Dion, Gajah Pencegah Konflik Itu Telah Pergi…

Dion salah satu gajah patroli di Aras Napal, Langkat. Dia bertugas membantu penanganan konflik kala ada masalah dengan gajah-gajah liar dengan masyarakat. Untuk mendapatkan kehidupan lebih baik, Dion yang baru sembuh sakit, bersama kedua teman, pindah ke Barumun. Sayangnya, Dion tak bertahan lama. Baru beberapa hari di Barumun, Dion mati.

Kabar duka kembali terjadi. Hanya hitungan hari setelah pindah dari hutan konservasi Aras Napal, Langkat menuju ke Barumun, Dion, satu dari tiga gajah titipan Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam Sumatera Utara (BBKSDA Sumut) kepada Yayasan Bodhicitta Mandala Medan, mati, pada Jumat (16/12/16).

Data BKSDA Sumut, kali kedua gajah dari Aras Napal mati. Belum lama ini, satu anakan gajah mati di Aras Napal.

Garendel Siboro, Kepala Bidang Teknis BBKSDA Sumut, kepada Mongabay mengaku terkejut mendengar kabar dari Barumun, kalau satu gajah yang baru tiba mati.

Gajah mati yang jantan, Dion diperkirakan usia 30 tahunan. Selama ini, Dion bertugas menangani konflik gajah liar dengan manusia di sekitar Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL).

Kematian Dion tak terduga. Saat diangkut pakai truk dari Aras Napal, berbatasan dengan TNGL menuju Barumun, kondisi stabil. Tak ada tanda-tanda kesehatan menurun. Meski diakui, kondisi gajah ini masih dalam penyembuhan. Saat di Aras Napal, sempat sakit.

Baca juga: Demi Rumah Lebih Baik, Gajah-gajah Sumatera Ini Pindah ke Barumun

Selama dalam perjalanan belasan jam dari Langkat menuju Barumun, BKSDA dibantu tim dokter dari Vesswic untuk melihat kondisi kesehatan ketiga gajah termasuk Dion.

“Kami sangat berduka. Ini sangat mengejutkan, di tengah upaya penyelamatan gajah,” ucap Siboro.  Dion, katanya, begitu berjasa dan peran besar mengatasi konflik gajah liar dengan manusia di kawasan TNGL.

Mengenai kematian gajah ini, katanya, akan ada penyelidikan mendalam soal penyebab utama kematian. Tim dokter juga mendalami penyebab kematian Dion. BKSDA juga akan memeriksa Bodhicitta terkait kematian Dion.

Siboro bilang, alasan utama pindah ke Barumun karena kondisi hutan masih bagus.

DIon, yang pindah ke Barumun dari Aras Napal, untuk dapat kehdupan lebih baik....Ternyata, tak bertahan lama, di Barumun, Dion mati. Foto: Ayat S Karokaro
DIon, yang pindah ke Barumun dari Aras Napal, untuk dapat kehdupan lebih baik….Ternyata, tak bertahan lama, di Barumun, Dion mati. Foto: Ayat S Karokaro

BKSDA sudah bekerjasama dengan Yayasan Bodhicitta, untuk jadi tempat penitipan satwa. Sebelumnya, di Barumun ada delapan gajah Sumatera dirawat Bodhicitta dan dinilai berhasil, karena dalam kondisi sehat.

Syukur Alfajar, biasa disapa panggilan Sugeng, Conservation Program Manager Yayasan Bodhicitta Mandala Medan, saat dikonfirmasi Mongabay mengatakan, belum mau memberikan penjelasan soal penyebab kematian Dion karena masih ditangani tim medis. Mereka sedang otopsi.

Sedang dua gajah lain, sudah pemeriksaan medis menyeluruh termasuk pemeriksaan darah guna mengetahui rekam medic kedua gajah betina itu.

Untuk menjaga kesehatan, langkah utama memberikan nutrisi cukup guna pemulihan dan adaptasi di tempat baru. Mereka terpisah dari gajah lain sampai betul-betul sehat.

“Kita punya dokter hewan Evi di Bodhicitta yang menangani kondisi satwa. Meskipun begitu, kita dibantu tim medis Vesswic.”

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , , ,