Para Penghuni Baru Taman Rimba di Awal Tahun

Satu anak monyet (Macaca fascicularis) meloncat mengejar pengunjung. Ia beradu cepat dengan induk dan saudara tuanya menangkap makanan yang dilempar pengunjung Taman Rimba. Kiran, bocah 1,5 tahun terlihat senang melihat polah monyet kecil yang lahir 11 Desember itu.

Rentang November hingga Januari, banyak satwa beranak. Kelahiran hanya selisih minggu bahkan hari. Awal Januari, burung puter Arab beranak dua. Pertengahan bulan, sepasang tupai juga beranak dua. Sepuluh meter dari kandang tupai, beruk Sumatera, melahirkan seekor bayi akhir minggu ketiga Januari.

Sebelumnya, Sela, siamang (Symphalangus syndactylus) melahirkan bayi jantan. Awal November 2016, Kasih, tapir (Tapirus indicus) betina yang kawin dengan pejantan Bobi, juga melahirkan anak betina.

Kadis Peternakan Jambi, Akhdiyat memberi nama Atri. Selang sebulan, 17 Desember, Febi, tapir betina lain, juga beranak jantan. Meski sudah berumur lebih dari sebulan, anak Febi belum ada nama.

Arif Makhfud, Kasi Pemeliharaan dan Perawatan Satwa, Taman Rimba mengatakan, pengelola taman satwa masih menunggu Gubernur Jambi, Zumi Zola,  untuk memberikan nama.

“Kemarin kita sudah sampaikan, beliau berkenan memberi nama, tapi mungkin belum dapat nama yang pas,” katanya.

Monyet di Taman Rimba, Jambi. Foto: Yitno Suprapto
Monyet di Taman Rimba, Jambi. Foto: Yitno Suprapto

Banyi jantan ini anak pertama Febi, selama dua tahunan ia tinggal di Taman Rimba. Tapir betina tagkapan warga Mei 2014 itu sempat beberapa kali dikabarkan akan pindah tempat.

Bali Zoo dan Rahmat Shah,  pemilik taman satwa Pematang Siantar, di Medan, Sumatera Utara, pernah datang meminta. Keduanya rela menukar dengan dua singa untuk membawa Febi. Jawa Timur Park juga berniat sama.

“Dulu waktu mau diminta Bali Zoo Febi lagi bunting, kita enggan melepas, berisiko,” kata Arif.

Masa kehamilan lama, menjadi alasan Taman Rimba tak melepas Febi. Dia bilang, masa kehamilan tapir rata-rata 300-400 hari.

“Kasih itu hamil lebih cepat dibanding Febi. Kata kiper hamilnya duluan Febi, tapi beranak duluan Kasih.”

Meski memiliki tiga tapir, dua betina dan satu jantan, Taman Rimba enggan melepas Febi. Kasih, tapir betina lain bagian kaki cacat kena jerat.

“Selain konservasi, kebun binatang itu untuk edukasi. Kalau anak-anak lihat hewan tak sempurna, bisa-bisa mereka salah memahami. Oo..tapir itu kaki cuma tiga.”

Sepanjang 2016, satwa di Taman Rimba bertambah 80. Cangak merah, walabi, rusa sambar, rusa totol, domba, landak, siamang, napo, monyet, tupai, burung, kangguru tanah sampai beruk, beranak.

Selain pengembangbiakan, satwa bertambah dari sumbangan masyarakat yang menyerahkan peliharaan dan hewan temuan mereka.

Pada 16 Desember 2016, tim perlindungan harimau menyerahkan macan dahan. Sepanjang September hingga Desember 2016, Taman Rimba menerima hibah bangau tong-tong, ular retic, ungko, macan dahan, binturong, banyi lutung dan juga burung rangkok. Hanya, macan dahan telah diminta BKSDA untuk dilepasliarkan.

Perpindahan hidup dari alam liar ke kandang, kata Arif, satwa kerap stres, tak mau makan. “Kalau dari liar dikandangi, tingkat stres tinggi. Kalau stres mati.”

Saat ini, ada 370 lebih satwa hidup di Taman Rimba. Gajah, harimau, tapir dan dua singa jantan Siro dan Hori, masih jadi favorit pengunjung.

Pengunjung Taman Rimba, Jambi. Foto: Yitno Suprapto
Pengunjung Taman Rimba, Jambi. Foto: Yitno Suprapto
Gajah, salah satu satwa banyak diminati pengunjung. Foto: Yitno Suprapto
Gajah, salah satu satwa banyak diminati pengunjung. Foto: Yitno Suprapto
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , ,