Rawan Longsor, Banjir sampai Kekeringan? Coba Hadapi dengan Tanaman Ini

Bambu umum dikenal baru sebagai tanaman untuk kerajinan di desa seperti anyaman, lincak ataupun besek untuk tempat makanan. Padahal, manfaat tanaman ini begitu banyak. Ia berpotensi juga menjaga ketahanan air.

Banjir dan longsor, bencana alam rentan terjadi di tanah air. Bukan hanya karena curah hujan tinggi, tetapi hulu rusak hingga minim resapan air. Tanaman batang beruas ini, bisa jadi salah satu solusi jangka panjang.

”Bambu salah satu keragaan hayati sering tak dianggap penting, padahal mampu menangani permasalahan longsor, banjit, erosi dan kekeringan,” kata Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), di Jakarta, dalam Policy Brief: Banjir Bandang? Saatnya Bambu Ditanam di Hulu dan Sempadan Sungai, baru-baru ini.

Bambu bisa jadi penahan banjir dan longsor ketimbang betonisasi, misal, sepanjang sempadan sungai dan hulu tanami bambu.

Hilman Nugroho, Direktur Jenderal Pengendali DAS dan Hutan Lindung, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) berpendapat sama. Penanaman bambu bagian solusi perbaikan DAS.

Lahan kritis di Indoneisia, sekitar 24,3 juta hektar. Dari 1.439 jenis bambu di dunia, 162 jenis di Indonesia. Sekitar 124 jenis asli Indonesia dan 88 endemis.

Luas tanaman dan budidaya bambu di Indonesia, terbilang masih rendah. “Industri olahan bambu terbatas,” katanya.

Enny Sudarmonowati, Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI menyatakan, betonisasi hanya menyetabilkan tanah kinetik dan tak menyebabkan tanah sempadan tak stabil. Betonisasi juga mampu berdampak buruk pada sumber mata ait sekitar sungai. ”Mata air akan hilang,” katanya.

 

Tanam sesuai kondisi

”Betonisasi bisa langkah tercepat, namun tak solusi jangka panjang dan tak berkelanjutan,” kata Elizabeth A Widjaja, pakar taksonomi bambu dari Pusat Penelitian Biologi LIPI.

Berdasarkan penelitian, penanaan bambu kurun lima tahun mampu menahan erosi. Jika semula, 4.235 ton/km2 mampu berkurang hingga 436 ton/km2. Adapun, bambu akan efektif menahan erosi dari usia tiga tahun.

Dalam penanaman tak bisa asal. Bambu memiliki keragaman jenis dan fungsi masing-masing tergantung lokasi dan kebutuhan. Untuk sempadan sungai, perlu bambu ampel atau haur (Bambusa vulagaris) atau bambu ampel kuning, bambu kuning (Bambusa vulgaris var striata) untuk lokasi terendam air.

Untuk Indonesia Timur, seperti Sulawesi Utara, Maluku dan Papua, dapat menggunakan loleba (Neololeba atra). Untuk daerah bertebing, pakai bambu suling (Schizostachyum iraten, S. silicatum) dan buluh toi (S. lima).

”Penanaman jarak lima meter dari pinggir sungai. Baris kedua bisa tanam bambu bernilai ekonomis,” katanya seraya bilang, seperti bambu ater, pring Jowo, buluh Jawa, betung, bambu tali, bambu apus dan hitam. Untuk nilai estetika, katanya, bisa bambu Cina, bambu payung, bambu bali hijau dan kuning.

Bambu mampu menyerap oksigen dan konservasi air, mencegah sumber mata air hilang. Batang bambu punya kemampuan menampung air secara kapiler dari akar.

Contoh di Desa Sumbermujur, Lumajang, Jawa Timur, sebelum ditanami bambu debit air hanya 300 liter per detik, setelah tanam jadi 600-800 liter dan musim hujan 1.000 liter per detik.

Upaya ini, katanya, bisa dilakukan penanaman di sepadan sungai, seperti Sungai Cimanuk.

”Bisa menjaga kebersihan udara karena menghasilkan 30% oksigen lebih besar dari pohon lain.”

Elizabeth menemukan,  potensi bambu dapat jadi ethanol dengan perhitungan satu kilogram bambu 110 ml ethanol. Untuk mengaliri listrik satu MWatt perlu 2.000 kg biomasa bambu per jam. Saat ini,  rencana uji coba di Kalimantan Barat.

Dia menyayangkan, belum ada dukungan kebijakan atau payung hukum pemerintah soal bambu ini. Selain itu, perlu ada standardisasi bibit bambu sesuai peruntukan dan keadaan tanah serta keperluan industri.

Pemerintah, katanya, perlu menyiapkan kelembagaan dan industri hilir dalam menopang komoditi ini.

Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla menanam 10 juta bambu di Sulawesi Selatan pada 2016 dan merencanakan menanam 100 juta rumpun di seluruh Indonesia.

Sejak 2011, KLHK telah mengalokasikan dana khusus untuk menanam bambu 10 hektar di seluruh kabupaten di Jawa dan Bali.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , ,