Seputar Gempa 6,5 SR Guncang Aceh, Begini Penjelasannya

Bangunan-bangunan hancur. Jalan dan jembatan rusak. Korban jiwa berjatuhan. Ratusan orang tewas, dan luka-luka.  Suasana duka menyelimuti wilayah Barat Indonesia, Kabupaten Pidie Jaya dan Kabupaten Bireun, Aceh.  Pukul 05.03, 7 Desember lalu, Aceh masih gelap kala guncangan hebat terjadi. Gempa bumi terjadi sekitar 18 kilometer timur laut Pidie Jaya dengan kedalaman 15 kilometer.

Moch Riyadi, Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG dalam rilis mengatakan, ditinjau dari kedalaman hiposenter, gempa bumi ini jenis dangkal akibat aktivitas sesar lokal. Dari peta tataan tektonik Aceh, tampak di zona gempabumi terdapat struktur sesar mendatar.

Dari hasil analisis BMKG yang menunjukkan gempa bumi Pidie Jaya dibangkitkan oleh aktivitas sesar mendatar (strike-slip fault).

Dugaan kuat, katanya,  sesar aktif yang menjadi pembangkit gempa bumi ini adalah Sesar Samalanga-Sipopok Fault– jalur sesar berarah barat daya-timur laut.

Hasil analisis peta tingkat guncangan, katanya, menunjukkan dampak gempa bumi berupa guncangan kuat terjadi di Busugan, Meukobrawang, Pangwabaroh, Meukopuue, Tanjong, Meukorumpuet, Panteraja, Angkieng, dan Pohroh.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (PNBP), Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, korban meninggal dunia akibat gempa berkekuatan 6,5 Skala Richter kemungkinan terus bertambah.

Di hari kedua, upaya pencarian dan penyelamatan terus dilakukan. Willem Ampangilei, Kepala BNPB bersama Menteri PUPR, Menteri Kesehatan dan pejabat lain dari Kementerian Sosial, Basarnas membantu penanganan darurat.

Status Tanggap Darurat Bencana diputuskan Gurbernur Aceh hingga 20 Desember 2016 meliputi tiga kabupaten, Pidie Jaya, Pidie dan Bireun.

Korban meninggal dunia, katanya,  hingga pukul 09.00, Kamis (8/12/16) ada 102 jiwa, 700-an orang luka-luka dan 10.000 santri terdampak. Warga mengungsi di tiga kabupaten berjumlah 3.267 jiwa, mayoritas rumah rusak dan sebagian besar tak mungkin ditempati.

”Diperkirakan korban terus bertambah, mengingat masih ada warga tertimbun reruntuhan bangunan roboh. Data diperkirakan terus naik dengan perkiraan kerusakan cukup masif,” katanya dalam jumpa pers di Jakarta.

Sekitar 429 rumah rusak, 105 ruko roboh, dan bangunan publik lain seperti 14 masjid, enam musholah, RSUD Pidie rusak berat, satu sekolah dan tiga bangunan pesantren rusak. ”Mayoritas di Pidie Jaya mengalami kerusakan terparah.”

Bersama tim gabungan, Tim SAR, BPBD Aceh, Polri, PMI Tagana (Taruna Siaga Bencana) Aceh, TNI, relawan dan masyarakat fokus pada pencarian dan penyelamatan korban terdampak.

”Sudah ada ribuan personil tim SAR gabungan, TNI mengerahkan 740 personil, dari Tagana 50 personil dan BPDP, dan tim sar,” ucap Sutopo.

BNPB, mengirimkan bantuan berupa logistik, kendaraan evakuasi, makanan siap saji, tenda, dan obat-obatan.Bantuan lain disalurkan, seperti dari PMI yang mengirimkan 500 paket keperluan keluarga, 10.000 selimut serta rompi.

”Kebutuhan mendesak yang saat ini diperlukan tenaga medis. Obat-obatan peralatan kesehatan. Makanan siap saji.”

 

gempa1-czj30ncucaahdtp

 

Gempa susulan

Daryono, Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG menyebutkan, hingga dua sampai tiga hari kedepan diprediksi gempa susulan. ”Tapi kekuatan makin kecil, tak ada potensi gempa susulan lebih besar,” katanya.

Gempa cukup kuat ini tak akan berdampak pada lempengan bumi di Sumatera lain, misal, Padang yang seringkali rawan gempa.  BMKG mengimbau, masyarakat tetap tenang dan tak terpancing isu dari sumber lain.

”Info dari lembaga berwenang BMKG atau badan penanggulangan bencana Aceh,” katanya.

Berdasarkan data BNPB, sudah terjadi gempa susulan 12 kali hingga pukul 08:15 WIB, dengan berkekuatan 3,4-4,9 SR dengan rata-rata kedalaman 10 kilometer.

 

Tata ruang buruk

Korban meninggal bukan karena bencana gempa bumi, tetapi karena reruntuhan bangunan. Untuk itu, bangunan tahan gempa penting di zona merah (rawan) gempa bumi.

Sutopo membenarkan, pemerintah masih lemah dalam implementasi tata ruang pada zona merah peta rawan bencana. Masih banyak masyarakat bermukim di wilayah itu. Jika sudah terlanjur dihuni, dia menganjurkan peningkatan kesiapan masyarakat, perlu edukasi untuk mengantisipasi penanganan bencana.

”Ini permasalahan ada di pemda dan perizinan juga,” katanya.

Selain itu, kesadaran masyarakat akan peta rawan bencana juga sangat minim dan infrastruktur maupun bangunan belum mendukung.”Banyak infrastruktur baik di Aceh maupun wilayah lain belum memiliki rumah tahan gempa.”

Kerusakan dampak gempa di Pidie Jaya. Foto: dari Twitter Sutopo P Nugroho, BNPB
Kerusakan dampak gempa di Pidie Jaya. Foto: dari Twitter Sutopo P Nugroho, BNPB

Salah satu kendala, katanya, biaya mahal karena memerlukan 30-50% lebih mahal dari bangunan biasa.

Sutopo menganjurkan, perlu ada regulasi dan dana insentif untuk membuat bangunan tahan gempa, seperti subsidi mengurangi pajak bangunan,  terutama mereka keluarga kelas menengah ke bawah.

Berdasarkan data BNPB, 148,4 juta jiwa penduduk Indonesia terpapar bahaya gempa bumi dan 3,8 juta jiwa rawan tsunami. ”Mereka tinggal di lokasi rawan bencana. Banyak penduduk tinggal di sesar gempa bumi.”

Sedangkan, terdapat 27,2 juta jiwa kelompok rentan bencana gempa bumi dan 700.000 jiwa rentan tsunami. Mereka adalah lansia, berkebutuhan khusus dan balita.

 

 

Lintas kementerian

Terkait bencana ini, lintas kementerian berintegrasi melakukan pemulihan dan penanganan. Kemarin (7/12/12), Presiden Joko Widodo telah memerintahkan seluruh aparat bergerak dengan otoritas masing-masing. Presiden berjanji mengikuti perkembangan dan penanganan korban di Aceh.

Presiden mengamanatkan Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki memantau langsung penanganan di lokasi.

Tim Tanggap Darurat Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dipimpin langsung Menteri Basuki Hadimuljono turun ke lapangan.

Mereka mengidentifikasi kerusakan, pengambilan langkah penanganan tanggap darurat, dilanjutkan rehabilitasi dan rekonstruksi bagi masyarakat korban gempa. ”Yang terpenting ada ketersediaan prasarana dan sarana air bersih dan sanitasi,” ucap Basuki.

Pemanfaatan instalasi pengolahan air minum (IPA) terdekat untuk suplai air bersih di posko pengungsian. Kini, ada tiga IPA, dimana dua tak berfungsi karena gangguan listrik dan satu menggunakan sistem gravitasi jadi bisa beroperasi.

Berdasarkan laporan PUPR, ada beberapa infrastruktur mengalami kerusakan, yakni, retakan memanjang badan jalan Pante Raja sepanjang 200 meter dengan lebar 20 cm dan kedalaman 1,2 m. Lalu, bahu jalan retak di Lueng Putu/Pidie Jaya, bahu jalan amblas sepanjang 300 m arah Banda Aceh–Medan, dan kerusakan oprit jembatan.

PUPR, memastikan jalur logistik berjalan dengan lancar, termasuk makanan dan obat-obatan. Tak hanya itu, sejumlah peralatan barat, berupa dua eksavator dan satu W-loader dikerahkan ke Pidie Jaya.

BNPB menyebutkan masih terjadi kendala di lokasi, alat berat tak mencukupi untuk mengevakuasi korban terhimpit bangunan roboh. ”Ketersediaan masih sedikit, jalan terlalu sempit untuk dilalui alat berat. Sudah kami kerahkan dari beberapa daerah untuk mempercepat proses penanganan,” ucap Sutopo.

Bantuan peralatan, seperti empat mobil tangki air kapasitas tangki masing-masing 6.000 liter disiapkan dan beberapa sarana diluncurkan dari Depo Regional Medan. Berupa, lima mobil tangki air kapasitas 4.000 liter,  70 hidran umum 2.000 liter, 30 hidran umum 1.000 liter dan MCK knockdown 80 unit.

Hingga Kamis, BNPB mengirimkan bantuan Rp3,5 miliar dalam bentuk tenda posko 10, genset kapasitas 2.800 watt sebanyak 10, family kit dan lain-lain.

Citra satelit sebelum kejadian gempa 6.5 SR di Pidie Jaya. Padatnya permukiman di jalur sesar Samalanga-Sipopok. Foto: dari Twitter Sutopo P Nugroho, BNPB
Citra satelit sebelum kejadian gempa 6.5 SR di Pidie Jaya. Padatnya permukiman di jalur sesar Samalanga-Sipopok. Foto: dari Twitter Sutopo P Nugroho, BNPB

 

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,