Bukan Perburuan, Badak Cula Satu di Nepal Mati Akibat Sengatan Listrik

Lebih dari dua tahun, badak bercula satu yang hidup di Tanam Nasional Chitwan (Chitwan National Park/CNP), Nepal, aman dari gangguan pemburu. Namun begitu, bukan berarti tingkat kematiannya juga menurun. Tahun lalu, berdasarkan penjelasan pihak CNP, pagar listrik dan penggunaan pupuk kimia di ladang dekat taman nasional telah menewaskan tiga individu badak.

Pihak CNP mengklaim, sejak 3 Mei 2014, tidak ada lagi badak mati dibunuh pemburu. Taman nasional ini pun merayakan dua tahun penuh tanpa perburuan spesies yang terancam punah. Namun, di saat mereka merencanakan untuk merayakan seribu hari tanpa perburuan, kematian badak di Nawalparasi, 2 Januari 2017, benar-benar mengejutkan dan membuat marah para pejabat taman nasional.

Umumnya, badak langka dan terancam punah dibunuh untuk diambil culanya yang berharga mahal di pasar ilegal. Tapi, cula badak yang ditemukan mati di Nawalparasi tidak diambil. Ini menunjukkan, badak tidak dibunuh pemburu melainkan terperangkap pagar listrik yang dipasang petani di sekitar taman nasional untuk melindungi ladangnya.

Ram Chandra Kandel, Kepala Konservasi Chitwan National Park mengatakan, laporan membuktikan penyebab kematian badak akibat sengatan listrik. Ini merupakan kejadian kedua kalinya. “Sebelumnya, 10 Agustus 2015, satu individu badak mati di Meghauli, Chitwan, karena terperangkap di pagar listrik,” tuturnya sebagaimana dikutip dari My Republica.com.

Kandel mengatakan, pagar listrik yang dipasang petani untuk melindungi tanaman mereka menjadi ancaman besar bagi kehidupan badak di Nepal. Kondisi ini harus dipikirkan jalan keluarnya. “Kebanyakan dari mereka tidak menyadari, jika ladang mereka dirusak oleh satwa dari taman nasional, akan ada kompensasi.”

Kompensasi kerusakan yang dimaksud berupa uang sekitar Rs10.000 (Rp1,2 juta). “Saya rasa juga mustahil, satu individu badak bisa makan tanaman senilai Rs10.000. Ini adalah spesies langka. Kehilangan mereka akibat suatu masalah kecil benar-benar menyedihkan,” kata Kandel.

“Karena jumlah badak mati akibat pagar listrik meningkat, kami melakukan  program peningkatan kesadaran pentingnya konservasi badak bercula satu di Nepal,” terang Sur Bir Pokharel, Ketua Federation of Community Forest Users of Chitwan, Nepal.

Pegunungan Himalaya yang memanjang di lima negara, Pakistan, India, Tiongkok, Bhutan, dan Nepal. Sumber: Wikipedia
Pegunungan Himalaya yang memanjang di lima negara, Pakistan, India, Tiongkok, Bhutan, dan Nepal. Sumber: Wikipedia

Madhukar Malla, Ketua Zona Penyangga Taman Nasional Chitwan angkat suara. Menurutnya, jumlah bantuan yang diberikan pemerintah sangat rendah. Proses pengambilan uang kompensasinya juga sulit dan lama. Karena itu, petani memakai teknik mereka sendiri untuk menangkis satwa liar. “Ada banyak kasus ketika hewan liar merusak tanaman petani, mereka tidak menerima bantuan.”

Sesuai hukum, jika seseorang membunuh badak, hukuman yang dikenakan berupa denda dan penjara 5 – 15 tahun. Hukum ini berlaku juga untuk petani. “Petani tidak sengaja memasang perangkap tersebut untuk membunuh binatang liar. Harusnya, penting bagi semua orang melindungi satwa liar dan melakukan langkah-langkah efektif untuk memecahkan masalah ini,” tutur Malla.

Jumlah badak bercula satu di Nepal diperkirakan sekitar 645 individu. Taman Nasional Chitwan dan hutan sekitarnya merupakan habitat terbesar badak di negeri ini. Penghitungan yang dilakukan pada 2016 itu menunjukkan, di Taman Nasional Chitwan dihuni sekitar 605 individu badak.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,