Mongabay Travel: Jejak Sriwijaya Pada Puluhan Air Terjun di Lahat

Salah satu perintah Raja Sriwijaya dalam menata lingkungan, khususnya pengaturan air, seperti yang tercermin dalam Prasasti Talang Tuwo adalah pembuatan bendungan. Adakah jejak bendungan-bendungan masa lalu tersebut? Apakah air terjun yang terdapat pada sejumlah air sungai di Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan, merupakan bendungan dari masa Kerajaan Sriwijaya?

“Bisa saja, sebab air terjun di Kabupaten Lahat hampir semuanya berada di sungai. Tapi air terjun itu sebagian besar bukan karena patahan tanah, melainkan terbentuk karena sungai seperti diberi pembatasan berupa susunan batuan, yang kemudian di bawahnya sungai melebar. Ibarat kolam besar setiap di bawah air terjun,” kata Mario Adramatrik, budayawan dari Lahat, Sumatera Selatan, Jumat (16/12/2016).

Gambaran tersebut terlihat ketika Mongabay Indonesia mengunjungi Air Terjun Panjang yang terletak di Kecamatan Pulaupinang, Kabupaten Lahat, Kamis (15/12/2016).

Cekungan badan sungai yang berlapiskan batuan andesit. Foto: David Herman-INFIS
Cekungan badan sungai yang berlapiskan batuan andesit. Foto: David Herman-INFIS

Guna mencapai lokasi air terjun, perjalanan dilakukan dengan menuruni tepian bukit sejauh 500 meter hingga ke permukaan Sungai Lim. Jarak antarbukit yang mengurung sungai tersebut sekitar 100 meter yang tinggi dindingnya sekitar 70 meter.

Air terjun sendiri ketinggiannya sekitar 60-70 meter. Jika air sungai meluap, kurungan tersebut seperti membentuk kolam besar, yang panjangnya hingga lima kilometer atau hingga ke air terjun Pandak. Sungai Lim sendiri bermuara ke Sungai Lematang. Karakter lokasi Air Terjun Panjang ini sama seperti air terjun lainnya yang terdapat di Sungai Lim. Mengalir di kawasan Gumay Ulu hingga Pulau Pinang.

Lalu, apa gunanya kolam-kolam yang terdapat di badan sungai atau di bawah air terjun tersebut? “Tentu saja sebagai sumber kehidupan. Baik untuk pertanian, dikonsumsi atau untuk mencuci dan mandi. Sebab kawasan megalitikum yang terdapat di wilayah Tinggihari semuanya berdekatan dengan air terjun. Kawasan megalitikum ini diperkirakan sebagai kawasan permukiman purba,” kata Mario.

Sebagai informasi kawasan megalitikum Tinggihari, Kecamatan Pulau Pinang, Kabupaten Lahat, yang masuk dalam lansekap suku Gumay, diapit oleh dua sungai, yakni Sungai Lim dan Sungai Asam yang mengalir ke Sungai Lematang.

Saat ini baru ditemukan 16 air terjun yang terdapat di Sungai Lim dan Sungai Asam yang masuk Kecamatan Pulau Pinang, yakni Ketapang, Salak, Kundurang, Tanjung Mulak, Panjang, Sumbing, Ujang Panas, Pandak, Bidadari, Pegadungan, Sebahak, Terlantang, Gunung Nyawe, Gegas, Limau, dan Teghap.

Kompleks megalitikum Tinggihari III. Diapit dua sungai, Sungai Lim dan Sungai Asam. Terlihat hamparan Bukitbarisan Selatan. Foto: David Herman-INFIS
Kompleks megalitikum Tinggihari III. Diapit dua sungai, Sungai Lim dan Sungai Asam. Terlihat hamparan Bukitbarisan Selatan. Foto: David Herman-INFIS

Sebaliknya, jika air terjun ini bukan hasil rekayasa manusia dalam menata air dari aliran sungai untuk kehidupan, maka apa yang diperintahkan Raja Sriwijaya merupakan pembelajaran dari kondisi alam di wilayah perbukitan di Lahat untuk menata perairan di wilayah lahan basah atau dataran rendah. “Intinya air terjun tersebut merupakan cermin penataan air untuk kehidupan masyarakat pada masa lalu,” kata Mario.

Ismet Inonu Singayuda, budayawan Lahat, menjelaskan keberadaan air terjun di Kabupaten Lahat sebagai penanda bendungan di sungai pada masa lalu, dapat diterima. Sebab, pada kawasan Bukit Barisan di wilayah Lahat, Pagaralam, Bengkulu, dan Lampung, pada awal masehi berdiri Kerajaan Srijaya yang kemudian berubah nama menjadi Sribuana. “Kerajaan ini mencakup 40 kerajaan kecil atau kampung. Kerajaan yang membangun peradaban baru setelah masa megalitikum tersebut,” kata Ketua Dewan Kesenian Lahat ini.

Ismet yakin jika Kerajaan Sriwijaya merupakan konsensus berbagai kekuatan yang ada di Sumatera Selatan, baik dari wilayah daratan maupun pesisir. Dua pengetahuan mengenai tata kelola lingkungan dari dataran tinggi dan pesisir ini yang mungkin menjadi dasar pemikiran dari Prasasti Talang Tuwo. “Konsep bendungan yang disebutkan dalam prasasti tersebut bisa saja dibawa dari kerajaan dari Bukit Barisan, baik berdasarkan ilmu pengetahuan atau kondisi alam,” katanya.

Kabupaten Lahat yang luasnya mencapai 4.361,83 kilometer persegi ini ternyata memiliki 75 air terjun. Jumlah ini kemungkinan besar akan bertambah sejalan dengan penemuan sejumlah air terjun yang belum terakses di dalam hutan rimbanya.

Kondisi Sungai Lim di dekat air terjun Panjang yang dipenuhi batuan andesit berukuran besar. Di hutan sekitar sungai masih ditemukan siamang, monyet ekor panjang, dan rusa. Foto: Taufik Wijaya
Kondisi Sungai Lim di dekat air terjun Panjang yang dipenuhi batuan andesit berukuran besar. Di hutan sekitar sungai masih ditemukan siamang, monyet ekor panjang, dan rusa. Foto: Taufik Wijaya

Menjaga air tanah

Gubernur Sumsel Alex Noerdin kepada Mongabay Indonesia pada Selasa (13/12/2016) mengatakan, saat ini dunia mengalami krisis air, dan dia pun meminta semua masyarakat di Sumatera Selatan dan Indonesia untuk menjaga air tanah.

“Dunia mengalami krisis air tawar, khusus air tanah. Banyak wilayah di dunia mengalami krisis pangan dan kesehatan akibat krisis air tanah.”

Saya berharap, pemerintah maupun masyarakat di Sumsel dan juga Indonesia menjaga keberadaan air tanah. “Caranya dengan tetap mempertahankan hutan di sekitar sumber air, seperti sungai, air terjun, danau, dan lainnya,” kata Alex.

Pembukaan lahan untuk perkebunan kopi di sekitar Sungai Lim atau tak jauh dari air terjun panjang. Foto: Taufik Wijaya
Pembukaan lahan untuk perkebunan kopi di sekitar Sungai Lim atau tak jauh dari air terjun panjang. Foto: Taufik Wijaya

Pesan tersebut cukup terasa saat mengunjungi Air Terjun Panjang. Sebab, di hutan sekitar air terjun ini masih masih ditemukan siamang, rusa, juga monyet ekor panjang. Diperkirakan pula, banyak hutan di sekitar air terjun di Kabupaten Lahat yang rusak akibat dibuka untuk perkebunan maupun aktivitas pertambangan batubara.

“Guna memperbaiki hal tersebut, kita bersama Pemerintah Kabupaten Lahat beberapa kali melakukan aksi penanaman pohon, baik di sekitar air terjun, bantaran sungai, juga di perkotaan. Kita pun meminta masyarakat untuk tidak membuka perkebunan di sekitar sungai, air terjun, khusus di wilayah hutan yang dilindungi,” kata Mario yang membentuk komunitas Panoramic of Lahat, komunitas pengembangan ekowisata yang lestari dan berkeadilan di Kabupaten Lahat.

Air Terjun Panjang di Tinggihari, Kecamatan Pulaupinang, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan. Di bawah air terjun yang mengalir di Sungai Kim ini membentuk sebuah kolam yang tingginya hingga batas aliran sungai sekitar 100 meter, dan sekitar 500 meter ke titik tertinggi daratan di sekitarnya. Foto: Jabrik-INFIS
Air Terjun Panjang di Tinggihari, Kecamatan Pulaupinang, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan. Di bawah air terjun yang mengalir di Sungai Kim ini membentuk sebuah kolam yang tingginya hingga batas aliran sungai sekitar 100 meter, dan sekitar 500 meter ke titik tertinggi daratan di sekitarnya. Foto: Jabrik-INFIS
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,