Bukan Cinta Biasa Larissa di Hutan Kehje Sewen

Tekadnya kuat. Jika umumnya wanita menyukai kehidupan kota, ia sebaliknya, memilih tinggal di hutan. Menjaga belantara sekaligus melindungi orangutan, adalah alasan utama Larissa Salaki, bergabung dengan BOSF sebagai Koordinator Post-Release Monitoring (PRM) di Hutan Kehje Sewen, Kutai Timur, Kalimantan Timur.

Saban hari, gadis 29 tahun ini, berpacu dengan waktu. Tugasnya memantau kehidupan orangutan di Kehje Sewen, terutama yang baru dilepasliarkan. Sebelum orangutan keluar dari sarang di pagi hari, Larissa harus lebih dulu keliling rimba, memastikan kondisi aman semua.

“Saya menyukai alam terbuka. Nyaman di hutan karena memberikan ketenangan.”

Orangutan yang nasibnya harus kita perhatikan karena habitatnya yang kian menyempit. Foto: Facebook BOS Foundation

Saat menempuh pendidikan di University of California, Davis, Amerika Serikat, Larissa beberapa kali melakukan penelitian pada berbagai jenis primata. Setelah pulang ke Indonesia, kecintaannya makin menjadi. “Saya menyukai primata sejak SMA. Ketika itu saya tertarik pada konservasi primata di Indonesia,” terangnya.

Keinginannya untuk terus dekat dengan orangutan pun terwujud saat bergabung dengan BOSF (Borneo Orangutan Survival Foundation), begitu lulus program pasca sarjana di Universitas Indonesia. Sebagai koordinator monitoring, Larissa harus mengikuti pergerakan orangutan yang ditemukan. Tidak hanya melihat apa yang dimakan, tapi juga memantau semua kegiatannya, termasuk saat membuat sarang.

“Meski setiap hari memonitoring orangutan yang ada di Kehje Sewen, saya senang. Tidak ada beban, karena yang saya kerjakan adalah bagian dari kecintaan saya pada hutan dan primata Indonesia,” jelasnya.

Belajar hidup

Hutan mengajarkan kesederhanaan pada Larissa. Dia tinggal di rumah kayu yang merupakan basecamp BOSF. Tempat itu hanya mengandalkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) siang hari, dan genset malamnya. Beruntung, ada WiFi di sore hari, untuk komunikasi dengan dunia luar.

“Kehidupan keseharian di camp sederhana saja, ada PLTS dan genset. Urusan makan, ada juru masak khusus dan kadang-kadang pesta ikan jika teman-teman teknisi memancing atau menjala. Untuk cuci baju, saya biasa ke sungai,” ujarnya.

Saat hari libur, Larissa akan tetap di hutan. Kecuali, ketika cuti, ia akan meninggalkan hutan selama 10 hari. “Tiga hari kerja, ada satu hari libur. Tapi, kami juga punya waktu libur panjang, untuk keluar hutan. Setiap dua bulan, ada 10 hari untuk cuti.”

Memanjat pohon merupakan bagian aktivitas yang dilakukan Larissa di hutan. Foto: Dok. Larissa Salaki

Bagi Larissa, menghabiskan waktu di Kehje sewen sekaligus menjaga orangutan adalah membanggakan. Orangutan merupakan penjaga ekosistem hutan agar tetap seimbang.

“Orangutan adalah penjaga keseimbangan ekosistem rimba yang harus kita lindungi kehidupannya. Menjaga mereka, sama dengan menjaga hutan, menjaga seluruh kehidupan yang ada di muka bumi. Sebelum ini, saya pernah meneliti di Hutan Lindung Wehea dekat Wahau yang letaknya tidak jauh dari Kehje Sewen. Perbedaannya adalah, jalur trekingnya yang bikin pegal dan ngos-ngosaan,” pungkasnya.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,