11 Individu Orangutan Ini, Dilepasliarkan di TN Bukit Baka Bukit Raya

Sebanyak 11 individu orangutan yang menempati Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, siap hidup bebas di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR). Pelepasan ini dilakukan oleh Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) dalam momen Hari Konservasi Margasatwa Sedunia, 4 Desember. Dengan tambahan 11 individu, kini sudah 29 orangutan yang dilepasliarkan di TNBBBR.

“Mereka terdiri tujuh betina dan empat jantan. Kondisi umum saat pertama datang sangat kurus, tidak ada induk, kulit dan rambut kusam. Setelah direhabilitasi 10 – 15 tahun, mereka sehat dan siap rilis,” tutur Arga Sawung Kusuma, Dokter Hewan Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng, kepada Mongabay melalui sambungan seluler, Rabu (7/12/16).

Arga mencontohkan orangutan bernama Miri. Saat pertama kali masuk pusat rehabiliatsi, 24 September 2002, kondisinya parah. Ada luka sobek membusuk di jari tengah, tangan kanannya. Ia merupakan orangutan betina sitaan dari warga Desa Tumbang  Miri, Kabupaten Gunung Mas. Saat itu, usianya 1,5 – 2 tahun dengan berat 6,1 kilogram.

“Miri sudah bisa dilepasliarkan dan telah menyelesaikan sekolah hutan. Pindah ke Pulau Kaja, 20 Juni 2013 untuk tahap pra rilis. Selama di Pulau Kaja, ia menunjukan perilaku agresif, ingatannya baik. Kini, usianya 17 tahun dengan berat badan 43 kilogram.”

Baca: Kembali, Bulan Ini Delapan Orangutan dilepaskan di TN Bukit Baka Bukit Raya

Orangutan lain yang dilepasliarkan adalah Kisar, Mini, Sarimin, Beda, Rina, Juki, dan Susi yang kehilangan anaknya Akhatez, yang lahir 25 November 2009. Anaknya mati karena sakit di Pulau Kaja, yang ditemukan mengambang di sungai oleh teknisi pada 26 Juni 2013.

Sementara, tiga orangutan tersisa adalah Bana, Sawa dan Sawi. Mereka merupakan orangutan yang diselamatkan dari hutan kecil tersisa di daerah transmigrasi Hilang Bana, Desa Petak Bahandang, Kabupaten Katingan. Mereka diselamatkan tim BOSF pada 14 Oktober 2016.

N Bukit Baka Bukit Raya, wilayah penting untuk pelepasliaran orangutan. Foto: BOSF
N Bukit Baka Bukit Raya, wilayah penting untuk pelepasliaran orangutan. Foto: BOSF

Arga menjelaskan, orangutan yang dilepasliarkan ini dinyatakan sehat oleh tim medis setelah melalui serangkaian pengecekan. Observasi sifat, cara gerak (lokomotif), indera lainnya, serta skor kondisi badan. Ada juga pemeriksaan dari segi klinis meliputi jantung, nafas, saturasi oksigen, tekanan darah, dan sebagainya.

“Kami juga melakukan pemeriksaan laboratorium hematologi dan biochemistry darah, serta sampel urine untuk pemeriksaan penyakit. Lalu rontgen, BTA, dan sputum untuk cek tuberkolosis, serologis hepatitis A, hepatisis B, dan hepatisis C. Ulas darah untuk melihat malaria atau parasit darah, parasitologi untuk melihat parasit di feses dan sampel feses segar juga diperiksa untuk pemeriksaan PCR dan shigella.”

Baca juga: Di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya, 10 Individu Orangutan Ini Dilepasliarkan

Tim Medis Nyaru Menteng, sebelum melepasliarkan orangutan, sudah melakukan pemeriksaan teliti terhadap individu orangutan. “Kami tak ingin ada penyebaran penyakit ke populasi asli atau di kawasan TNBBBR. Selain itu, penyakit zoonosis dapat menular ke manusia, karena itu kami sangat hati-hati.”

TNBBBR merupakan lokasi pelepasliaran orangutan kedua setelah Hutan Lindung Batikap di Kabupaten Murung Raya. TNBBBR dianggap cocok untuk peleasliaran karena memiliki pakan yang cukup, populasi orangutan liar di kawasan ini sedikit atau tidak ada, serta aman dari perburuan. Dua blok di TNBBBR ini yakni Sei Bimban dan Sei Mahalut memiliki luasan 27.000 hektare yang diperkirakan mampu menampung 318 individu orangutan.

11 kandidat orangutan yang dilepasliarkan di TN Bukit Baka Bukit Raya. Foto: BOSF
11 kandidat orangutan yang dilepasliarkan di TN Bukit Baka Bukit Raya. Foto: BOSF

Dukungan

Jamartin Sihite, CEO BOSF, mengatakan pelepasliaran kali ini dilakukan dalam dua tahapan, 6 dan 8 Desember. Menurutnya, BOSF menargetkan bisa melepasliarkan 250 orangutan ke alam liar hingga akhir 2016.

“Tahun ini, kami sudah menerima 27 orangutan di Nyaru Menteng, sementara jumlah yang dilepasliarkan dalam waktu yang sama sebanyak 41 individu. Jika kondisinya tidak berubah, kapan kita bisa benar-benar menyelamatkan populasi dan habitat orangutan,” ujarnya.

Menurut Jamartin, penyelamatan orangutan merupakan pertempuran kita bersama yang berpacu dengan waktu. “Kita tidak boleh kalah dan membiarkan orangutan punah. Cara hebat yang harus ditempuh adalah melalui kerja sama dengan semua pemangku kepentingan di semua lini, di Indonesia.”

Bupati Katingan Ahmad Yantenglie menyatakan dukungan penuh terhadap upaya pelepasliaran orangutan yang dilakukan BOSF di TNBBBR. Menurutnya, TNBBBR yang telah ditetapkan UNESCO sebagai situs warisan dunia merupakan hutan yang sangat kaya dan terjaga kelestariannya.

“Kabupaten Katingan yakin, kita berada di jalur yang tepat dalam upaya konservasi orangutan dan habitatnya di Kalimantan Tengah. Kami mendukung upaya ini agar selalu berkelanjutan.”

Sawa dan Sawi merupakan pasangan ibu - anak yang bakal dilepaskan di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya. Foto: BOSF
Sawa dan Sawi merupakan pasangan ibu – anak yang bakal dilepaskan di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya. Foto: BOSF

Senada, Kepala Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR) Wilayah Kalteng dan Kalbar Bambang Sukendro, mendukung pelepasliaran orangutan tersebut. Pihaknya turut memantau perkembangan 18 orangutan yang telah dilepasliarkan sebelumnya. “Kami berharap, 11 orangutan ini akan menambah populasi orangutan liar yang ada di taman nasional.”

Rosenda Chandra Kasih, Koordinator Lansekap Katingan-Kahayan USAID LESTARI, pihak yang berkomitmen mendukung pelepasliaran orangutan di TNBBBR hingga 2018 berharap, kolaborasi semua pihak akan terjalin baik ini menjadi kunci utama penyelamatan orangutan di Kalimantan Tengah. “Kami yakin dengan pengelolaan lahan dan hutan beserta satwa yang ada akan lebih baik. Visi tersebut akan terwujud,” tandasnya.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , ,