Miniatur badak sumatera karya perupa Komroden Haro bakal jadi souvenir dalam kegiatan Bonn Challenge ke-4 yang diikuti 30 negara Asia Pasific di Palembang, Sumatera Selatan, akhir Maret atau awal April 2017. Ikon Kerajaan Sriwijaya terkait lingkungan hidup, Prasasti Talang Tuwo, serta satwa khas Sumatera lainnya seperti gajah dan harimau sumatera turut melengkapi cenderamata tersebut.
“Para peserta akan mendapatkan souvenir itu. Tujuannya, selain sebagai buah tangan juga memberikan informasi terkait dasar gerakan restorasi lansekap di Sumatera Selatan,” kata Dr. Najib Asmani, Staf Khusus Gubernur Sumatera Selatan Bidang Perubahan Iklim, beberapa waktu lalu.
Dijelaskan Najib, miniatur Prasasti Talang Tuwo merupakan wujud kepedulian Kerajaan Sriwijaya tentang keutuhan lansekap guna memakmurkan semua makhluk hidup melalui pembangunan Taman Sriksetra. “Taman Sriksetra bukan hanya bicara jenis tanaman, tetapi juga tata kelola air,” kata Najib.
Baca: Komroden Haro, Seniman Patung yang Peduli akan Satwa Liar Indonesia
Sementara miniatur patung badak, gajah, dan harimau, menunjukkan kekayaan satwa khas Sumatera yang saat ini ada namun harus mendapat perlindungan serius. “Restorasi berbasis lansekap yang dijalankan Pemerintah Sumatera Selatan tujuannya juga melindungi keberadaan tiga satwa tersebut berserta satwa khas Sumatera lainnya,” kata Najib.

Sebagai informasi, Bonn Challenge merupakan inisiatif restorasi lansekap terhadap lahan kritis dunia. Hingga 2030, target areal yang direstorasi seluas 200 juta hektare.
Saat ini, lahan kritis yang sudah direstorasi seluas 50 juta hektare, tersebar di Amerika Serikat, Ruanda, Kolombia, Brasil, El Savador, Kosta Rika, Guatemala, Kongo, Ethiopia, dan Uganda.
Bonn Challenge kali pertama diluncurkan di Bonn, Jerman, pada September 2011. Selanjutnya Bonn Challenge for Latin America pada 2015 dan 2016, kemudian The Africa High Level Bonn Challenge Roundtable, Rwanda, pada Juli 2016.

Untuk kegiatan Bonn Challenge di Palembang, terdiri dua kegiatan. Pertama, peninjauan lapangan ke Sepucuk, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI). Ada 20 hektare lahan gambut kritis yang direstorasi di sana.
Kedua, pertemuan internasional di Griya Agung Palembang. Acara ini terbatas dan akan dihadiri sejumlah menteri Indonesia, termasuk 30 meteri perwakilan negara peserta. “Diagendakan, Bonn Challenge akan dihadiri Presiden Joko Widodo untuk membuka acara sekaligus memberikan pandangannya terkait restorasi lansekap,” tutur Najib.
Ditunjuknya Sumatera Selatan sebagai penyelenggara Bonn Challenge Asia Pasific, kata Najib, dikarenakan beberapa tahun terakhir Sumatera Selatan sangat fokus pada upaya restorasi lahan kritis. Misalnya, Sumatera Selatan berinisiatif menjalankan program Green Growth, provinsi pertama di Indonesia membentuk Tim Restorasi Gambut (TRG) setelah beberapa bulan terbentuknya Badan Restorasi Gambut (BRG), juga konsen pemantauan dan pencegahan kerusakan lahan. Khususnya kebakaran, dengan melibatkan berbagai pihak, perusahaan, NGO, TNI, maupun Polri.

Tiga isu
Saat pelaksanaan Bonn Challenge, Sumatera Selatan (Sumsel) akan mengusung tiga isu terkait restorasi dan konservasi lingkungan.
Yang pertama Green Growth, sebuah upaya pembangunan ekonomi berbasis penyelamatan lingkungan yang difokuskan di Dangku-Sembilang, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), kemudian Conservation by Diversity (CBD), dan terakhir restorasi lansekap.
“Tiga isu akan diluncurkan. Kita tengah menyusun struktur organisasi Kolega Sumsel yang fokus pada upaya restorasi lansekap di Sumsel,” papar Najib.