Warga Temukan Kucing Emas Berkeliaran di Garasi Mobil

Akhir pekan lalu Sabtu (12/11/16), warga di Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Lubuk Begalung, Padang, Sumatera Barat, dikejutkan dengan kehadiran seekor kucing emas (Catopuma temminckii) pada satu rumah warga. Kucing emas ini berkeliaran dan tidur-tiduran di garasi mobil.

Beruntung, pemilik rumah melaporkan kepada kelurahan lalu diteruskan ke BKSDA Sumbar. Petugas segera mendatangi lokasi dan mengevakuasi satwa langka ini.

Catatan BKSDA Sumbar, kucing emas masuk pemukiman warga pertama sejak 10 tahun belakangan.

Saat ini, kucing emas dengan panjang sekitar 40 sentimeter (panggul belakang sampai dada) dan berat enam kilogram ini sedang menjalani masa rehabilitasi di Kebun Binatang Bukittinggi. Belum ada kejelasan kapan dilepasliarkan.

Paramedis dari Puskeswan Bukittinggi, Anwar, saat evakuasi ke BKSDA Sumbar, kucing emas dalam keadaan sehat, namun perlu sedikit pemulihan karena terlihat stres.

Untuk menghindari hal-hal tak diinginkan, pembiusan terpaksa dilakukan karena kucing sangat liar dan untuk ditangkap.

Sunarto, Wildlife and Landscape Ecologist WWF, mengatakan, kucing emas jenis misterius dan sangat sulit dijumpai karena hanya sedikit pengetahuan mengenai perilaku dan ekologi mereka, termasuk populasi dalam hutan.

Berdasarkan hasil studi WWF, kucing emas biasa ditemukan di daerah elevasi agak tinggi berupa perbukitan dan pegunungan.  Di Asia, kucing ini hanya terdapat di kawasan konservasi dengan wilayah sebaran mulai dari India, Nepal dan beberapa negara dengan sebaran lompat-lompat (patchy).

“Dari kamera trap kami pasang, beberapa kali kucing emas ini terekam tengah di hutan sangat lebat masih minim gangguan. Ini agak aneh kenapa bisa masuk pemukiman. Apakah ada gangguan dalam hutan, menyasar atau ada gangguan lain?” ucap Sunarto.

Untuk konservasi, katanya, upaya penyelamatan lembaga konservasi hanya mengandalkan perlindungan satwa, seperti menempel pada perlindungan harimau Sumatera, khusus spesies ini belum ada.

Kucing emas ditemuakn berkeliaran dan tidur-tiduran di garasi mobil warga. Kala evakuasi oleh BKSDA, kucing terlihat stres. Foto: Vinolia
Kucing emas ditemuakn berkeliaran dan tidur-tiduran di garasi mobil warga. Kala evakuasi oleh BKSDA, kucing terlihat stres. Foto: Vinolia

Iding Achmad Haidir, Pengendali Ekosistem Hutan (PEH)/ Karya Siswa KLHK di University of Oxford Program Small Cat melalui sambungan telepon internet mengatakan, kucing emas atau asiatic golden cat jenis kucing liar dengan populasi terus menurun.

Di dunia sekitar 10.000 tersebar di India bagian timur, Vietnam, Laos dan Myanmar, hingga kucing ini digolongkan satwa Apendix I (dilarang diperdagangkan) oleh Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES).

Menurut IUCN Redlist, kucing emas salah satu satwa hampir terancam. Berat rata-rata kucing dewasa sekitar 9–15 kilogram tergantung jenis kelamin, umumnya jantan lebih berat. Panjang dari kepala sampai pangkal ekor mencapai 70-90 sentimeter dengan tinggi 40 sentimeter.

Menurut penilaian Iding, ada beberapa sebab penyebab kucing emas keluar hutan, seperti mengejar mangsa sampai ke pinggiran pemukiman penduduk yang berbatasan dengan hutan (perbukitan). Lalu, kucing mengalami disorientasi saat di luar hutan, tak tahu kemana hingga stres.

Faktor lain, ada peralihan fungsi lahan dari hutan menjadi perkebunan terutama karet dan sawit. Pada survei awal Iding 2013,  kucing emas termasuk kucing hutan dari family felidae bisa menyesuaikan dengan hutan bukan perkebunan.

Berdasarkan pengamatan dari foto kucing emas beberapa saat setelah pemindahan ke BKSDA Sumbar, Sunarto dan Iding menilai kucing sedang stres. Selain itu efek pembiusan membuat kucing mengeluarkan air liur cukup banyak, perlu rehabilitasi terlebih dahulu.

Mereka berharap, jika kesehatan memungkinkan dilepasliarkan, sebaiknya dilakukan secepat mungkin. “Jika satwa ini tak terluka ketika pembiusan lebih baik dilepaskan lagi karena efek konflik tak besar,” ucap Iding.

Sunarto mengusulkan, saat dilepas, idealnya dipasang alat pemantau supaya bisa dipelajari.

“Kalau dipantau kita bisa mempelajari gerakan seperti apa. Saya harap BKSDA kontak-kontak beberapa organisasi yang memiliki GPS collar  untuk dipasang.”

Selain itu, sebelum lepas baiknya diambil sampel, bisa disimpan di laboratorium terkait genetiknya. Suatu ini,  pasti berguna untuk informasi spesies ini.  Peneliti, katanya,  bisa mengekstraksi untuk analisa DNA.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , ,