Kaki Cidera Terjerat, Anak Gajah Ini Tertinggal dari Kelompoknya…

Beberapa pekan lalu, tiga gajah Sumatera liar, satu induk, dua anakan terjebak dalam perkebunan sawit PT. Perkebunan Inti Sawit Subur (PISS) dekat Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), Dusun Pancasila, Desa Mekar Makmur, Kecamatan Sei Lepan, Langkat, Sumatera Utara.

Dua anakan terjerat jebakan dan kaki nyaris putus. Mereka diobati , tim medis Vesswic dan digiring oleh tim gabungan ke TNGL. Harapannya, bergabung bersama kelompok.

Awalnya para petugas gabungan dari BBKSDA Sumut dan BBTNGL bersama mitra mereka dari Vesswic, WSC, dan YOSL-OIC, senang saat ketiga gajah mulai kembali ke hutan TNGL.

Sang induk begitu menyayangi anak-anaknya terlihat saat kedua anak jalan lamban, sang ibu sabar menunggu. Pemandangan itu membuat terharu.

Herbert Aritonang, Kepala Seksi Wilayah II Stabat, BBKSDA Sumut, sampai meneteskan air mata menyaksikan satu keluarga ini berjalan perlahan masuk TNGL. Dia berulang kali menghusap air mata dengan baju lapangan mulai kotor, karena beberapa hari dalam perkebunan sawit.  Mereka memantau setiap detik perkembangan penyembuhan anak gajah terluka itu.

Kebahagiaan tak berlangsung lama. Selang beberapa pekan, BBKSDA Sumut bersama BBTNGL mendapat kabar warga, ada anakan gajah dengan jalan tertatih masuk perkebunan sawit. Persis di lokasi awal ketiga gajah Sumatera diobati tim medis dari dokter hewan Vesswic.

Anakan gajah yng beberapa pekan alu terluka dan diobati, lalu tertinggal dari kelompok. Foto: Ayat S Karokaro
Anakan gajah yng beberapa pekan alu terluka dan diobati, lalu tertinggal dari kelompok. Foto: Ayat S Karokaro

Sapto Aji Prabowo, Kepala Bidang Pengelolaan Taman Nasional Wilayah III, BBTNGL, bersama tim langsung ke lokasi. Begitu juga tim BBKSDA Sumut dibantu warga. Mereka mulai memantau anak gajah selama berjam-jam berputar. Di sekitar perawatan dua anak gajah Sumatera terjerat pemburu.

Saat pemantauan, dokter hewan Anhar Lubis, tim medis dari Vesswic terkejut. Jika dilihat dari ciri-ciri, anak Gajah Sumatera yang keluar dari TNGL, muncul dalam perkebunan sawit ini, satu dari yang mereka obati. Setelah penelusuran lebih jauh terutama saat dilihat luka bagian kaki, dugaan itu makin kuat.

“Anak gajah Sumatera itu seolah-olah minta tolong supaya tim medis mengobati. Ia tak pergi lari saat tim gabungan datang. Hanya memutar-mutar di tempat para tim medis mengobati luka kaki gajah yang kena jerat pemburu. Saya sangat terharu melihatnya, betapa tersiksa dan sedih sekali ia, ” kata Kepala BBKSDA Sumut, Hotmuli Sianturi, Kamis (22/12/16).

Menurut Uli, sapaan akrabnya, setelah dipastikan itu anak gajah yang pernah mereka giring ke dalam TNGL, langsung menghubungi tim medis dari Vesswic untuk pengobatan. Dokter hewan Anhar Lubis dari Vesswic melakukan pengobatan.

Tim medis memeriksa bekas luka jerat seling baja yang mengikat bagian kaki. Beruntung, bekas luka perlahan mulai menutup sobekan, walau ada sedikit lagi belum tertutup dan terlihat bernanah meski tak membahayakan.

“Sampel darah juga diammbil, untuk diperiksa di laboratorium, apakah ada terjangkit virus atau tidak. Bekas luka jerat pada bagian kaki juga diobati. Semua berjalan lanca. Anak gajah Jumat sore mulai jalan  walau masih pelan, ” ucap Uli.

Lantas, mengapa anak gajah ini sendiri? Menurut dia, ada dugaan tertinggal jauh saat berhasil bertemu kelompok gajah liar lain. Salah satu faktor, anak gajah ini masih penyembuhan pada kaki.

Dari laporan mereka terima, setiap dua pekan sekali, di tempat anak gajah ini ditemukan, gerombolan gajah liar selalu melintas. Daerah ini buffer zone gajah liar TNGL. Sayangnya, sekarang sudah ditanami sawit, hingga habitat terganggu.

Jika memungkinkan, katanya, mereka akan menggiring anak gajah masuk kawasan dan bertemu kelompok.

Sapto Aji Prabowo, Kabid Wilayah III Stabat, BBTNGL, menjelaskan, setiap tiga hingga empat bulan, sejak dahulu ada 15-45 gajah melintas di tempat itu. Wilayah itu lintasan gajah liar.

Herbert Aritonang dan Anhar Lubis mengambil sampel darah anakan gajah yang terluka. Foto: Ayat S Karokaro
Herbert Aritonang dan Anhar Lubis mengambil sampel darah anakan gajah yang terluka. Foto: Ayat S Karokaro
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , ,