Tantangan Menangani Paus Mati Terdampar Berbobot 10 Ton di Sumbawa. Bagaimana Akhirnya?

Riuh suara mesin kapal dan teriakan koordinasi pengevakuasi terdengar dari ponsel Muhammad Barmawi, salah satu tim Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar wilayah kerja Nusa Tenggara Barat, Jumat (17/03/17). “Tarik ekornya,” sebuah suara mencoba memberi saran untuk memindahkan bangkai hiu paus sperma yang diestimasikan berbobot lebih 10 ton ini.

Paus malang ini ditemukan di perairan Pulau Panjang, Sumbawa, NTB, pada Kamis (16/03/2017) oleh  masyarakat sekitar. Sehari kemudian di lokasi sudah penuh kubangan darah karena beberapa bagian dagingnya diambil warga sekitar.

Panjang badannya lebih 15 meter. Punggungnya sudah tercabik-cabik karena dagingnya diambil, dan badannya menyembul di permukaan. “Kami tidak berani menyelam karena airnya penuh darah,” ujar Barmawi menjawab identifikasi detail paus sperma ini. Mereka masih di tengah laut mengelilingi paus yang terjebak di kedalaman sekitar 2 meter dan 30 menit dari pantai.

 

 

Pekerjaan terbesar dalam penanganan mamalia laut besar atau megafauna terdampar adalah evakuasinya. Pilihannya ditenggelamkan atau dikubur? “Kalau ditenggelamkan perlu pemberat tiga kali lebih berat dari bobotnya, mungkin sekitar 33 ton,” tambah Barmawi. Apa benda seberat itu dan bagaimana mengikatkan?

Pilihan berikut adalah dikubur. Namun ini juga masih didiskusikan karena perlu kapal besar untuk menarik ke pesisir, dan kemungkinan menggali lubang lebih besar dari paus sulit karena sekitarnya karang. “Tak ada cukup tanah untuk digali,” sahut pria ini.

Upaya evakuasi masih berlangsung sampai Sabtu (18/3) sore. Barmawi mengonfirmasi, kapal penarik dengan kapasitas lebih 30 GT sudah ada. Namun, kerisauan masih membayanginya. “Kami harap cemas, karena lokasi di sekitar karang, kapal mungkin baru bisa merapat 100-200 meter dari paus. Talinya cukup atau apakah cukup kuat?” ia membayangkan sejumlah kemungkinan.

 

Paus sperma dilaporkan terdampar pada Kamis (16/03/2017) di Pantai Pulau Panjang, Sumbawa, NTB. Bangkai sudah tercabik karena diambil dagingny oleh nelayan setempat. Foto : BPSPL Denpasar wilayah kerja NTB

 

Sementara kerisauan lain sudah terjawab. Lubang untuk mengubur sudah disiapkan di Labuan Mapin, sekitar Pulau Panjang, Sumbawa.

Pihak lain yang sudah dua hari siaga di lokasi berkoordinasi bagaimana menangani megafauna terdampar ini. Misalnya ada Pokwasmas Kelompok Peduli Laut dan Pesisir, Dinas Kelautan dan Perikanan, dan lainnya. Kepala BPSPL Denpasar Suko Wardono juga berangkat menuju lokasi dari Bali dengan kendaraan pada Sabtu.

Data sementara yang bisa dikumpulkan sampai Sabtu sore adalah jenis paus ini whale sperm. Lokasi terdampar adalah area penangkapan ikan di area selat antara Pulau Lombok dan Sumbawa. Sampelnya sudah diambil untuk identifikasi lebih lanjut.

Barmawi punya cara untuk menyampaikan situasi yang dihadapinya selama dua hari di laut. Dalam akun twitter @MBarmawi, ia memperlihatkan kesedihan ketika daging paus diambil warga, melihat isi tubuhnya dari permukaan, dan harapan agar tubuh paus naas ini segera ditarik dan dikubur. Dengan dramatik, Barmawi berusaha merasakan penderitaan paus ini.

 

Proses evakuasi paus sperma yang terdampar di perairan Pulau Panjang, Sumbawa, NTB, pada Kamis (16/03/2017). Proses evakuasi berlangsung hampir 2 hari karena kesulitan menarik untuk dikubur. Foto : BPSPL Denpasar wilayah kerja NTB

 

Panduan Penanganan

Agaknya modul panduan penanganan mamalia terdampar perlu diperbaharui dengan best practice dari lapangan. Termasuk teknik evakuasi megafauna dengan peralatan yang mudah diakses di sekitar. Dikategorikan terdampar jika ditemukan di pantai atau perairan dangkal, baik hidup maupun mati, dalam kondisi tidak berdaya (termasuk terlilit jaring) dan tidak mampu untuk kembali ke habitat alaminya dengan usahanya sendiri.

Kejadian terdampar disebut bukan hanya tentang keselamatan dan kesejahteraan hewan, melainkan indikasi pengelolaan laut yang belum baik dan atau indikasi adanya kegiatan manusia yang belum lestari.

 

Lubang untuk penguburan bangkai paus sperma yang mati terdampar pada Kamis (16/03/2017) di Pantai Pulau Panjang, Sumbawa, NTB. Proses evakuasi berlangsung hampir 2 hari karena kesulitan menarik untuk dikubur. Foto : BPSPL Denpasar wilayah kerja NTB

 

Menurut data Whale Stranding Indonesia (WSI), komunitas aktivis perlindungan satwa dan laut untuk memantau kejadian mamalia terdampar menyebut ada peningkatan jumlah laporan atau dokumentasi sejak tahun 2001. Hal ini petanda warga mulai peduli dengan melaporkan ke pihak terkait.

Jumlah laporan terbanyak pada tahun 2012 dan 2016 yakni di atas 30 peristiwa. Sebanyak 25% kasus tidak dapat diidentifikasi jenisnya.

 

Peta sebaran kejadian mamalia terdampar tahun 2001-2014. Sumber : Dwi Suprapti/WWF-Indonesia

 

Dwi Suprapti, relawan dan inisiator WSI dari WWF Indonesia dalam sebuah kesempatan memaparkan struktur tim penanganan mamalia terdampar di Indonesia. Sejumlah tim yang harus bersinergi selain tim penyelamatan atau tim aksi cepat adalah tim medis/post mortem. Tugasnya melakukan pemeriksaan medis, nekropsi, dan analisis hasil.

Lalu ada tim science, mengoordinir dan arahkan penelitian pra, saat dan setelah kejadian terdampar termasuk kemungkinan penyebab terdampar. Selanjutnya tim rekomendasi kebijakan yang akan memberikan rekomendasi untuk pencegahan atau pengurangan kejadian terdampar kepada berbagai pihak.

Namun nekropsi jarang dilakukan karena memerlukan dana tambahan. Padahal berita acara laporan nekropsi cukup lengkap untuk membuat analisis penyebab kematian dan apa yang terkandung dalam tubuh mamalia ini. Sejumlah temuan penting yang pernah diungkap dari kematian mamalia diantaranya akibat keracunan plastik yang meningkat di laut dan gempa bumi.

 

struktur komite penanganan dan penyelamatan mamalia dan satwa laut terdampar. Sumber : Dwi Suprapti/WSI/WWF-Indonesia

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,