Hutan Kerumutan Terjarah, Harimau pun Berkeliaran di Ladang Warga

 

 

 

Obrolan lima orang di sebuah gubuk kayu berdinding papan seketika hening. Mencekam. Mereka harus mengatur napas pelan-pelan agar tak menarik perhatian. Seekor harimau dari hutan Suaka Margasatwa Kerumutan Riau, mendekat bahkan hingga berjarak tiga meter di belakang gubuk.

Bukan sekadar melintas, anak harimau yang diperkirakan berumur dua tahunan itu justru bermain-main. Duduk santai dan sekali-sekali bergerak berlangsung sekitar 10 menit.

“Kami semua takut. Kami diam tapi sempat merekam. Kami mengintip lewat celah dinding papan,” kata Muly Hutomo, Kepala Bidang Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) Riau Wilayah I kepada Mongabay, Senin (20/2/17).

Muly pada Selasa (7/2/17) yang berada dalam gubuk hanya bisa pasrah. Dia khawatir jika anak harimau itu ditemani sang induk mungkin ke sisi lain gubuk. Waktu itu sudah sore, sekitar pukul 17.00. Mereka hanya berdiam di gubuk sampai si belang kembali ke hutan.

“Seperti jinak. Hanya duduk-duduk. Padahal, beberapa meter dari harimau ada beberapa ayam. Ayam ndak diganggu,” katanya.

Kejadian serupa juga dialami Man (40) pagi hari di hari sama. Gubuknya sekitar satu kilometer dari Muly. Saat itu anak harimau juga “bermain” di pekarangan gubuk.

Saking takut dan kalut, Man meminta anak harimau tak mengganggunya berladang dan mempersilakan memakan ayam atau anjing peliharaan.

“Saya kalut, saya bilang, ambil ajalah kalau mau anjing atau ayam tu, jangan ganggu kami. (Harimau) ndak melakukan gerakan apa-apa, hanya duduk aja,” ujar Muly, menceritakan apa laporan Man.

Pertemuan manusia dan harimau Sumatrea makin sering. Bahkan keesokan hari, hanya beberapa jam setelah Muly dan tim BBKSDA pergi ke lokasi lain melanjutkan monitoring dan patroli, harimau kembali muncul di dekat gubuk.

Sekitar pukul 11 siang, saat seorang ibu mencuci pakaian di parit dekat gubuk, induk harimau muncul dari balik rimbunan hutan di seberang parit. Ibu sangat ketakutan lantaran jarak hanya sekitar tiga meter atau selebar parit. Keduanya sempat diam dan saling menatap. Beberapa orang bapak di gubuk dan melihat kejadian mendekat hati-hati.

“(Ibu) pasti ketakutan. Tapi gelagap harimau tidak melakukan apa-apa. Bapak-bapak juga datang sekitar 10 orang. (Mereka) berhadap-hadapan, setelah itu harimau menghilang ke hutan. Kejadian itu berlangsung beberapa menit. Ada sekitar lima menit,” ucap Muly.

Menurut dia, harimau sering muncul karena makin aktivitas manusia makin meningkat di wilayah habitat satwa ini. Muly menemukan ada penebangan kayu di areal pemanfaatan lain (APL) dan pembuatan jalan baru. Jalan ini, katanya, langsung berbatasan dengan parit dan Hutan Kerumutan. Juga ada empat gubuk tepat di perbatasan hutan.

“Di hutan ini kami menemukan sekitar tiga. Kami jumpai fisik dan jejak kaki, dua anak, satu induk,” katanya.

Hutan gambut Kerumutan seluas 1,3 juta hektar adalah habitat penting satwa dilindungi termasuk harimau Sumatera, harimau dahan, beruang madu dan lain-lain. Kawasan ini terus tertekan akibat pembalakan liar dan alih fungsi lahan menjadi perkebunan sawit dan akasia.

Bahkan akhir Januari hingga Februari pekan kedua lalu, baik kepolisian maupun BBKSDA telah membakar puluhan gubuk yang ditinggal lari para pembalak. Satu pembalak ditangkap. Ratusan kubik kayu jenis meranti disita. Kebakaran hutan juga terpantau di sini.

 

Tumpukan kayu yang baru ditebang secara liar di Suaka Margasatwa Kerumutan, Pelalawan, Riau pada Minggu (12/7/14) ditumpuk dan siap untuk diangkut melalui sungai menuju Desa Kapau, Indragiri Hulu, Foto: Zamzami

 

 

Penyelundupan trenggiling gagal

Sementara itu, pada 12 Februari, Polres Bengkalis, berhasil menggagalkan upaya penyelundupan 89 trenggiling (Manis javanica). Puluhan satwa terancam punah ini berasal dari hutan di Sumatera Selatan, akan diselundupkan ke Malaysia melalui pelabuhan rakyat di Bengkalis. Empat orang jadi tersangka.

Dua hari setelah penangkapan, BBKSDA Riau melepasliarkan 80 dari 89 trenggiling ke Taman Nasional Zamrud. Sembilan mati karena pengangkutan dari Sumsel ke Bengkalis dan dalam perjalanan ke Zamrud, Siak, Riau.

Kepada Mongabay, Kepala Seksi Wilayah IV BBKSDA Riau, Zanir mengatakan, lepasliar di Zamrud karena hutan konservasi masih alami dan habitat asli trenggiling.

Kini empat tersangka ditahan di Polres Bengkalis untuk keterangan dan pengembangan kasus. Para tersangka dijerat UU Konservasi Sumberdaya Hayati dan Ekosistem karena memperdagangkan satwa dilindungi.

Kejadian ini hanya berselang satu pekan menjelang peringatan Hari Trenggiling sedunia pada Sabtu (18/2/17). Trenggiling merupakan binatang paling banyak diperdagangkan di seluruh dunia.

Di Afrika, satwa ini dimakan, di Tiongkok, daging diyakini memiliki efek penyembuhan dan sebagai makanan mewah. Tahun 2015, Indonesia menyita lima ton metrik trenggiling beku, 77 kilogram sisik dan 96 trenggiling hidup dari Sumatera dengan tujuan Tiongkok.

 

 

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , ,