Cuaca gerimis, menyapa Kota Balige, Kabupaten Tapanuli Utara (Taput), Sumatera Utara, pekan lalu. Udara dingin membuat sebagian besar warga enggan keluar rumah. Di sebuah warung terlihat orang tua dan sejumlah pemuda asyik bercengkara dan berdiskusi, mulai perpolitikan nasional hingga kandang babi sehat. Sambil menyeruput kopi hangat, mereka tertawa lepas, saat ada orang bercerita lucu.
Tak jauh dari situ, tampak Kantor Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPH) Model Unit XXII Toba Samosir-Labuhan Batu Utara, Dinas Kehutanan Sumut. Bagian belakang, samar terlihat Danau Toba tertutup awan gelap. Tampak sebuah kandang agak tertutup rapat. Ternyata di dalam, ada anak kambing hutan (Capricornis sumatraensis), langka.
Kambing hutan ini merupakan satwa terancam punah dilindungi, yang berhasil diselamatkan petugas KPH lindung model XXII Toba Samosir-Labuhan Batu Utara, dari jeratan di perkebunan warga. Kebun itu berbatasan dengan hutan lindung Gunung Simanuk-manuk, Desa Jangga Dolok, Lumban Julu, Toba Samosir.
Leonardo Sitorus, Pelaksana Tugas Kepala KPH Model XXII, mengatakan, kondisi anak kambing hutan, hingga bulan ke lima di karantina sehat dan stabil, meski ada bekas luka jerat di kaki tetapi tak menganggu langkah dalam kandang.
Hasil pengumpulan informasi, katanya, kambing kena jerat babi usai menyusui dari ibunya. Sang induk masih terlihat di dekat anak yang. Ketika Manurung, warga penemu kambing bersama warga lain melihat hasil jeratan, induk lari ke hutan.
Kambing hutan ini makhluk pintar memanjat tebing tinggi. Bahkan kecuraman 90 derajat sekalipun, ia bisa memanjat menggunakan kaki yang ada celah lubang— di dalam muncul seperti kayu—,dan dipakai saat memanjat tebing, hingga kaki tak patah.
Saat ini, katanya, langkah yang dilakukan mengidentifikasi semua jenis makanan, khusus rumput-rumput di pinggir Danau Toba, kangkung, dan makanan merayap tetapi mempunyai batang lembut. Mereka, katanya, terus mempelajari soal makanan kambing ini.
Dari pemantauan terus menerus, ternyata anak kambing hutan ini sangat pembersih. Kotoran dikumpulkan di pojok kandang isolasi , dan tak berserakan seperti kambing biasa.
“Kita berencana melestarikannya, walau untuk penanganan secara administrasi belum dilakukan dan masih dipelajari terus. Jikapun nanti harus dilepas, harus benar-benar sehat dan siap rilis, ” ucap Sitorus.
Mereka berencana enam bulan atau satu tahun lagi akan mengusulkan penangkaran. “Itupun jika BKSDA dan KLHK memberikan izin.”
Mereka tertarik mengawinsilangkan dengan kambing biasa, namun penelitian khusus satwa ini masih minim. Konsep kawin silang, masih sulit. Selama ini, temuan kambing hidup sulit, dengan temuan ini diharapkan dapat menambah literatur.