Lagi, Lumba-lumba Terjerat Jaring di Lombok dan Mati Terdampar di Kupang

Dua lumba-lumba ditemukan di Lombok, NTB dan Kupang, NTT akhir pekan ini dalam kondisi berbeda. Satu dihalau ke lautan dalam keadaan luka dan lainnya mati terdampar. Pada Januari ini sedikitnya 5 catacean, paus dan lumba-lumba yang dilaporkan terdampar di Bali, NTB, dan NTT.

Di Teluk Tawun, Gili Nanggu, Sekotong, Lombok Barat, seekor lumba-lumba jenis hidung botol (Tursiops truncatus) terjerat jaring nelayan pada Kamis (26/01/2017) pagi sekitar 08.30 WITA.

Demikian laporan dari Bripka Sukiyono, anggota Direktorat Polair Polda NTB yang berpatroli di sekitar Gili Nanggu kepada Lalu Adrajatun, humas dan petugas lapangan BPSL Denpasar wilayah kerja NTB. “Polair patroli di sana kerjasama dengan Pokwasmas melihat terjaring nelayan tak sengaja, nelayan melaporkan,” kata Adrajatun. Lumba-lumba ini tak dibawa ke tepi, tapi langsung dilepaskan.

“Kondisi sudah di tengah laut, penanganan langsung bisa dilepas, kita pantau karena luka. Tapi tak terlihat lagi di lokasi,” lanjutnya soal apakah diperlukan perawatan luka-lukanya.

Terlihat bulatan-bulatan luka di badannya diduga kena karang atau benda keras lainnya. Informasi BPSPL Denpasar, dari analisa gambar oleh Windia Adnyana, dokter hewan dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana menyebutkan luka-luka yaitu dermatitis ulseratif multifokal kronis ringan.

Lumba-lumba hidung botol dengan sejumlah luka terjerat jaring nelayan di perairan Teluk Tawun, Gili Nanggu, Sekotong, Lombok Barat, pada Kamis (26/01/2017) pagi, lalu dilepaskan lagi. Foto: BPSPL Denpasar Wilker NTB
Lumba-lumba hidung botol dengan sejumlah luka terjerat jaring nelayan di perairan Teluk Tawun, Gili Nanggu, Sekotong, Lombok Barat, pada Kamis (26/01/2017) pagi, lalu dilepaskan lagi. Foto: BPSPL Denpasar Wilker NTB

Keesokan harinya, Jumat (27/01/2017), dari hasil pantauan lumba-lumba ini tak terlihat lagi di perairan sekitar.

Sementara pada Jumat (27/01/2017) juga, sekitar pukul 5 pagi, seorang warga setempat menemukan seekor Lumba-lumba terdampar di Pantai Wisata Manikin, Kota Kupang, NTT dalam kondisi mati.

Masyarakat segera mengerumuni karena terdampar di pesisir dekat jalan raya. Anak-anak dan orang dewasa ingi melihat dari dekat, kemudian ada yang melaporkan ke polisi dan Kantor SAR Kupang. Mereka meneruskan ke BKSDA NTT.

Dalam laporan publiknya melalui jejaring sosial, BKSDA NTT menyebutkan posisi lumba-lumba tersebut pada saat ditemukan berada pada koordinat S 10° 7′ 28.25” dan E 123° 40′ 28.69. Pada tubuh Lumba-lumba sepanjang 195 cm tersebut ditemukan bekas luka. Upaya terakhir adalah menguburkan di dekat kantor BKSDA.

Jenisnya lumba-lumba diperkirakan fraser (Lagenodelphis hosei). Situs dolphins-world.com menyebut jenis ini lebih dikenal dengan nama lumba-lumba Sarawak. Warnanya cenderung hitam abu-abu atau hitam kebiruan. Biasanya fraser berenang dalam kelompok besar dan kerap bergerombol. Disebut lebih agresif tapi tak menggigit manusia.

Warga mengerumuni seekor lumba-lumba yang ditemukan mati terdampar di sebuah pantai di Kupang pada Jumat (27/01/2017). Setelah didokumentasikan, satwa laut itu segera dikubur. Foto: BKSDA NTT
Warga mengerumuni seekor lumba-lumba yang ditemukan mati terdampar di sebuah pantai di Kupang pada Jumat (27/01/2017). Setelah didokumentasikan, satwa laut itu segera dikubur. Foto: BKSDA NTT

Sedangkan lumba-lumba hidung botol (Tursiops truncatus) dinilai spesies lumba-lumba yang paling umum dan paling dikenal orang. Sering digunakan dalam pentas hiburan di kolam-kolam renang, atraksi wisata, dan  sirkus. Wikipedia mencatat, habitatnya berada di perairan hangat di seluruh dunia dan dapat ditemui di hampir seluruh perairan kecuali Samudra Arktik dan Samudra Selatan.

Lumba-lumba hidung botol berwarna abu-abu yang bervariasi dari abu-abu gelap di bagian atas dekat sirip punggung ke abu-abu muda keputih-putihan di bagian bawah. Lumba-lumba hidung botol dewasa memiliki panjang antara 2 sampai 4 meter dan berat dari 150 sampai 650 kilogram.

Dalam webnya, WWF menyebut  mamalia ini biasanya hidup berkelompok dengan jumlah dua hingga beberapa ratus individu tergantung dari jenisnya. Hewan yang termasuk dalam ordo Cetacea ini dapat hidup hingga 40-50 tahun dengan berat mencapai 635 kg.

Berbeda dengan ikan, anak lumba-lumba lahir 3-6 tahun sekali dengan periode kehamilan 12 bulan dan periode menyusui 18-20 bulan. Seekor lumba-lumba hidung botol dapat dikatakan dewasa ketika berumur 5-13 tahun untuk betina sedangkan jantan 9-14 tahun. Mereka menggunakan suara dengan frekuensi tinggi untuk menangkap mangsanya yaitu invertebrata bentik (organisme tidak bertulang belakang yang hidup di dasar perairan), ikan, dan cumi-cumi.

Panduan Penanganan Mamalia Laut Terdampar yang diterbitkan Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2012 menyatakan jika terdampar dalam kondisi hidup dimasukkan ke dalam Kode 1. Ciri-ciri mamalia laut yang hidup lubang pernafasan masih bergerak aktif, udara masih keluar dari lubang pernafasan. Masih ada detak jantung (raba dada hewan sebelah kiri). Masih ada refleks (antara lain: kelopak mata berkedip saat disentuh, lubang pernafasan menjadi ketat saat disentuh, rahang tidak mau dibuka paksa, ada penolakan dari hewan saat sirip dada disentuh).

Upaya penyelamatan akan lebih berhasil jika dilakukan sebelum 1×24 jam setelah kejadian terdampar. Mengembalikan mamalia laut yang terdampar hidup ke laut lepas tanpa memberikan
pertolongan pertama dari personel yang memiliki kemampuan untuk melakukannya, dapat saja berakibat fatal bagi mamalia laut tersebut.

Seekor lumba-lumba ditemukan mati terdampar di sebuah pantai di Kupang pada Jumat (27/01/2017). Setelah didokumentasikan, satwa laut itu segera dikubur. Foto: BKSDA NTT
Seekor lumba-lumba ditemukan mati terdampar di sebuah pantai di Kupang pada Jumat (27/01/2017). Setelah didokumentasikan, satwa laut itu segera dikubur. Foto: BKSDA NTT

Mamalia laut yang terdampar dan mati masuk ke dalam Kode 2-5. Ada banyak jenis virus dan bakteria yang ditemukan di dalam bangkai tubuh mamalia laut yang mati. Virus dan bakteri tersebut
berakibat fatal bagi manusia dan binatang peliharaan. Menyentuh mamalia laut yang mati sangat tidak disarankan untuk dilakukan oleh perempuan yang sedang hamil, anak-anak atau orang yang sedang mengalami luka di tubuhnya.

Ada sejumlah alasan, di antaranya mamalia laut membawa beban tinggi parasit alami yang sangat banyak. Dari jumlah yang sangat banyak tersebut, Anisakis sp yang paling sering terlibat dalam transmisi patogen pada manusia.

Paus bergigi membawa beban kontaminan lebih besar dari paus balin. Konsumsi daging dan organ (termasuk hati, ginjal, dll) paus bergigi sangat tidak dianjurkan. Daging paus bergigi berwarna gelap karena peningkatan jumlah mioglobin, berminyak dan sangat berbahaya bagi manusia.

Minyak yang terkandung dalam jaringan tubuh paus sperma berbahaya bagi manusia dan binatang peliharaan. Daging paus sperma juga, berefek pencahar pada manusia dan anjing
ketika dikonsumsi. Daging ikan paus sperma tidak dianjurkan untuk konsumsi manusia. Paus pilot menumpuk organoklorin dan logam berat pada tingkat melebihi banyak spesies lain. Ini berakumulasi pada manusia dengan efek merugikan jika dikonsumsi.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,