Sedihnya, Kaki Anak Gajah Ini Nyaris Putus Terkena Jerat

Gajah-gajah ini berjalan keluar kawasan Taman Nasional Gunung Leuser. Satu induk dan dua anak gajah terpisah dari kelompok,  malah terjebak di perkebunan sawit PT Perkebunan Inti Sawit Subur (PISS) di Dusun Pancasila, Desa Kemar Makmur, Sei Lepan, Langkat, Sumatera Utara, Jumat (18/11/16).

Tim gabungan Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam Sumatera Utara (BBKSDA) dan Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL) bersama tim medis dari Vesswic, WCS dan OIC, berusaha mengevakuasi mereka.

Proses evakuasi cukup menegangkan. Sang induk begitu ketat menjaga kedua anaknya. Petugas yang mencoba menembakkan peluru bius sempat kewalahan, karena induk melawan. Belum lagi medan terjal dan berbukit membuat evakuasi terhambat.

Seorang petugas BBTNGL nyaris menjadi korban, saat akan menggiring gajah-gajah liar ini masuk ke TNGL. Tiba-tiba sang induk mengejar. Beruntung, gajah yang sudah berjarak setengah meter itu hanya melihat, seolah memberi peringatan agar tak mengganggu mereka. Setelah itu, ia kembali pergi bersama dua anaknya.

Ketika melihat tiga dgajah ini berjalan, tampak anak-anak itu pincang. Anhar Lubis, tim dokter hewan Vesswic, perlahan mendekat, melihat, kaki anak gajah luka cukup parah. Mereka memutuskan menembakkan bius kepada ketiga gajah itu.

Tiga gajah keluar dari TNGL, terlepas dari kelompok malah terjebak di kebun sawit perusahaan. Dua kaki akan gajah itu ditemukan luka kena jerat. Foto: Ayat S Karokaro
Tiga gajah keluar dari TNGL, terlepas dari kelompok malah terjebak di kebun sawit perusahaan. Satu kaki anak gajah itu ditemukan luka kena jerat. Foto: Ayat S Karokaro

Setelah tak sadarkan diri, dia bersama tim medis langsung melihat kaki anak gajah ini. Betapa mengejutkan, di kaki dalam ada seling kawat baja cukup tebal dan besar tertanam, bahkan hampir membuat kaki anak gajah ini putus.

Tim medis memotong kawat baja, lalu membersihkan luka, dan memberikan obat-obatan anti septik serta pereda rasa sakit. Mereka juga menyuntikkan obat anti tetanus.

Garendel Siboro, Kepala Bidang Teknis BBKSDA Sumut, kepada Mongabay mengatakan, luka jerat pada kaki sangat mengerikan. Jika tak segera diobati, bukan tak mungkin sepekan kedepan kaki gajah bisa membusuk. Beruntung, evakuasi dan pengobatan cepat dilakukan, hingga luka segera terobati.

Dia menyesalkan, perburuan gajah masih tinggi. Habitat hancur menjadi perkebunan sawit,  menyebabkan gajah-gajah ini sering muncul di perkebunan. “Harus ada tindakan tegas terhadap para pemburu, dengan hukuman sangat berat.”

Siboro mengatakan, perkebunan PISS masuk hutan produksi terbatas (HPT), dan wilayah jelajah gajah di TNGL. Informasi mereka, rombongan gajah ini ada 13, karena dua anak terkena jerat pemburu, akhirnya terpisah dengan kelompok. Sang induk tetap tinggal menjaga kedua anak yang berusia sekitar delapan hingga 10 tahun ini.

Data mereka, dari 1.200 hektar kebun PISS, hampir 500 hektar terlantar. Seharusnya,  bisa menjadi habitat gajah. Sejak dahulu sudah menjadi area jelajah mereka. Jika tidak, konflik dengan manusia akan terus terjadi. “Ini berbahaya, apalagi pemburu terus beraksi.”

Sapto Aji Prabowo, Kepala Bidang Pengelolaan Taman Nasional Wilayah III Stabat, BBTNGL, mengatakan,  setiap tiga hingga empat bulan, sejak dulu ada 15-45 gajah melintas di area evakuasi tiga gajah ini.

Kalau ketiga gajah nanti sudah sehat, katanya, bisa digiring ke perlintasan mereka kembali.

“Menurut tim dokter peluang sangat besar sehat kembali, mekipun akan ada cacat akibat kaki terkena jerat,” katanya.

Dari investigasi mereka, seling kawat baja di kaki anak gajah ini milik pemburu, sengaja dipasang untuk menjerat gajah.  “Sangat mungkin dan patut diduga menjerat gajah. Kami akan penyidikan mendalam,” katanya.

Saat ini, ucap Sapto, gajah di TNGL hanya berkisar 150-160 ekor. Gajah terus teranca. Sejak awal 2015 patroli kawasan, ditemukan ratusan jerat pemburu.

Salah satu anak gajah yang terkena jerat dan kaki luka. Foto: Ayat S Karokaro
Salah satu anak gajah yang terkena jerat dan kaki luka. Foto: Ayat S Karokaro
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , ,