Pelebaran Kawasan Industri, Ancaman Hebat Habitat Bekantan di Teluk Balikpapan

Peneliti Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam (BPTKSDA), Tri Atmoko, mengatakan isu kepunahan bekantan (Nasalis larvatus) di Teluk Balikpapan memang kerap muncul. Namun, untuk memastikan kapan waktunya, tidak dalam waktu dekat melainkan jangka panjang. “Kasus paling mengancam adalah habitatnya,” jelas, Tri, Selasa (27/12/2016).

Salah satu faktor pemicu berkurangnya habitat bekantan di Teluk Balikpapan adalah aktivitas kawasan industri yang makin meluas. Bersama beberapa peneliti lain, Tri pernah membuat laporan pencemaran lingkungan akibat industri di Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur.

Meski tingkat dan bentuk pencemaran bervariasi menurut lokasi, namu kegiatan industri, pelabuhan dan berbagai kegiatan di hulu merupakan penyebab utama pencemaran. Terlebih, Teluk Balikpapan merupakan pintu utama kapal besar maupun kecil dari dan menuju laut lepas. Arus lalu lintas yang padat dapat berpengaruh terhadap kualitas air.

“Kawasan industri sangat mempengaruhi kehidupan bekantan. Habitat yang tergerus ditambah pencemaran, membuat populasi bekantan terpecah dari kelompok besar menjadi kelompok kecil,” ungkap Tri.

Keberadaan bekantan di Teluk Balikpapan sangatlah penting. Diperkirakan, jumlahnya saat ini sekitar 1.400 individu. Foto: Hendar
Keberadaan bekantan di Teluk Balikpapan sangatlah penting. Diperkirakan, jumlahnya saat ini sekitar 1.400 individu. Foto: Hendar

Dengan populasi yang kecil, bekantan akan mengalami kawin kerabat, menghasilkan keturunan yang kulitasnya menurun. “Semakin melebarnya kawasan industri, habitat bekantan semakin berkurang dan memecah populasi. Selain itu, bisingnya aktivitas industri berpengaruh pada tingkat stres kehidupan bekantan yang berakibat buruk pada reproduksi.”

Dalam laporan Tri di BPTKSDA dituliskan, kerusakan habitat berpengaruh langsung terhadap kehidupan bekantan, terutama ketersediaan sumber pakan dan tempat berlindung. Bekantan lebih memilih daun-daun muda sebagai sumber pakan. Pucuk-pucuk daun mengandung protein yang tinggi namun serat dan anti-nutrisinya rendah.

Sayangnya, di Teluk Balikpapan yang merupakan wilayah perairan semi-tertutup yang memisahkan antara kota Balikpapan dengan Kabupaten Penajam Paser Utara itu banyak mengalami perubahan. Seiring waktu, kawasan mangrove yang menjadi rumah bekantan mengalami degradasi, terutama akibat pembukaan lahan untuk tambak.

Buku dongeng tentang bekantan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan generasi muda terkait Teluk Balikpapan dan satwa yang ada. Foto: Hendar
Buku dongeng tentang bekantan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan generasi muda terkait Teluk Balikpapan dan satwa yang ada. Foto: Hendar

Tri menjelaskan, selama hidupnya, satwa lindung apendiks satu ini mengembara mencari pakan siang hari. Dia kembali ke pohon tidur di tepi sungai sore hari. Pemilihan pohon tidur di tepi sungai merupakan strategi menghindari predator. “Predator yang banyak adalah buaya. Bekantan juga terancam macan dahan, karena itu ia mencari pohon tidur yang tinggi.”

Selain perluasan kawasan industri, pembangunan Jembatan Pulau Balang juga menjadi momok berkurangnya habitat bekantan. Pasalnya, pembangunan itu mengakibatkan kerusakan areal mangrove. Selain itu, jalan penghubungnya berada di daerah penyangga Hutan Lindung Sungai Wain. “Akses jalan ini akan menambah tekanan terhadap areal mangrove yang merupakan habitat bekantan.”

Pengangkutan batubara yang dilakukan di Teluk Balikpapan. Foto: Hendar
Pengangkutan batubara yang dilakukan di Teluk Balikpapan. Foto: Hendar

Terancam habis

Ketua Save Bekantan Balikpapan, Ruslan, menilai habitat bekantan di Teluk Balikpapan yang kini paling terancam adalah kawasan Hutan Mangrove Somber. Hutan ini berdampingan langsung dengan Pelabuhan Somber yang telah beroperasi. Selain itu, warga Somber gencar melakukan pembukaan lahan. “Bekantan-bekantan yang ada semakin terisolasi dan kesulitan mencari pakan.”

Bagi Ruslan, menyelamatkan bekantan sama juga dengan menyelamatkan Teluk Balikpapan. Sebab, bekantan merupakan kekayaan yang tersebar hampir di seluruh teluk. “Save Bekantan Balikpapan sengaja dibentuk untuk melestarikan bekantan. Kami fokus dulu di Somber.”

Sebenarnya, lanjut Ruslan, bekantan-bekantan yang ada di kawasan Somber sudah  dekat manusia. Bahkan, mereka sudah tidak asing dengan bunyi-bunyian serta kebisingan dari aktivitas pelabuhan. Namun, yang menjadi persoalana adalah hutan mangrove sebagai habitat bekantan perlahan menyempit seiring melebarnya pelabuhan. “Seharusnya, hutan mangrove yang diperlebar, kenyataannya malah sebaliknya.”

Save Bekantan Balikpapan telah memasang papan larangan merusak alam dan berburu bekantan di kawasan Somber. Selain itu juga, melakukan penyuluhan ke sekolah-sekolah untuk menjaga mangrove dan melestarikan bekantan.

“Somber merupakan tempat wisata. Ada pipa besar milik pertamina yang dijadikan pijakan pengunjung untuk menelusuri keindahan hutan mangrove di atas sungai. Di tempat itu pula, terdapat habitat bekantan yang terisolasi. Kami sudah memasang papan peringatan untuk tetap menjaga kelestarian bekantan. Ada juga larangan memberi makan agar bekantan tetap mencari pakan di alam liar,” papar Ruslan.

Bekantan merupakan satwa yang dilindungi Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Juga, masuk dalam daftar CITES Apendix I atau tidak boleh diperdagangkan. International Union for Conservation of Nature (IUCN) memasukkan statusnya Genting (Endangered/EN).

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , ,