air masih fluktuatif. Pemantauan tetap kami lakukan secara intensif,” kata dia saat dihubungi Mongabay, Minggu, (13/11/2016).

Kondisi Sungai Citarum di Desa Rajamandala Kulon, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Sabtu (12/11/2016). Akibat derasnya arus sungai menengelamkan 1 jembatan proyek PLTA Saguling. Foto : Dony Iqbal
Kondisi Sungai Citarum di Desa Rajamandala Kulon, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Sabtu (12/11/2016). Akibat derasnya arus sungai menengelamkan 1 jembatan proyek PLTA Saguling. Foto : Dony Iqbal

Sebelumnya, pada Kamis, (10/11/2016) lalu pukul 21.00, sudah terjadi elevasi air yang mencapai 643,80 mdpl dari batas normal 643,0 mdpl. Kemudian pukul 21.45, dibuka pintu spillway gate 3 dan debit air yang keluar mencapai 13,64 meter kubik per detik.

Hendres berujar, hal ini dilakukan karena melihat elevensi air Waduk Saguling sudah mencapai ketinggian di 643,80 mdpl. Berdasarkan Standard Operasional Procedure (SOP) bahwa pihaknya harus membuka pintu saluran pembuangan sebesar 1 meter.

Di sungai dengan panjang 300 km tersebut terdapat 3 waduk yang saling berurutan. Waduk yang tertinggi adalah Waduk Saguling, kemudian Waduk Cirata dan paling bawah Waduk Jatiluhur.

Kondisi Waduk Saguling yang sempat mengalami elevasi permukaan air mencapai ketinggian di 643,80 mdpl pada Kamis, (10/11/2016). Di Jawa Barat terdapat 3 Waduk yang memanfaatkan aliran Sungai Citarum untuk pembangunan PLTA. Foto : Dony Iqbal
Kondisi Waduk Saguling yang sempat mengalami elevasi permukaan air mencapai ketinggian di 643,80 mdpl pada Kamis, (10/11/2016). Di Jawa Barat terdapat 3 Waduk yang memanfaatkan aliran Sungai Citarum untuk pembangunan PLTA. Foto : Dony Iqbal

Jadi, misalkan air dari Waduk Saguling melimpas, tentunya bantaran Sungai Citarum dari outlet Saguling sampai Waduk Cirata akan mengalami kenaikan debit air. “Sepanjang Waduk Cirata masih bisa menampung, elevasi masih bisa dikendalikan,” paparnya.

Hendres menyesalkan, banyak masyarakat yang membangun rumah mendekati badan sungai. Padahal menurut kententuan, daerah dari titik tertinggi air di bantaran sungai tidak boleh ada pembangunan, tetapi ada saja yang nekat membangun. Untuk itu, pihaknya mengimbau masyarakat supaya tidak perlu khawatir tetapi mesti tetap waspada.

Evakuasi

Berdasarkan pantauan Mongabay di lapangan, derasnya arus Sungai Citarum menenggelamkan 1 jembatan proyek  PLTA Saguling. Jembatan tersebut memiliki panjang 30 dan lebar 6 meter. Jembatan yang baru dibangun tahun 2013 lalu merupakan akses yang menghubungkan Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat dengan Kecamatan Haurwangi Kabupaten Cianjur.

Menurut Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung Barat, Diki Maulana, pihaknya masih berjaga – jaga untuk mengevakuasi masyarakat bila kondisi kian memburuk.

“Untuk Sementara, kami baru membuka posko satu di Desa Cihea. Kemarin Kamis (10/11/2016), pukul 01.00 dini hari karena mendengar sirine sebagai penanda permukaan air sungai naik, kami langsung lakukan evakuasi warga sebanyak 63 jiwa di RW 25. Kondisinya sekarang masih siaga,“ kata dia saat ditemui di Desa Cihea, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Bandung Barat.

waduk-saguling-2-warga-bandung

Dia menuturkan, di sekitar bantaran yang masuk wilayah outlet Waduk Saguling terdapat 2 desa dengan lebih dari 420 kepala keluarga. Pihaknya terus berkomunikasi dengan Indonesia Power Unit Pembangkitan Saguling untuk memantau perkembangan debit air Citarum.

Ketua RW 25 Kampung Cisameung Irin (63), mengatakan di Kampung Cisameung terdapat 93 kepala keluarga dengan sekitar 267 jiwa yang terbagi di 3 RT.

Irin menceritakan, naiknya debit air Sungai Citarum merupakan kejadian yang terulang keempat kalinya, yakni tahun 1992, 2002, 2010 dan sekarang 2016. Terparah terjadi tahun 2010 hingga sebagian rumah di bantaran sungai terendam dan memutuskan jembatan akses penghubung Kabupaten Cianjur dan Bandung Barat.

“Kalau tidak salah di Kampung sebelah teh kampung Bantar Caringin, Desa Cihea, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur. Itu masuknya RW 10, kurang lebih ada sekitar 450 kepala keluarga,” ucap Irin.

Menampung

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan, belum ada laporan banjir yang merendam desa-desa di bantaran sungai di sekitar Waduk Saguling.

“Pihak BPBD terus berkoordinasi dengan semua pihak mengingat tinggi muka air Waduk Saguling terus naik turun,” kata Sutopo melalui siaran pers.

Dikatakan dia, tidak kaitannya antara limpasan Waduk Saguling dengan banjir di Karawang kemarin. Begitu juga melimpasnya Waduk Saguling tidak akan memberikan dampak kepada masyarakat di Bandung karena aliran Waduk Saguling ke utara, sedangkan Bandung lebih tinggi posisinya dan berada di tenggara Waduk Saguling.

 Alat berat dikerahkan untuk mengantisipasi limpasan sungai yang mengikis tanah jembatan, di Desa Rajamandala Kulon, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Sabtu (12/11/2016).Foto : Dony Iqbal
Alat berat dikerahkan untuk mengantisipasi limpasan sungai yang mengikis tanah jembatan, di Desa Rajamandala Kulon, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Sabtu (12/11/2016).Foto : Dony Iqbal

Di bawah Waduk Saguling terdapat Waduk Cirata dan Waduk Jatiluhur yang masih mampu menampung luapan air dari Waduk Saguling. Kedua waduk tersebut belum melimpas sehingga masih aman.

Tinggi muka air Waduk Cirata pada Sabtu pagi (12/11/2016) tercatat 219,84 m dpal. Batas melimpas jika lebih dari 220,07 m dpal. Tujuh spillway di Waduk Cirata masih ditutup. Begitu juga dengan Waduk Jatiluhur masih belum melimpas.

Sekilas Citarum

Sungai Citarum pernah dituliskan dalam naskah Bujangga Manik. Bujangga Manik merupakan salah satu dari Raja Sunda yang melakukan pengembaraan (abad 15) antara Jawa – Bali untuk mencari ketenangan batin spritualnya.

Para ahli geografi dan arkeologi pun menjadikan naskah ini sebagai referensi untuk mengetahui topografi wilayah serta catatan sejarah dari suatu tempat yang dikunjungi oleh Bujangga.

Salah satu wilayah di Jawa Barat yang disinggahi Sang Bujangga berada di kawasan Bandung Selatan, Kabupaten Bandung. Diantaranya  Gunung Malabar, Danau Cisanti (hulu sungai Citarum) dan Gunung Wayang.

Kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum, Jawa Barat, yang banyak alih fungsi lahan oleh perkebunan sawit. Foto : Dony Iqbal
Kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum, Jawa Barat, yang banyak alih fungsi lahan oleh perkebunan sawit. Foto : Dony Iqbal

Dari data yang dikumpulkan Mongabay, telah terjadi perubahan penggunaan atau tutupan lahan di DAS Citarum hulu yang sudah berlangsung lama seperti lahan terbuka, perkebunan,  pemukiman, serta kawasan industri. Sehingga jumlah hutan mengalami penurunan yang sangat besar. Hal itu mengakibatkan erosi pada DAS terendapkan disepanjang pengaliran Sungai Citarum termasuk sedimentasi di Waduk Saguling.

Bisa jadi bukan saja tentang anomali cuaca dengan curah hujan yang tinggi, tetapi ekologis citarum memang sudah rusak.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,