Bergandengan Tangan Menyelamatkan Sungai Subayang

Air.. satu diantara sumber daya alam ini memiliki peran penting dalam nadi kehidupan manusia.  Manusia menggunakan air untuk minum, memasak, mencuci, dan lain sebagainya.  Pun masyarakat yang berada di sekitar sungai menjadikan sungai sebagai sumber kehidupan sehari-hari mereka.

Namun disisi lain, fakta menunjukkan bahwa berdasarkan data dari KLHK 2014 menyatakan bahwa kualitas air sungai yang ada di Indonesia berdasarkan parameter total suspended solid (TSS) mengalami kondisi yang mengkhawatirkan karena dimungkinkan adanya kondisi hutan di daerah aliran sungai (DAS) yang makin buruk, banyak terjadi kerusakan hutan, tutupan hutan makin kecil yang mengakibatkan laju erosi semakin besar.  Selain itu, sungai juga mengalami pencemaran, termasuk keberadaan sampah yang semakin memperburuk kualitas air sungai saat ini.

Sementara itu, Living Planet Report (LPR) yang dikeluarkan WWF di tahun 2016 menunjukkan secara global,  Living Planet Index (LPI) untuk  populasi air tawar menurun secara signifikan sebesar 81% terhitung dari tahun 1970 – 2012, dengan rata rata penurunan tahunan sebesar 3,9%. Penurunan ini terjadi karena adanya perubahan lingkungan, beberapa di antaranya adalah perubahan siklus air oleh manusia yang berdampak kepada iklim dan biosfer.

Beberapa daerah di Indonesia yang mengalami defisit air antara lain di Pulau Jawa, Sulawesi, dan NTT. Sementara itu di Sumatera yang tercatat sebagai salah satu daerah di Indonesia yang memiliki air tawar yang melimpah.  Namun demikian perlu diwaspadai bahwa sungai-sungai di Sumatera juga mendapatkan tekanan dari sampah, erosi, pencemaran karena kegiatan manusia yang cenderung merusak.

Salah satu Sub DAS yang penting di Riau dan Sumatera Barat adalah Sub DAS Kampar dimana mengalir air dari Sungai Subayang yang  penting bagi masyarakat yang ada di Riau dan Sumatera Barat.  Sungai Subayang menjadi penting karena selain untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat sehari-hari juga sebagai sarana transportasi dari Ibukota Kecamatan Kampar Kiri Hulu (Gema) ke dan dari desa-desa yang ada di hulu untuk pendistribusian hasil pertanian ataupun membawa barang-barang belanjaan.

Sungai Subayang yang menjadi urat nadi kehidupan masyarakat yang ada di Kampar serta desa-desa di Kecamatan Kampar Kiri Hulu sudah sepatutnya untuk dijaga kelestariannya sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan .  untuk itulah WWF Indonesia menjalin kegiatan dengan HSBC untuk memprakarsai program penyadartahuan tentang isu air di Sungai Subayang, Rimbang Baling, melalui program Freshwater.

Kerjasama parapihak

Sudah sejak 2015, WWF bekerjasama dengan Universitas Riau (UNRI) yang didukung oleh HSBS tersebut melakukan penelitian dan membangun Laboratorium Alam dan rumah informasi yang saat ini didirikan di Desa Tanjung Belit (Kecamatan Kampar Kiri Hulu) yang merupakan bagian dari bentang alam Rimbang Baling.

Tujuan pengembangan laboratorium alam tersebut adalah untuk memberikan wadah kepada masyarakat Rimbang Baling untuk belajar serta berdiskusi lebih mendalam tentang air, dan mengapa air itu penting untuk kita lestarikan. Harapannya, selain digunakan oleh masyarakat  Rimbang Baling, laboratorium ini juga bisa menjadi pusat penelitian mahasiswa mengenai hal-hal yang berhubungan dengan air.

Anak-anak sedang belajar mengenai air di Laboratorium Alam di Desa Tanjung Belit, Kampar Kiri Hulu, Riau. Foto : Agustinus Wijayanto
Anak-anak sedang belajar mengenai air di Laboratorium Alam di Desa Tanjung Belit, Kampar Kiri Hulu, Riau. Foto : Agustinus Wijayanto

Sungai Subayang tidak hanya penting untuk manusia, namun juga bagi satwa dan tumbuhan yang ada di sekitarnya, salah satunya harimau sumatera. Diharapkan dengan keberadaan laboratorim ini juga akan mendorong kerjasama dengan masyarakat setempat untuk ikut menyelamatkan Sungai Subayang.

Di laboratorium air ini, pengunjung bisa melakukan uji terhadap contoh air yang dibawa dari rumah atau sumber lain untuk mengetahui kondisi atau kualitas air yang biasa dikonsumsi sehari- hari. Selain itu, pengunjung juga berkesempatan untuk mendapatkan pengetahuan tentang sumber dan manfaat air,serta banyak hal menarik lainnya tentang sungai dari seluruh Indonesia”.

Hadir dalam acara peresmian Laboratorium Alam termasuk dari BPDASHL Riau dan Sumatara Barat yang turut memberikan kontribusi terhadap pelestarian DAS meliputi program penanaman, pembibitan-persemaian, dan pelibatan masyarakat untuk kegiatan rehabilitasi.  Selain itu BPDASHL juga mendirikan stasiun pengamatan air sungai (SPAS). Sedangkan Universitas Riau menjabarkan bahwa kondisi Sungai Subayang perlu menjadi perhatian dengan melibatkan akademisi, kalangan bisnis, dan pemerintah.

Disisi lain, tentunya tidak hanya tiga pilar tersebut, karena ada pilar masyarakat sebagai pihak penting yang juga menerima dampak jika terjadi perubahan terhadap kondisi sungai karena merekalah yang pertama akan menerimanya termasuk komunitas-komunitas atau lembaga swadaya masyarakat yang memiliki kepedulian dengan sungai dan air.

 

Para stakeholder di depan Laboratorium Alam di Desa Tanjung Belit, Kampar Kiri Hulu, Riau. Foto : Agustinus Wijayanto
Para stakeholder di depan Laboratorium Alam di Desa Tanjung Belit, Kampar Kiri Hulu, Riau. Foto : Agustinus Wijayanto

Menyelamatkan Menara Air

Kondisi Sungai Subayang saat ini mengalami kondisi yang perlu menjadi perhatian serius karena jika terjadi hujan maka debit airnya naik dan jika musim kemarau panjang datang maka air menyusut cukup cepat dan dangkal.  Oleh karena itu, kegiatan yang dilakukan untuk menyelamatkan Sungai Subayang sebagai penyangga kehidupan masyarakat Rimbang Baling dan menara air Riau wajib dilakukan.

Kondisi hutan yang ada di hulu menjadi prioritas juga untuk diselamatkan.  Artinya sungai dan hutan menjadi bagian yang tidak terpisahkan.  Sudah sepatutnya untuk bergandengan tangan menyelamatkan Sungai Subayang sebagai urat nadi masyarakat setempat.

Dan kehadiran laboratorium alam air tawar diharapkan mampu melindungi sumber air, memberikan  informasi dan melakukan edukasi tentang air kepada masyarakat, serta berusaha  menciptakan kesempatan untuk peningkatan kondisi ekonomi masyarakat melalui praktek praktek yang berkelanjutan.

Lintas sektor menjadi bagian tak terpisahkan dalam upaya menyelamatkan Sungai Subayang, tentu sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. Dengan demikian, kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat terintegrasi dengan baik dan saling mengisi dan melengkapi. Bukan nanti tapi sekarang dan Sungai Subayang perlu dukugan Anda sekalian.

Artikel yang diterbitkan oleh
, ,