Poksay Sumatera, Suara Merdu yang Terus Diburu

 

Poksai Sumatera (Garulax bicolor), dari keluarga Timaliidae, satu dari sekian banyak jenis burung di Indonesia yang terus diburu, baik untuk dipelihara maupun diperdagangkan.

Selain poksay Sumatera, ada beberapa jenis poksay banyak dikenal, yaitu poksay jambul (Garrulax leucolopus), poksay Hongkong (Garrulax chinensis), poksay kuda (Garrulax rufifrons. Lalu, poksay mantel (Garrulax palliatus), poksay samho, poksay genting atau Mandarin, dan poksay hitam (Garrulax lugubris).

Menurut Rudianto Sembiring, Direktur Eksekutif Indonesian Species Conservation Program(ISCP), paling banyak temuan hasil buruan dan salah satu paling dicari adalah poksay Sumatera.

Poksay Sumatera memiliki suara keras dan sangat merdu. Bentuk indah membuat binatang ini jadi incaran para pencinta burung.

Mengingat minat tinggi, pemburu makin gila, bahkan memperdagangkan terbuka di pasar burung di sejumlah wilayah di Sumatera, termasuk Sumatera Utara. Poksay Sumatera jenis satwa belum masuk binatang dilindungi UU Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (KSDAE). Jadi, perburuan terus terjadi, dan pengawasan perdagangan tak ada.

Poksay Sumatera endemik Sumatera dan hidup di dataran tinggi sepanjang jejeran Bukit Barisan, Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) di Aceh dan Sumut. DI Jambi, ada di Gunung Kerinci, Sumatera Barat di wilayah Gunung Talamau dan Gunung Singgalang, serta Riau dan Palembang.

Populasi poksay di alam liar, katanya, makin berkurang. Walau belum masuk binatang dilindungi, tahun 2010 IUCN memasukkan dalam redlist vulnerable (rentan).

Kondisi ini,  katanya, dipastikan makin membahayakan bagi keberlangsungan hidup poksay Sumatera, jika Indonesia tak segera memasukkan dalam satwa dilindungi. Ancaman kepunahan dipastikan terjadi, mengingat begitu masif perburuan dan perdagangan jenis ini di pasaran.

 

ISCP mengusulkan kepada pemerintah agar memasukkan poksa Sumatera dalam satwa dilindungi karena perburuan masif. Foto: Ayat S Karokaro

 

Buat lomba

Poksay bukan saja diburu untuk diperjualbelikan dan dipelihara, juga sebagai binatang perlombaan kicau burung.

Penghobi burung juga pakai poksay sebagai bahan isian untuk memancing burung kicau lain, atau burung-burung yang sering dilombakan dalam kontes kicau, seperti murai batu, kenari, kacer, kapas tembak, dan lain-lain.

ISCP berinisiatif melestarikan burung ini. Caranya, pertukaran dengan warga yang memelihara poksay dengan burung tangkaran atau burung lain yang masuk Appendix dua, seperti lovebird atau kenari budidaya.

Poksay Sumatra hasil tukaran diperiksa kesehatan, lalu masuk rehabilitasi menuju pelepasliaran. “Setelah pelepasliaran, akan ada monitoring lapangan oleh tim khusus ISCP, memantau kondisi burung yang telah dilepas.”

ISCP sudah merilis dua pasan poksay Sumatra. Pengamatan awal, menunjukkan kemampuan burung bertahan hidup di alam liar.

“Bagi kami, pelepasliaran harus terus dilakukan. Poksay Sumatera harus diselamatkan dari kepunahan, salah satu cara memasukkan dalam satwa dilindungi.”

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , ,