Dalam Tiga Hari, Empat Individu Orangutan Telah Diselamatkan

International Animal Rescue (IAR) Indonesia bekerja sama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Seksi Konservasi Wilayah I (BKSDA SKW I) Ketapang  dan Balai Taman Nasional Gunung Palung berhasil menyelamatkan empat individu orangutan. Penyelamatan ini dilakukan tiga hari berturut, 7 – 9 Desember, di Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat.

Empat individu tersebut satu jantan dewasa, satu indukan, anakan, dan bayi. Penyelamatan bermula dari laporan warga di Dusun Semanai Desa Simpang Tiga, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Kayong Utara. Warga melihat satu indukan orangutan dan anaknya yang terjebak di kebun karet, dekat permukiman transmigran. Lokasi ini berbatasan langsung dengan Taman Nasional Gunung Palung (TNGP).

IAR Indonesia menerjunkan tim Human Orangutan Confilct (HOC) untuk melakukan verifikasi. Tim menemukan induk orangutan dan anaknya, serta satu jantan berusia sekitar 10 tahun. “Menurut informasi warga, ketiga individu tersebut sudah lama di kebun, kemungkinan terjebak ketika kebakaran lahan di 2015,” ujar Efendi Barata, staf HOC IAR Indonesia.

Proses penyelamatan berjalan lancar, orangutan jantan yang ditembak dengan peluru bius diperiksa kesehatannya. “Kondisinya cukup bagus sehingga bisa langsung ditranslokasikan ke Taman Nasional GunungPalung, karena orangutan ini diperkirakan berasal dari sana,”  ujar drh. Ayu Budi Handayani, Manager Perawatan Satwa IAR Indonesia. Orangutan yang diberinama Nemung ini langsung ditranslokasikan di hari yang sama.

Sementara itu, penyelamatan induk dan bayi orangutan baru terlaksana pada 9 Desember. Induk orangutan dan bayinya yang bernama Mama Rindi dan Baby Rindi ini ditranslokasikan ke TNGP di hari itu juga. Seperti pada translokasi Nemung, kegiatan pelepasan ini melibatkan enam porter dari Dusun Parit Bugis yang merupakan pintu masuk TNGP.

Orangutan di Semanai, merupakan korban kebakaran hutan 2015” ujar Karmele Llano Sanchez, Direktur Program IAR Indonesia. “Dengan ini lebih 40 individu orangutan yang diselamatkan dari kebakaran 2015 hingga 2016. Kebakaran 2015 benar-benar menghancurkan habitat orangutan hingga 20 – 30 persen, yang membuat ratusan orangutan terusir.”

Bayi orangutan bernama Paijo yang diserahkan masyarakat. Foto: IAR Indonesia
Bayi orangutan bernama Paijo yang diserahkan masyarakat. Foto: IAR Indonesia

Di saat yang sama, IAR Indonesia dan BKSDA Kalbar juga melakukan penyelamatan satu bayi orangutan di Desa Randau Jekak, Kecamatan Sandai, Kabupaten Ketapang. Orangutan ini diserahkan oleh Bruder Doko, yang mengaku mendapat titipan dari seseorang di Sandai. “Baru lima hari, saya langsung hubungi IAR Indonesia,” jelasnya.

Doko memberi Paijo, bayi orangutan ini, susu kental manis sembari menunggu kedatangan tim penyelamatan. Kesehatannya cukup baik meski di jarinya ada luka menganga. “Jarinya bengkak dan lukanya bernanah. Tulang jarinya kelihatan, sepertinya patah”, ujar drh. Dewi Masita yang ikut dalam kegiatan penyelamatan tersebut. “Gigi bayi orangutan ini belum tumbuh. Diperkirakan usianya sekitar 3-4 bulan,” tambahnya lagi.

Kokom, orangutan yang diselamatkan saat berada di kebun karet warga. Di lehernya masih melilit tali yang diduga ia merupakan satwa peliharaan yang lepas. Foto: BKSDA Kalbar
Kokom, orangutan yang diselamatkan saat berada di kebun karet warga. Di lehernya masih melilit tali yang diduga ia merupakan satwa peliharaan yang lepas. Foto: BKSDA Kalbar

Evakuasi

Akhir November lalu, Balai Konservasi Sumber Daya Alam Seksi Konservasi Wilayah Ketapang juga telah mengevakuasi satu individu orangutan bernama Kokom, bersama tim IAR Indonesia di Ketapang.

Kokom diperkirakan berusia empat tahun, dan menurut laporan warga berada di perkebunan karet di Dusun Sumber Priangan, Desa Sembelangaan, Kecamatan Nanga Tayap, Kabupaten Ketapang. “Saat diselamatkan kondisinya cukup sehat,” ujar Sustyo Iriyanto, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Barat.

Penyelamatan Kokom mempunyai kisah tersendiri, kata Sustyo. Pada 26 November, kami mendapatkan informasi adanya satu individu orangutan di kebun karet warga. “Saat dilakukan peninjauan, ternyata ada tali tambang yang melilit di lehernya. Diduga, dulunya merupakan satwa peliharaan yang terlepas,” kata Sustyo.

Kondisi masih agresif dan liar. Ini merupakan hal yang menggembirakan terkait konservasi orangutan. Makin liar, makin cepat dilepasliarkan ke habitatnya. “Kokom merupakan hasil keseluruhan rescue dan penyerahan sukarela masyarakat jepada BKSDA Kalimantan Barat ke-20, sepanjang 2016.

Sustyo mengatakan, tak hanya orangutan, beberapa satwa dilindungi lain juga banyak yang diserahkan sukarela oleh warga. “Ini mencerminkan hasil dari upaya konservasi. Baik secara preventif-persuasif maupun represif yang selama ini terus dilakukan,” ujarnya.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,