Mongabay Travel : Memacu Adrenalin, Menikmati Derasnya Arus di Sungai Ciwulan

Bagi mereka penyuka tantang atau sekedar ingin memacu adrenalin, mungkin main arung jeram atau rafting bisa menjadi pilihan. Selain menawarkan suasana alam yang asri lagi menarik, sensasi mengarungi sungai berarus deras dengan jeram bergelombang pastinya layak untuk ditaklukkan.

Memang, arung jeram tergolong olahraga ekstrim perlu sedikit nyali untuk mau mengawalinya. Tapi meskipun begitu, tak perlu dulu menciutkan niat karena sebelum terjun menyusuri sungai, anda akan diberi pengarahan tentang aturan main seperti teknis mengarung, mengenal jenis, karakter, dan grade (tingkat jeram) sungai hingga pengenalan perlengkapan safety procedure berarung jeram.

Seperti halnya yang dilakukan sekitar 18 orang rombongan kelompok Mahasiswa Pencinta Kelestarian Alam (Mahapeka) UIN Bandung yang telah bersiap di tepi Sungai Ciwulan di daerah Dermaga, Desa Asta, Kecamatan Kawali, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Sabtu (18/3/2017).

Kedatangan mereka untuk melakukan pengembaraan (latihan) mengasah kemapuan di divisi olahraga arus deras (ORAD) sekaligus penempuhan nomer bagi anggota muda.

Sebelum pengarungan, para anggota mendapat pengarahan singkat dari instruktur orad. Teknis dan mekanismenya dibahas dan disampaikan dengan jelas. Teruntuk anggota yang melakukan pengembaraan pada divisi tersebut, diberikan tugas khusus yaitu pemetaan sungai sampai menghitung jeram yang dilewati.

 

 

Dengan membawa perlengkapan tiga perahu karet, belasan dayung, pelampung dan helm, lantas dibagikan kepada seluruh anggota.

“Oke, kita disini enjoy saja nikmati panorama alamnya sambil merasakan derasnya aliran sungai. Walaupun judulnya pengembaraan orad tapi bawa fun saja. Kali ini kita akan ngarung dengan rute long trip (trek panjang), maka cumbui dan syukuri sungai ini sampai basah,” kata Uci “Kendi” Iskandar, intruktur orad Mahapeka.

Mongabay pun mendapat tawaran untuk ikut menjajal olahraga arung jeram di sungai yang hulunya berasal dari daratan tinggi di wilayah Priangan Timur. Rasanya tertantang dan rugi andaikan menolak ajakan untuk merasakan berjalan – jalan diatas arus deras yang meliuk – liuk. Sungguh memacu adrenalin, go ahead!

Setelah beres pengarahan dan sedikit pemanasan, kami pun dipecah ke dalam tiga kelompok dan bergegas naik ke perahu yang sudah disiapkan. Biasanya satu perahu dapat diisi dengan empat sampai enam orang dengan wajib didampingi seorang skipper sebagai pemandu.

Diawali dengan bunyi peluit, perahu pertama langsung bergerak meluncur mengikuti derasnya sungai. Selang beberapa menit, peluit kedua pun berbunyi tanpa menunggu lama perahu yang ditunggangi Mongabay pun meluncur melewati sungai berbatu besar yang diapit oleh tebing dan rindangnya pepohonan. Begitupun bunyi peluit selanjutnya, perahu lain otomatis akan mengikuti.

Ternyata peluit digunakan sebagai alat komunikasi pada olahraga arung jeram, tujuannya untuk memberi isyarat agar ngarung lancar dan terkendali.

 

Anggota kelompok Mahasiswa Pencinta Alam Bandung, Jawa Barat, memulai arung jeram menyusuri Sungai Ciwulan di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Sabtu (18/3/2017). Olahraga arung jerang memang sering dilakukan di Sungai Ciwulan dan sudah mulai diminati oleh para wisatawan. Foto : Donny Iqbal

 

Pada 50 meter pertama kami pun disambut arus tenang dengan riak kecil dan terik matahari. Siang itu, suasana nampak santai dengan perahu kami yang berjalan perlahan berjajar tidak begitu berjauhan.

Tak lama, dari kejauhan air beriak terlihat menandakan adanya jeram di depan mata, skipper pun memberi aba-aba untuk bersiap untuk mendayung. “Ayo dayung pendek,” kata skipper.

Perahu yang ditumpangi Mongabay melawati jeram dengan sigap skipper  yang hafal jalur berupaya mengendalikan laju perahu agar mulus melintasi jeram. Sebagai informasi Sungai Ciwulan memiliki karakteristik jeram cenderung kombinasi antara pendek dan panjang.

“Angkat dayungnya, siap – siap sentuhan jeram pertama nih. Rasakan segarnya. Hahaha…,” kata skipper lagi. Deburan air pun masuk kedalam perahu menerpa sebagian baju penumpang hingga basah dan tawa kegiranganpun pecah.

Selain jeram – jeram yang menantang di sepanjang perjalanan, ada juga potret kehidupan di pinggiran aliran sungai. Masyarakat setempat terlihat masih mengandalkan sungai untuk mandi memancing hingga pertanian banyak terdapat di kiri-kanan sungai.

 

Anggota kelompok Mahasiswa Pencinta Alam Bandung, Jawa Barat, memulai arung jeram menyusuri Sungai Ciwulan di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Sabtu (18/3/2017). Olahraga arung jerang memang sering dilakukan di Sungai Ciwulan dan sudah mulai diminati oleh para wisatawan. Foto : Donny Iqbal

 

Di sungai ini, jika tidak hujan kondisi aliran sungainya sedikit surut yang kadang banyak bebatuan besar dengan jarak rapat. Grade-nya cenderung menurun menjadi grade dua, bagi mereka yang sudah sering melakukan arung jeram. Pada grade dua ini relatif tidak terlalu cepat.

Berbeda  saat musim hujan kondisi arus menjadi deras sehingga grade-nya naik menjadi 3 dan terkadang perlu ketangkasan untuk memilih lintasan dan manuver menghindari rintangan. Jadi, selain melatih otot menjadi kuat, diaktifitas ngarung juga bisa mengasah kecerdikan dalam melewati setiap tantangan jeram. Tetapi, tak perlu khawatir karena skipper akan mengatur perahu agar mulus meliuk – liuk melewati jeram.

Tak terasa, belasan jeram pun telah dilalui dengan rute yang cukup panjang membuat perjalanan harus diistirahatkan sejenak . Biasanya, check point setengah perjalanan berada di tepian sungai yang rindang di sekitar Kawasan Leuwiliang, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya.

Perbekalan yang telah dibawa dibuka dan disantap bersama mengisi tenaga yang lumayan terkuras. Rindangnya pohon, suara air mengalir dengan angin sepoi – sepoi membuat nyaman suasana ngopi – ngopi ditepian Sungai Ciwulan.

Salah satu pengurus Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI) yang ikut rombongan, Sutanto (24) mengatakan apabila anda dan rombongan ingin merasakan sensasi jeram bisa menghubungi FAJI Kota Tasikmalaya.

Nantinya, anda dapat memilih paket perjalanan yang ditawarkan dengan merogoh kocek berkisar Rp250.000 – Rp450.000 per orang. “Sebenarnya bermain arung jeram aman. Ada standar operasionalnya. Jadi tentu tidak perlu takut untuk siapa saja yang ingin melakukannya, bagi pemula yang tidak bisa berenang sekalipun,” jelas dia.

Dalam setiap pengarungan minimal mesti ada 2 perahu. Hal itu bertujuan agar perjalanan menjadi aman dan saling mengawasi sehingga bisa dijamin kelancaran ngarung tetap mengasyikan.

 

Anggota kelompok Mahasiswa Pencinta Alam Bandung, Jawa Barat, memulai arung jeram menyusuri Sungai Ciwulan di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Sabtu (18/3/2017). Olahraga arung jerang memang sering dilakukan di Sungai Ciwulan dan sudah mulai diminati oleh para wisatawan. Foto : Donny Iqbal

 

Selepas istirahat, perjalanan mengarungi Sungai Ciwulan kembali dilanjutkan. Kami masih disuguhi jeram-jeram menantang lainnya. Beberapa kali perahu kami nyangkut di bebatuan sampai ada penumpang yang terjatuh dari perahu. Hal itu disengaja dilakukan karena sudah ada aba – aba dari perahu yang didepan yang siap menjemput.

Hahaha duh seru alirnya bro,” kata penumpang tersebut ketika naik lagi ke perahu.

Lalu perahu kami terhenti kembali di tebing  berketinggian kurang lebih 7 meter. Lantas Kendi membawa anggota lain untuk mencoba sensasi yang lebih menantang yaitu melompat dari tebing tersebut.

Satu persatu anggota lain ikut melompat  dan berteriak sembari melepaskan penat yang ada, suasana pun kembali hangat meski sempat diguyur hujan.

Dan akhirnya perjalanan kami menyusuri Sungai Ciwulan finish di Jembatan Sukaraja setelah menempuh jarak sekiar 10 km dengan waktu tempuh kurang lebih 5 jam. Selesai ngarung rasa memiliki terhadap keberadaan sungai menjadi tumbuh.

Sungai bukan saja dimanfatkan sebagai penunjang kehidupan tetapi bisa juga dijadikan wahana wisata bermain arung jeram yang seru dan menantang.

Namun, kurangnya kesadaran membuat sebagian pihak menganggap bahwa sungai adalah saluran pembuangan sampah dan limbah. Menurut informasi di kawasan hulu Sungai Ciwulan terdapat industri gula dan tekstil menyebabkan air menjadi keruh dan banyak limbah kain terjebak di sepanjang badan sungai Ciwulan.

 

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,