Warga Muara Komam, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur (Kaltim), mendadak heboh dengan tumbuhnya bunga bangkai berjenis Amorphophallus paeoniifolius atau suweg, Sabtu (19/11/2016). Suweg tersebut tumbuh di pelataran rumah Desi Indriyani (35), yang umbinya diperkirakan seberat satu kilogram.
Desi sempat mengira bunga tersebut saudaranya Rafflesia arnoldii. Setelah ia mencari perihal bunga itu melalui internet, dia baru mengerti jika sang bunga bangkai merupakan jenis berbeda. “Saat bangun pagi, saya lihat ada suweg yang tumbuh.”
Bagi ibu satu anak ini, menemukan suweg seperti mendapatkan tumbuhan langka. Awalnya, Desi ingin memindahkan bunga itu ke depan rumahnya. Namun, bunga tersebut selalu dikelilingi lalat. “Selain lalat, kadang aromanya juga tidak sedap. Namun, bagi saya ini tidak mengganggu.”
Baca: Sains: Tujuh Fakta Kesalahan Persepsi tentang Rafflesia
Sebelumnya, sekira Januari 2016, suweg juga menghebohkan warga Palaran, Samarinda, Kaltim. Bunga tersebut tumbuh di belakang rumah salah satu warga Palaran. Bentuknya lebih besar dan baunya juga menyengat di malam hari. Sayang, bunga tersebut hanya bertahan tiga hari dikarenakan ada tangan-tangan jahil yang datang merusaknya.
Bunga biasa
Peneliti Rafflesia dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Sofie Mursidawati, mengatakan tidak perlu kaget jika melihat suweg, karena ia hanyalah tumbuhan biasa. Meski masuk keluarga bunga bangkai, namun suweg bisa tumbuh di mana saja. Suweg juga bukan sekelas Amorphophallus titanum (bunga bangkai raksasa) yang merupakan bunga endemik Sumatera.
“Bunga bangkai itu merupakan bunga dari umbi-umbian.”
Selama ini, lanjut dia, banyak orang yang mengira rafflesia adalah bunga bangkai. Padahal, sungguh jauh berbeda. Raflesia merupakan keluarga benalu sedangkan bunga bangkai dari keluarga talas-talasan. “Bunga bangkai merupakan tumbuhan yang menyuplai makanannya sendiri dari umbinya, karena memiliki umbi, batang, dan daun.”
Sofie mengatakan, banyak penemu bunga bangkai yang memanfaatkan situasi untuk mencari dana pemeliharaan. Padahal, yang mereka temukan hanya suweg biasa. Dipastikan, tidak akan pernah ada Rafflesia arnoldii yang tumbuh di luar Pulau Sumatera, karena bunga tersebut merupakan parasit endemik Sumatera. “Adapun raflesia yang tumbuh di Kebun Raya Bogor merupakan jenis rafflesia padma, bukan arnoldii.”
Tumbuhnya suweg di Kaltim menunjukkan, tanaman ini bisa tumbuh bebas. Apalagi, jika jenis tanah yang didiami tanah yang subur. Suweg pun bisa beradaptasi dengan cepat karena penyebarannya tidak sulit.
“Saya yakin, ketika suweg tumbuh tiba-tiba, pasti tanaman ini pernah tumbuh di tempat yang sama, sebelumnya. Dia mengumpulkan energi untuk tumbuh kembali, dengan cara tidur di tanah.”
Sebagaimana umbi, suweg akan merayap dan umbinya membesar di dalam tanah. Umbi tersebut ada yang bisa dimakan, dan ada yang tidak. “Ada beberapa yang bisa dimakan, tapi sebagian besar menimbulkan efek gatal di seluruh tubuh. Sebaiknya jangan dikonsumsi.”
Berbeda
Sofie menjelaskan, jenis bunga bangkai endemik Sumatera yang langka, Amorphophallus titanum. Perkembangbiakannya sama seperti suweg, hanya saja, untuk memekarkan bunganya, Titanum memerlukan waktu yang lama. Berat umbinya juga mencapai 50 – 60 kilogram.
“Titanum satu marga dengan suweg, bedanya suweg bisa menyebar di seluruh Indonesia sementara titanum tidak. Keduanya adalah Amorphophallus yang memerlukan tempat tumbuh yang sesuai yaitu di hutan dan pinggirannnya.”
Sama seperti rafflesia, titanum adalah jenis bunga langka. Sebab, ia tidak mudah ditemukan dan pemekaran bunganya tidak sesering suweg. “Populasinya hanya di Sumatera dan tidak akan tumbuh di luar pulau tersebut.”
Harusnya, titanum dilindungi sebagaimana rafflesia. Sayang, informasi mengenai bunga ini tidak ada data yang kuat, dan hanya diakui di Indonesia. Secara internasional, titanum hanya dikenal sebagai bunga biasa yang tidak perlu diistimewakan. “Di Indonesia, titanum memang langka. Namun, karena kurang data, keberadaannya tidak dilindungi secara internasional layaknya rafflesia,” pungkanya.