Karantina Gagalkan Penyelundupan Anak-anak Buaya Senyulong via Jasa Pengiriman

Stasiun Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (SKIPM) Kelas I Jambi menggagalkan penyelundupan enam anak buaya senyulong (Tomistoma schlegelii) pada Minggu sore (4/12/12).

Kepala SKIPM Kelas I Jambi mengatakan, anak buaya akan dikirim ke Manado menggunakan pengiriman kilat, Tiki dalam kotak dibungkus rapi. “Modus pengiriman kue kering,” katanya.

Bersyukur, penyelundupan ini berhasil diketahui petugas kargo dan karantina perikanan di pintu kargo Bandara Sultan Thaha Jambi. Pada label kotak dikirim H kepada Om Ko,  tak ada alamat dan nomor telepon jelas.

Modus mereka, katanya, sudah sistemik dan punya niat menyelundupkan. “Kami bekerjasama dengan BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam). Akan konfirmasi ke Tiki untuk cari pelaku,” katanya.

Buaya ini, katanya, reptil dilindungi UU Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem dan UU Karantina Ikan, Hewan dan Tumbuhan.

Kasi Pengawasan Pengendalian dan Informasi SKIPM Kelas I Jambi Guntur Kusuma Darmanto mengatakan, dalam penyelidikan kasus tersebut Karantina Perikanan berkoordinasi dengan BKSDA Jambi akan mencari pasal dengan sanksi paling berat.

Karantina juga akan meminta pertanggungjawaban Tiki, karena sudah masuk perdagangan satwa ilegal.

“Sudah jelas tak boleh diperdagangkan kecuali untuk penelitian dan alasan tertentu. Tiki sudah kecolongan, setidaknya mereka tahu dan harus bertanggung jawab,” katanya.

Menurut Kepala Seksi WIlayah II BKSDA Jambi, Amenson Girsang, tim tengah melidik pelaku. “Tim berhasil mengidentifikasi pengirim paket dari kamera pengawas di kantor Tiki.”

Berdasarkan konvensi perdagangan internasional satwa dilindungi (CITES) buaya senyulong termasuk satwa Apendiks I. Satwa ini terancam punah jika perdagangan tak dihentikan.

Buaya senyulong, salah satu dari tujuh spesies buaya di Indonesia, tersebar di Sumatera, Kalimantan dan Jawa.

Menurut International Union and Conservation Nature (IUCN) senyulong masuk kategori rentan (vulnerable).

Sejak 1950 hingga kini populasi Senyulong di Sumatera berkurang 30% karena perburuan dan habitat hilang.

Salah satu anakan buaya senyulong yang berhasil diselamatkan. Foto: Lili Rambe
Salah satu anakan buaya senyulong yang berhasil disita. Foto: Lili Rambe
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,