Maluku Utara, sebagai provinsi kepulauan memiliki keunikan alam baik hutan, daerah aliran sungai (DAS) sampai flora dan fauna. Demi menjaga kekayaan itu, Pemerintah Malut meminta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan KLHK) memberikan perhatian khusus pada Taman Nasional Ake Tajawe Lolobata dan masalah DAS kepulauan.
Wakil Gubernur Malut M Natsir Thaib mengatakan, TN Ake Tajawe Lolobata, wilayah hutan pada tiga kabupaten/kota di Malut seluas 167.300 hektar, rela dilepaskan demi penyelamatan lingkungan untuk kepentingan nasional dan dunia.
Walapun, lahan itu memiliki sumberdaya mineral tambang cukup kaya. TN Aketajawe, selain sumberdaya hutan, flora dan fauna juga kaya bahan tambang seperti emas dan nikel.
“Ini kemauan bersama masyarakat dan pemerintah melepaskan dan membebaskan lahan demi kelestarian flora dan fauna untuk dunia.
Artinya masyarakat dan pemerintah mendukung sepenuhnya program pemerintah penyelamatan lingkungan,” katanya di Halmahera, beberapa pekan lalu.
Untuk itu, dia meminta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan memberikan bobot perhatian cukup ke TN Aketajawe Lolobata, misal perlu dibangun laboratorium khusus burung paruh bengkok.
Perdagangan paruh bengkok, katanya, marak melalui laut Malut, dibawa ke luar negeri dengan harga cukup mahal. Memang, katanya, konservasi paruh bengkok ada di beberapa daerah lain seperti Papua dan Sulawesi.
Untuk Malut, katanya, perlu bangun juga laboratorium paruh bengkok demi perlindungan dan pengembangan juga spesifik. Laboratorium ini, katanya, menjadi rumah segala paruh bengkok, termasuk tempat pengembangbiakan dan penelitian sekaligus.
Dia khawatir, perdagangan massif mengancam keberadaan satwa-satwa ini. Jadi, sebelum terlambat, perlu ada penanganan khusus seperti, lewat laboratorium itu.
Perhatian kedua, katanya, soal DAS di Malut yang masuk DAS kepulauan. Berbeda dengan daerah kontinental atau daratan, DAS kepulauan ini perlu penanganan khusus juga demi terjaga kekayaan alam Malut.
Taman Nasional Ake Tajawe-Lolobata (TNAL) sedang membangun suaka burung paruh bengkok. Kepala Balai TNAL Sadtata Noor Adirahmanta, mengatakan, suaka paruh bengkok ini sebagai pusat rehabilitasi dan penyelamatan satwa liar seperti kakatua putih, kasturi Ternate, Nuri Bayan dan lain-lain.
Suaka ini, katanya, akan menjadi tempat rekreasi, edukasi dan konservasi terbesar di Indonesia Timur.
Natsir menyambut baik upaya melestarikan kekayaan alam endemik Malut. Hal lain perlu jadi perhatian, katanya, perlindungan hutan mangrove. “Mungkin butuh model pengelolaan DAS kepulauan. DAS kepulauan ini memiliki hutan khas. Ini perlu disampaikan ke Ibu Menteri Siti Nurbaya,” katanya.
