Belajar Tentang Burung di Rumah Asri Ditengah Sawah Ini..

Seorang peneliti dan pecinta burung asal Amerika Serikat, Frank Williams punya cara unik untuk mewariskan ilmu dan kekayaannya untuk warga Indonesia. Ia mengubah rumahnya menjadi museum, mengombinasikan ukiran kayu dan pengetahuannya tentang kehidupan burung. Lalu menghibahkan untuk dikelola dan dikembangkan Universitas Udayana.

Sebuah tempat rekreasi asyik karena museum ini membuat betah berlama-lama. Di lantai bawah penuh koleksi patung burung, ruang bermain anak, bioskop mungil. Di lantai atas, ratusan literatur soal burung, tempat membaca, dan jika beruntung melihat burung-burung di sawah sekitarnya melalui jendela.

Ketika tak sengaja lewat rumah berlantai 2 ini, di Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Gianyar, Bali, hanya sempat membaca papannya yang besar. Terbaca Frank Williams Museum Patung Burung, Universitas Udayana. Seperti rumah, tidak terlihat seperti tempat publik karena agak tertutup. Beberapa warga yang kebetulan sedang gotong royong menyiapkan sarana sembahyang di pura sebelahnya juga tak bisa menjelaskan ini museum apa.

 

 

Hanya nampak sebuah pintu kaca kecil yang harus diketuk, sebelum disambut senyum salah satu penjaganya, Nyoman Sarma. Pria ini mempersilakan masuk dan melihat-lihat. Ketika masuk, baru terasa dunia burung karena dikepung ratusan patung kayu berbentuk burung aneka model dan warna. Rumah besar ini jadi terasa sesak.

Ada sedikit petunjuk bagaimana memulai menikmati pengetahuan dari sedikitnya 500 replika burung dari 262 spesies yang ditemukan di Bali. Bisa mulai dari membaca buku manual dan ensiklopedi yang khusus dibuat serta ditaruh di tiap kelompok spesies. Disertai kaca pembesar dan petunjuk lain.

Saya memilih bermain, Wheel of Bali Birds. Semacam game board berisi patung burung kecil dan angka-angka. Putarlah lingkaran patung-patung burung ini sampai berhenti di sebuah patung dengan angka tertentu. Cari kode angka itu di seuah buku yang disiapkan. Kenali burung pertama kalian di sini.

Setelah itu, mata tak bisa istirahat dari limpahan pengetahuan tentang burung. Mau mulai dari mana? Dikelompokkan dengan sangat detail seperti tipe burung tanah, pemangsa, kaki panjang, burung laut, penyanyi, parasit, terbang cepat, dan banyak lagi.

Kawanan burung ini berebut ruang di museum ini. Mereka ada di tiap sudut, dalam bentuk patung, lukisan, buku literatur, dan lainnya. Demikian juga gelombang informasi yang menerjang di tiap ruangan. Pemilik museum benar-benar ingin pengunjungnya mencintai burung.

 

Ratusan patung burung berebut ruang, ditambah banyaknya informasi di tiap koleksi di Museum Burung Frank Williams di Desa Kemenuh, Sukawati, Gianyar, Bali. Foto Luh De Suriyani

 

Hal menarik lainnya adalah sejumlah hal-hal kecil tapi sangat penting bagi pengunjung. Misalnya ada kalimat moto yang mengingatkan distribusi burung memperlihatkan kualitas lingkungan kita. Juga ada sebuah sudut berisi alat pemanggil bebek a la Kanada.

Tidak lupa ada sebuah papan penghormatan, nama-nama para seniman patung yang sudah membuat ukiran indah, memvisualisasikan semua jenis burung itu dengan detail. Desa Kemenuh terkenal sebagai kampung pematung kayu. Kekayaan desa ini lah yang dimanfaatkan oleh Frank Williams.

Setelah melewati semua kompartemen tipe burung, lalu ada sebuah lemari kaca berisi telur-telur burung. Dilengkapi sebuah keterangan tentang motif-motif telur yang beragam dan unik. Juga ada pengetahuan tentang bulu. Bagaimana benda halus dan bagian utama burung ini terbuat dari keratin, sebuah zat yang tidak mudah bereaksi dengan zat kimia lainnya. Membentuk serat halus mikroskopis yang kuat.

Di lantai 1 tempat semua patung burung, bisa jadi akan menghabiskan waktu seharian jika antusias dengan kehidupan satwa ini. Apalagi jika membawa anak, bisa diajak ke ruang bermain. Kecil tapi sangat edukatif dengan figur-figur binatang dan buku-buku cerita. Di sampingnya ada Sony Room, sebuah biskop super mini dengan koleksi video-video kehidupan burung.

Selanjutnya di lantai 2 adalah tempat yang lebih lapang dan nyaman untuk membaca. Sebuah ruang baca, ada yang dengan kursi atau lesehan. Bisa juga jadi ruang diskusi. Berdampingan dengan perpustakaan penuh koleksi buku, mungkin edisi koleksi yang sangat beragam. Koleksinya ratusan. Buku tebal penuh gambar dan berwarna. Bagaimana habitat, perilaku, dan migrasi dari jenis-jenis burung yang ditemukan di Bali. Tentang morfologi,  bagaimana mereka terbang, makan, dan konteksnya dengan kondisi lingkungan sekitar.

 

Perpustakaan dengan koleksi literatur cukup lengkap dan menarik, ilmiah maupun pengetahuan populer di Museum Burung Franks Williams di Gianayar, Bali. Foto Luh De Suriyani

 

Dari lantai 2 pengunjung bisa melihat sawah. Inilah alasan pemiliknya mendirikan museum di tengah areal sawah, agar mudah mengamati burung-burung. Namun banyak alih fungsi saat ini. Terlihat kompleks perumahan baru dan bangunan villa. Sepetak sawah dikepung bangunan.

Museum ini dibuat tahun 2008 dan diresmikan 2011. Berlokasi di Jl Ki Pasung Grigis, Banjar Tengkulak Tengah, Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. Untuk memastikan sebelum berkunjung telp 0361-954096 karena website museumburung.unud.ac.id masih belum ada dokumentasi informasi. Dari Denpasar, bisa ditempuh dalam waktu 30-60 menit berkendara.

Dalam website Unud, disebutkan Frank Williams tidak menghibahkan aset yang nilainya miliaran itu kepada anak cucunya. Ia khawatir tidak akan terawat dengan baik, atau bisa saja dijual. Ia lebih memilih Unud.  Alasannya, supaya museum yang sangat dicintai itu terpelihara dengan baik. Pada 28 September 2016, Rektor Unud, Prof. Dr. dr. I Ketut Suastika meresmikan dan membuka museum tersebut.

Sejumlah papan bertuliskan land for sale dipasang disekitar museum oleh agen petanda makin berkurangnya tempat burung mencari makan. Saat ini masih terlihat sejumlah burung di sekitar sawah. Burung kaki panjang maupun pendek. Di masa lalu, desa ini tempat tinggal ideal untuk burung dan peneliti burung.

Entah di masa depan karena kawasan hijau makin berkurang, tak hanya di Kemenuh juga desa-desa lain di Bali.

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,