Obyek Misterius Itu “Bersembunyi” di Bawah Lapisan Es Kutub Selatan

Para ilmuwan meyakini, sebuah obyek yang luar biasa besar bisa mengubah pengetahuan kita akan sejarah dunia. Benda tersebut tersembunyi di bawah lapisan es Kutub Selatan.

Keanehan ini dipercaya sedang “mengintai” kawasan beku yang disebut Wilkes Land, sebuah area seluas 243 kilometer persegi dengan kedalaman 823 meter.

Para peneliti meyakini, obyek tersebut adalah sisa-sisa dari asteroid yang begitu besar, dua kali lipat lebih besar dari batuan angkasa Chicxulub yang memusnahkan dinosaurus.

Jika penjelasan mereka benar, berarti asteroid maut ini adalah penyebab kepunahan era Permian-Triassic, yang membunuh 96% makhluk laut dan 70% vertebrata yang hidup di permukaan tanah.

Keanehan alam yang disebut  “Wilkes Land gravity anomaly” ini pertama kali ditemukan pada 2006, saat satelit NASA melihat perubahan-perubahaan gravitasi melalui keberadaan sebuah objek besar. Lokasinya di tengah kawah benturan, berdiameter 482 kilometer.

Penemuan itu kembali menjadi buah bibir setelah sebuah kelompok pemburu UFO, Secure Team 10, memposting video tentang keanehan Kutub Selatan tersebut.

“Hingga hari ini, para ilmuwan tidak bisa menyimpulkan apa sebenarnya yang terkubur di bahwa lapisan es tebal tersebut” kata narator di video tersebut, sebagaimana diberitakan di New York Post.

“Benua es tetap menjadi benua yang terselubung misteri hingga kini”. Bahkan, di video tersebut disampaikan juga bisa jadi, Nazi membangun basis militer rahasia di Kutub Selatan selama perang dunia II. Tujuannya, sebagai basis produksi pesawat-pesawat canggih.

Perdebatan di internet hingga kini masih berlangsung. Namun, para ilmuwan yang pertama kali melihat keanehan tersebut percaya bahwa obyek itu adalah bukti kawah benturan asteroid yang besar.

 

 

“Benturan di Wilkes Land ini jauh lebih besar dibandingkan benturan yang memusnahkan dinosaurus. Bisa jadi, telah menyebabkan bencana global yang sangat besar pada waktu itu,” kata Ralph von Frese, professor geological sciences di Ohio State University, yang menemukannya pada 2006.

“Semua perubahan alam yang terjadi karena benturan tersebut dipastikan menyebabkan sebuah kondisi lingkungan yang hampir mustahil untuk bertahan hidup di dalamnya. Sangat masuk akal banyak kehidupan musnah pasca-benturan dahsyat itu,” paparnya.

Artikel yang diterbitkan oleh
, ,